Analisis Biaya Usahatani Analisis Pendapatan Usahatani Petani Responden

59 seluruh petani. Penerimaan yang diperoleh oleh petani responden dari produktivitas rata-rata adalah sebesar 8.374 kg per ha perhitungan pada Lampiran 3 dengan harga rata-rata yang diperoleh dari bulan Januari hingga Juni adalah Rp 17.5000 per kg perhitungan pada Lampiran 2, sehingga diperoleh penerimaan sebesar adalah Rp 146.537.533. Adapun rincian penerimaan cabai merah keriting dari petani responden Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 . Produktivitas, Harga, dan Penerimaan Rata-Rata Usahatani Cabai Merah Keriting per Periode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen No. Uraian Satuan Nilai 1. Produktivitas KgHa 8.374,57 2. Harga RpKg 17.500,00 3. Penerimaan Rp 146.537.533 ,00

6.2.2 Analisis Biaya Usahatani

Pengeluaran usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani cabai merah keriting pada suatu periode tanam tertentu. Biaya usahatani pada penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok. Biaya usahatani yang tergolong pada biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai pada usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen adalah biaya benih, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk SP-36, pupuk KCL, pestisida, nutrisi, Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK, sewa lahan, turus, tali rafia, polybag, karung dan pajak lahan. Sedangkan biaya yang termasuk pada biaya diperhitungkan tidak tunai pada usahatani cabai merah keriting ini adalah biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK, sewa lahan milik sendiri yang dikonversikan pada sewa lahan umum, dan penyusutan alat. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada usahatani tersebut menghasilkan Total biaya seperti yang dapat disajikan pada Tabel 16. 60 Tabel 16 . Komponen Biaya Usahatani Cabai Merah Keriting per Periode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen No Komponen Jumlah Harga Rp Nilai Rp A. Biaya Tunai 1. Benih Gr 91 12.000 1.092.000 1,83 2. Pupuk kandang Kg 11665 500 5.832.448 9,77 3. Pupuk NPK Kg 308 2.540 781.473 1,31 4. Pupuk SP-36 Kg 233 1.600 373.333 0,63 5. Pupuk KCL Kg 240 1.700 408.452 0,68 6. Pestisida Liter Rubigan 6,8 175.000 1.194.888,9 2,00 Decis 5,5 175.000 965.638,9 1,62 Winder 6,7 156.000 1.051.572,5 1,76 Agrimex 9,2 240.000 2.219.272,4 3,72 Curacron 5,8 110.000 636.339,5 1,07 Pelengket 6,0 30.000 180.422,4 0,30 7. Nutrisi Liter Atonik 10,5 120.000 1.259.656,2 2,11 Supergo 10,2 40.000 407.595,2 0,68 Bayfolan 7,6 55.000 419.047,6 0,70 Gandasil B 8,3 30.000 250.219,5 0,42 Gandasil D 5,0 32.000 160.848,8 0,27 8. Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 1260 24.000 30.247.170 50,69 9. Sewa Lahan 2.158.333 3,62 10. Turus Batang 17395 200 3.479.000 5,83 11. Tali Rafia Gulung 11 25.000 277.004 0,46 12. Polybag Kg 58 25.000 1.449.583 2,43 13. Karung buah 239 2.000 478.490 0,80 14. Pajak Lahan 78.750 0,13 Jumlah Total Biaya Tunai 55.401.539 B. Biaya Diperhitungkan 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK 154 24000 3.689.228 6,18 2. Sewa Lahan Diperhitungkan 503.611 0,84 3. Penyusutan Peralatan 79.302 0,13 Jumlah Total Biaya Diperhitungkan 4.272.142 C. Jumlah Total Biaya 59.673.680 100,00 61 Biaya tunai pada suatu usahatani cenderung lebih tinggi dibanding biaya diperhitungkan. Berdasarkan Tabel 15, diperoleh biaya tunai sebesar Rp 55.401.539 sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 4.272.142. Total biaya yang diperoleh pada usahatani tersebut adalah Rp 59.673.680. Berdasarkan uraian biaya tersebut, maka biaya yang paling tinggi dalam usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga pada biaya tunai, yakni sebesar 50,69 persen dan biaya terkecil adalah pajak lahan dan penyusutan, yakni sebesar 0,13 persen dari total biaya. Benih yang digunakan pada usahatani cabai merah keriting di lokasi penelitian diperoleh dari Gapoktan Rukun Tani, dan varietas yang ditanam oleh petani responden adalah Varietas Seminis TM 999 dan Ciko 99. Harga beli yang diperoleh petani responden dari Gapoktan Rukun Tani adalah sama untuk setiap varietas, yakni Rp 120.000 perbungkus dengan berat 10 gram. Biaya yang dikeluarkan untuk benih adalah Rp 1.092.000 atau sebesar 1,83 persen dari total biaya yang dikeluarkan. Usahatani cabai merah keriting menggunakan pupuk kandang dan penggunaan pupuk kimia. Pupuk kandang digunakan untuk menambah unsur hara tanah, mengurangi kerusakan tanah, dan khususnya untuk memperbaiki struktur organik tanah yang sudah hilang akibat penggunaan bahan kimia pada usahatani beberapa tahun sebelumnya. Jenis pupuk kandang yang digunakan oleh petani responden adalah jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kotoran