72 berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi cabai
merah keriting adalah pestisida dan tenaga kerja. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen terhadap produksi cabai
merah keriting adalah benih dan pupuk kandang, dan untuk faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 90 persen adalah pupuk NPK
dan nutrisi. Sedangkan faktor-faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata atau tidak mempengaruhi terhadap produksi cabai merah keriting adalah pupuk SP-36
dan pupuk KCL. Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF yang kurang dari 10,
dilihat dari hasil output Minitab pada petani cabai merah keriting di Desa Citapen tidak terdapat masalah multikoliniaritas, karena tidak ada nilai VIFnya yang lebih
dari 10. Untuk analisis asumsi homoskedastisitas, dilakukan dengan pendekatan grafik, dimana grafik pencar untuk petani cabai merah keriting di Desa Citapen
dapat dilihat pada Lampiran 4, yang menunjukkan bahwa gambar diagram pencar dari petani responden Desa Citapen tidak membentuk pola atau acak, sehingga
tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. Fungsi produksi usahatani cabai merah keriting petani responden di Desa Citapen diduga sebagai berikut:
Ln Y = 5,38 + 0,105 Ln X
1
+ 0,163 Ln X
2
+ 0,174 Ln X
3
+ 0,0747 Ln X
4
+ 0,088 Ln X
5
- 0,250 Ln X
6
- 0,0619 Ln X
7
+ 0,131 Ln X
8
6.3.2 Analisis Elastisitas Produksi Cabai merah keriting
Pada fungsi Cobb Douglas, besaran koefisien regresi adalah merupakan nilai dari elastisitas produksinya dari variabel tersebut. Pengaruh dari masing-
masing variabel independen faktor produksi terhadap variabel dependen hasil produksi, adalah sebagai berikut:
Benih X
1
. Nilai koefisien regresi benih adalah 0,10451; dimana nilai ini nyata pada
selang kepercayaan 95 persen. Benih memiliki nilai koefisien yang positif serta berpengaruh nyata pada produksi cabai merah keriting, artinya apabila
penggunaan benih sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan sebanyak satu persen, maka produksi cabai merah keriting akan meningkat sebesar 0,10451
persen cateris paribus, dan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah sebesar
73 lima persen, dimana pada tingkat kesalahan lima persen maka penggunaan benih
ini dapat dikatakan cukup responsif terhadap produksi cabai merah keriting yang dihasilkan.
Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa benih memang berpengaruh terhadap produksi cabai merah keriting, benih sangat menentukan apakah hasil
produksi cabai merah keriting akan baik atau tidak serta menentukan tingkat produktivitasnya. Hampir 90 persen petani cabai merah keriting di Desa Citapen
menggunakan benih bersertifikat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dimana benih yang digunakan adalah benih hibrida varietas Seminis yang dikeluarkan
oleh PT. Panah Merah. Benih ini adalah benih cabai yang sangat adaptif, baik ditanam di daerah dataran rendah maupun dataran sedang, produktivitasnya
tinggi, ukuran buah relatif seragam, berbiji banyak, rasa pedas dan mempunyai daya simpan yang relatif lama.
Pupuk Kandang X
2
Pupuk kandang memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Pada selang kepercayaan
95 persen ini, berarti faktor produksi pupuk kandang berpengaruh terhadap produksi cabai merah keriting, karena tingkat kesalahannya adalah hanya lima
persen. Nilai koefisien regresi untuk pupuk ini adalah 0,16330, nilai positif ini menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan penggunaan dari pupuk
kandang, maka produksi cabai merah keriting akan bertambah sebesar nilai tersebut cateris paribus.
Hal ini berkorelasi positif dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sangat diperlukan, karena dapat menambah
unsur hara dalam tanah serta memperbaiki struktur fisik tanah. Pupuk kandang ini biasanya digunakan pada saat persemaian benih dan pemupukan dasar. Pupuk
kandang yang biasanya digunakan adalah kotoran sapi dan kotoran ayam, dimana sebelum ditebarkan diatas bedengan pupuk harus sudah matang.
Pupuk yang sudah matang ditandai dengan bentuknya yang remah, kering dan tidak berbau.
Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara yang lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk buatan. Namun, pupuk kandang mempunyai
keunggulan, yakni mampu mengembalikan kualitas tanah yang jelek karena
74 terlalu banyak disuplai pupuk anorganik. Sehingga penggunaan pupuk kandang
sangat dianjurkan untuk mengembalikan kesuburan tanah.
