Dampak Ekologi Penerapan Sertifikasi Ekolabeling

Bila dilihat dari sudut pandang nelayan skala kecil dan dari aspek sosial, ekonomi, dan politik, PRL memiliki dampak tersendiri, antara lain: 1. Biaya sertifikasi yang mahal membuat nelayan skala kecil tidak dapat mensertifikasikan produk perikanannya. Hal ini membuat produk perikanan ini tidak dapat memasuki perdagangan internasional, kerena tidak memenuhi persyaratan PRL Gardiner dan Visnawathan 2004. 2. Bagi perikanan yang telah tersertifikasi pun tidak lepas dari permasalahan. Dari aspek politik, perikanan yang telah disertifikasi untuk memenuhi tuntutan pasar ekspor-impor ternyata memiliki implikasi adanya ketergantungan NSB kepada NM Soewarsono, 2000.

2.1.4.1 Dampak Ekologi Penerapan Sertifikasi Ekolabeling

Dampak diartikan sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan pembangunan dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Dampak yang diartikan dari benturan antara dua kepentingan itupun masih kurang tepat karena yang tercermin dari benturan tersebut hanyalah kegiatan yang menimbulkan dampak negatif Kristanto, 2004. Pada penelitian ini, kepentingan yang menjadi fokus utama pertama, kepentingan nelayan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan kata lain sebagai kepentingan pembangunan dapat diartikan sebagai kepentingan ekonomi, sosial, dan politik dan kedua, kepentingan masyarakat nelayan dalam menjaga kelestarian laut ekologis. PRL perikanan merupakan peristiwa masuknya instrumen pasar dalam menangani masalah ekologis. Dalam buku “Seafood Ecolabelling: Principles and Practise”, Ward dan Phillpis 2009 menyatakan PRL merupakan sistem yang dibentuk berdasarkan insentif dari mekanisme pasar untuk mendorong produk yang memberitahukan bahwa diproduksi dengan memperhatikan keberlanjutan ekologi. Berikut dampak ekologis yang terjadi akibat berlangsungnya praktek PRL perikanan: 1. Tidak diperbolehkannya perikanan tangkap yang menggunakan alat tangkap yang merusak destructive fishing seperti, bom ataupun zat kimia berbahaya Sainsbury 2010 dan Gardiner dan Visnawathan 2004. Sehingga wilayah perairan laut yang sebelumnya terkena dampak negatif akibat penangkapan yang menggunakan bahan peledak dan zat berbahaya seperti potassium-sianida, khususnya terumbu karang, menjadi baik kembali. 2. Keterbatasan kelimpahan ikan stok ikan dapat mulai dikendalikan Sainsbury 2010 dan Visnawathan 2004. Dengan pengelolaan yang tepat dan penghitungan produktivitas ikan di perairan, permasalahan stok ikan yang mulai menipis dapat diatasi. Yang menjadi indikator dalam hal ini adalah jumlah stok ikan. 3. Penangkapan ikan yang memperhatikan keanekaragaman hayati ikan, maksudnya penangkapan dengan mempertimbangakan kelimpahan dan keberadaannya dalam rantai makanan Sainsbury, 2010. Ikan langka dan hampir punah tidak akan ditangkap untuk diperjualbelikan disini. Sehingga rantai makanan ekosistem ikan di laut tidak terganggu. 4. Dengan tidak digunakannya zat-zat kimia berbahaya dalam sistem penangkapan ikan, membuat masayarakat pesisir di sekitar pantai berkurang kemungkinan terkontaminasi zat berbahaya.

2.1.4.2 Dampak Sosial Ekonomi Penerapan PRL