15
bahwa fluktuasi harga tidak terlepas dari pengaruh permintaan dan penawaran pasar. Harga cabai merah biasanya naik pada akhir tahun dimana banyak perayaan
hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru. Harga rendah terjadi pada bulan-bulan Mei-Agustus dimana pada saat tersebut terjadi
oversupply diakibatkan adanya panen serentak lahan pertanian cabai Indonesia.
Dari penelitian-penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi sumber-sumber risiko yaitu faktor cuaca, hama dan penyakit, kerusakan
teknismekanis, dan efektivitas penggunaan input. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko produksi pada penggunaan tanaman hias adenium
yang diteliti dalam penelitian ini.
2.2. Metode Analisis Risiko
Risiko dapat diukur dengan menggunakan metode analisis seperti Variance, Standard Deviation
dan Coefficient Variation yang satu sama lain saling berhubungan. Ketiga indikator ini menjadi indikator besar atau tidaknya
risiko yang dihadapi oleh suatu usaha. Dimana, semakin kecil nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin rendah risiko yang dihadapi, bergitu juga
sebaliknya semakin besar nilai dari ketiga indikator tersebut maka semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh suatu usaha.
Dalam penelitian Safitri 2009 tentang risiko produksi daun potong di PT. Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat digunakan ketiga
metode analisis risiko Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation dengan menggunakan expected return. Metode penilaian yang sama juga
dilakukan oleh Arfah 2009 dalam penelitiannya tentang analisis risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat,
namun dalam penelitian tersebut digunakan analisis pendapatan untuk menganalisis pendapatan perusahaan. Pada penelitian Tarigan 2009 tentang
analisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat menggunakan analisis Variance, Standard Deviation dan
Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Analisis tersebut
juga digunakan dalam penelitian Sianturi 2011 tentang analisis risiko pengusahaan bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
16
Barat dan juga pada penelitian Wisdya 2009 tentang analisis risiko produksi anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat.
Berbeda halnya dengan penelitian Markhamah 2010 tentang manajemen risiko bunga potong sebagai bahan baku produk karangan bunga pada Florist X di
Pasar Bunga Wastukencana Bandung. Metode analisisnya adalah pengukuran yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran yang bersifat kuantitas
dilakukan dengan menggunakan Metode analisis nilai standar analisis z-score dan analisis Value at Risk VaR. Sedangkan pengukuran yang bersifat kualitatif
dilakukan dengan menggunakan Metode Aprolsimasi, yaitu dengan menggunakan Expert
Opinion. Metode analisis risiko yang digunakan oleh Firmansyah 2009 dalam penelitiannya tentang risiko portofolio pemasaran sayuran organik
menggunakan single-index portofolio dengan bantuan software SPSS. Metode penelitian yang berbeda dari metode penelitian yang diuraikan sebelumnya
diperkenalkan oleh Sari 2009 yang meneliti risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar. Metode analisis risiko yang digunakan adalah model
ARCH GARCH dan perhitungan VaR Value at Risk.
2.3. Strategi Penanganan Risiko