ayam. Jika dinominalkan berdasarkan harga yang umumnya berlaku di Desa Citapen, maka harga pupuk kandang perkilogram adalah Rp 500,00. Jumlah pupuk kandang rata-rata yang digunakan oleh petani responden adalah 11.665 kilogram per hektar perhitungan pada Lampiran 3, sehingga biaya total yang dikeluarkan untuk pupuk kandang adalah Rp 5.832.448 atau sebesar 9,77 persen dari biaya total. Terdapat tiga macam pupuk kimia yang digunakan dalam usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen, yakni pupuk NPK, SP-36 dan KCL. Biaya yang dikeluarkan untuk pupuk NPK lebih Besar dibanding biaya yang digunakan untuk pupuk SP-36 dan KCL. Pupuk NPK yang digunakan petani responden berada 62 pada rata-rata sebesar 308 kg per hektar, dan penggunaan pupuk SP-36 adalah 233 kg per ha dan 240 kg untuk pupuk KCL perhitungan pada Lampiran 3. Jika dilihat berdasarkan biaya total yang dikeluarkan pada usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen, maka pupuk NPK mengkontribusi sebesar 1,31 persen, pupuk SP-36 sebesar 0,63 persen dan KCL sebesar 0,68 persen. Pestisida digunakan untuk membasmi hama dan penyakit secara dan penyakit secara kimia. Pestisida yang digunakan adalah dalam bentuk cair. Berdasarkan wawancara di lapangan, pestisida yang sering digunakan oleh petani cabai merah keriting di Desa Citapen adalah Rubigan, Decis, Winder, Agrimex, Chorachron dan Pelengket. Jumlah rata-rata pestisida yang digunakan petani responden dalam usahatani cabai merah keriting adalah 40 liter per ha perhitungan pada Lampiran 3, dengan total biaya yang dikeluarkan petani untuk seluruh pembelian pestisida adalah Rp 6.248.135 per ha atau sekitar 9,48 persen dari total biaya seluruhnya. Penggunaan nutrisi sangat dianjurkan dalam penanaman cabai merah keriting. Nutrisi ini berguna untuk merangsang sel-sel tanaman sehingga bekerja lebih giat dalam menyerap unsur hara. Adapun jenis nutrisi yang sering digunakan petani cabai merah keriting adalah Athonic, Supergo, Bayfolan, Gandasil B dan Gandasil C. Jumlah rata-rata nutrisi yang digunakan petani responden dalam usahatani cabai merah keriting adalah 42 liter per ha perhitungan pada Lampiran 3, dengan biaya yang dikeluarkan petani untuk seluruh pembelian nutrisi adalah Rp 2.497.367 per ha atau sekitar 4,20 persen dari total biaya seluruhnya. Tenaga kerja mempunyai peran penting dalam menjamin keberlangsungan usahatani. Tenaga kerja diperlukan dalam setiap tahap dalam usahatani, yakni dari tahap persemaian, tahap persiapan lahan hingga tahap panen. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani cabai merah keriting terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Dalam setiap kelompok tenaga kerja tersebut hanya terdapat tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja yang cenderung digunakan dalam usahatani cabai merah keriting ini adalah tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan telah dikonversikan kedalam satuan yang sama, yaitu HOK. Adapun HOK yang 63 digunakan dalam penelitian ini adalah HOK yang berlaku di Desa Citapen, dimana satu HOK sama dengan 5 jam kerja dalam satu hari. Rata-rata upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh ke-30 petani responden adalah sebesar Rp 24.000 per HOK. Tenaga kerja luar keluarga cenderung lebih banyak digunakan dibanding tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga yang digunakan sekitar 50,69 persen sedangkan tenaga kerja dalam keluarga hanya 6,18 persen dari total biaya. Perbedaan penggunaan jenis tenaga kerja tersebut dalam usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 . Penggunaan TKDK dan TKLK dalam Usahatani Cabai Merah Keriting per Periode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen Uraian Jumlah HOK Nilai Rp Tenaga kerja luar keluarga 1260 30.247.170 89,129 Tenaga kerja dalam keluarga 154 3.689.228 10,871 Total Tenaga Kerja 1414 33.936.398 100 Lahan yang digunakan oleh petani responden Desa Citapen dalam usahatani cabai merah keriting adalah lahan yang disewa, dan milik sendiri. Lahan yang disewa mengeluarkan biaya sewa pada komponen biaya tunai. Sedangkan lahan milik sendiri dijadikan terpisah pada komponen biaya lain, yakni biaya diperhitungkan sebagai sewa lahan yang dikonversi dari lahan milik sendiri. Biaya yang dikeluarkan dalam menyewa lahan adalah Rp 2.158.333 perhitungan pada Lampiran 4 dengan persentase sebesar 3,62 persen dari total biaya dan biaya sewa lahan milik sendiri sebesar 0,84 persen dengan biaya adalah Rp 503.611 permusim tanam. Turus yang digunakan pada usahatani cabai merah keriting berfungsi sebagai penopang agar tanaman tetap tegak pada saat rawan angin kencang. Turus terbuat dari bambu yang dibelah kecil-kecil. Panjang ajir yang digunakan oleh petani responden di Desa Citapen adalah 2,20 cm. Turus ditancapkan tegak lurus dengan kedalaman 25-30 cm kemudian dimiringkan ke setiap batang tanaman. Banyak penggunaan turus sama dengan banyak populasi yang ada dilahan petani responden. Rata-rata penggunaan turus petani responden perhektar adalah sebanyak 17.395 batang perhitungan pada Lampiran 5 dengan harga 64 untuk setiap petani Rp 200 sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani responden per hektar adalah sebesar Rp 3.479.767 atau 5,83 persen dari total biaya. Tali Rafia digunakan pada saat pembuatan bedengan sebagai patokan agar bedengan rapi dan tidak miring, selain itu digunakan juga pada saat pengikatan batang tanaman ke ajir. Rata-rata penggunaan tali Rafia petani responden perhektar adalah sebanyak 11,08 gulung perhitungan pada Lampiran 5 dengan harga untuk setiap petani Rp 25.000 sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani responden per hektar adalah sebesar Rp 277.004 atau 0,46 persen dari total biaya. Sedangkan penggunaan polybag berukuran 12×8 cm dilakukan pada saat persemaian cabai merah keriting, dimana petani responden membeli polybag dengan ukuran per kilogram. Satu kilogram polybag biasanya berjumlah 300 polybag. Adapun rata-rata penggunaan polybag petani responden perhektar adalah sebanyak 58 kg perhitungan pada Lampiran 5 dengan harga untuk setiap petani Rp 25.000 sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani responden per hektar adalah sebesar Rp 1.449.583 atau 2,43 persen dari total biaya. Hasil panen cabai merah keritiing yang diperoleh oleh petani responden biasanya dikemas dengan karung plastik untuk mempermudah pemasaran. Satu buah karung plastik mampu menampung 35 kg cabai merah keriting dengan harga perkarung sebesar Rp 2000 untuk setiap petani responden. Maka rata-rata penggunaan karung petani responden perhektar adalah sebanyak 239 unit perhitungan pada Lampiran 5 dengan sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani responden untuk karung per hektar adalah sebesar Rp 478.490 atau 0,80 persen dari total biaya. Alat-alat yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani cabai merah keriting cenderung berasal dari alat yang di bawa oleh petani buruh untuk petani responden yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga, misalnya seperti cangkul, sorongan, garokan, koret, sprayer dan sebagainya. Sehingga alat pertanian yang dimiliki sendiri untuk usahatani seperti cangkul, garu, koret, ember dan sprayer hanya dimiliki dalam jumlah sedikit. Meskipun demikian perhitungan penyusutan alat yang dimiliki petani responden tetap perlu dilakukan. Penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan pada usahatani usahatani cabai 65 merah keriting di Desa Citapen pada musim tanam Oktober 2010 - Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penyusutan Alat-Alat Pertanian yang Digunakan pada Usahatani Usahatani Cabai Merah Keriting per Periode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen No Nama Alat Jumlah Harga Rp Total Biaya Rp Umur ekonomis Tahun Penyusutan Tahun 1 Cangkul 2 49.833 99.667 4 24.508 2 Koret 2 28.833 57.667 4 14.417 3 Sprayer 1 255.000 255.000 5 46.667 4 Ember 8 6.250 50.000 3 16.667 5 Garpu 3 45.667 137.000 4 33.689 Jumlah Penyusutan Pertahun Rp 135.947 Jumlah Penyusutan Permusim Tanam Rp 79.302

6.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani dan RC

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan dan produksi usahatani cabai merah keriting (Kasus tiga desa di kecamatan Sukaraja, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

1 22 134

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani cabai merah (Studi kasus di Desa Karawang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi)

0 7 119

Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

1 25 159

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Mentimun (Cucumis sativusL.) di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor

14 95 227

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Peternak Desa Cibeureum Kabupaten Bogor

0 20 247

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Caisin (Brassica rapa cv. caisin) di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor

1 16 250

Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

4 14 128

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Mengikuti Kemitraan Pada Usahatani Cabai Merah Keriting di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman

0 2 15

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L) di DESA HULA’AN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

0 0 14

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L) di DESA HULA’AN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

0 0 14