Pupuk NPK X
3
Berdasarkan nilai p-value yang ditunjukkan pada Tabel 22, pupuk NPK tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen dan selang
kepercayaan 95 persen, tetapi jika pada selang kepercayaan 90 persen pupuk NPK beperngaruh nyata terhadap produksi cabai merah keriting karena nilai p-value
lebih kecil dari α 10 persen begitu juga dengan nilai t-hitung yang lebih besar dari nilai t-tabel α lima persen. Hal ini menandakan bahwa input produksi NPK masih
berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah keriting petani responden Desa Citapen. Nilai koefisien regresi pupuk NPK bernilai positif yakni 0,174; yang
artinya apabila penggunaan NPK sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan sebanyak satu persen, maka produksi cabai merah keriting akan bertambah
sebesar 0,174 ceteris paribus, dengan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah sebesar 10 persen, dimana pada tingkat kesalahan 10 persen maka produksi cabai
merah keriting yang dihasilkan masih dapat dikatakan responsif terhadap penggunaan pupuk ini.
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur makro sekunder Ca, Mg, S, dan unsur mikro Zn, Br, Mo. Ketersediaan unsur tersebut
akan memacu tanaman tumbuh cepat dan berproduksi secara optimal. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk NPK yang dilakukan oleh
petani responden Desa Citapen memang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan cabai keriting. Selain karena dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman dan menjadikan tanaman lebih sehat dan kuat, juga lebih praktis, hemat biaya, hemat waktu dan dosis lebih terukur lebih efisien, karena sekali pemberian
pupuk sudah sekaligus mencakup unsur hara makro, mikro dan organik yang dibutuhkan tanaman.
Pupuk SP-36 X
4
Pupuk SP-36 merupakan salah satu pupuk yang dikategorikan sebagai pupuk P. Pupuk P merupakan sumber unsur Phosphor yang diperlukan untuk
memacu pertumbuhan akar, pertumbuhan generatif pembungaan dan pemasakan buah. Pertumbuhan generatif tanaman ditunjukkan dengan pertumbuhan bunga
75 yang kemudian menjadi buah. Nilai koefisien regresi pupuk SP-36 adalah 0,0747;
hal ini menunjukkan bahwa pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah keriting, artinya walaupun penggunaan dari pupuk P telah
ditambahkan atau dikurangkan dalam penggunaannya, maka tidak akan bepengaruh terhadap produksi cabai merah keriting.
Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 masih kurang, terutama penggunaannya pada awal penanaman yang membutuhkan
kandungan unsur phospor yang cukup tinggi. Rata-rata penggunaan pupuk SP-36 yang dilakukan oleh ke 30 petani responden adalah sebanyak 233 kg per hektar,
sementara rekomendasi pupuk SP-36 yang dianjurkan dalam pemupukan cabai merah adalah 300-400 kg perhektar.
7
Sehingga dari hasil olahan Minitab menginterpretasikan bahwa pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi cabai merah keriting petani responden Desa Citapen.
Pupuk KCL X
5
Pupuk KCL adalah sumber unsur kalium. Kalium berfungsi untuk mengaktifkan aktivitas 60 enzim dalam tanaman, sintesis karbohidrat dan protein
serta meningkatkan kadar air dalam tanaman sehingga meningkatkan ketahanan dan kemampuan tanaman terhadap stress kekeringan, dingin dan salinitas. Nilai
koefisien regresi pupuk KCL adalah 0,0878 dan bernilai positif, namun jika dilihat dari nilai t-hitung yang lebih kecil dari nilai t-tabel dan nilai p-value yang
lebih besar dari nilai α maka variabel pupuk KCL tidak berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah keriting. Karena secara statistik variabel pupuk
KCL tidak berpengaruh nyata, maka jika petani responden melakukan penambahan dan pengurangan terhadap pemberian pupuk KCL maka hal ini tidak
akan berpengaruh terhadap produksi cabai merah keriting itu sendiri. Kondisi lapangan menunjukkan bahwa para petani responden Desa
Citapen tidak menggunakan pupuk KCL sesuai dengan dosis. Para petani menganggap bahwa walaupun penggunaan pupuk tidak sesuai dosis, tetapi
pertumbuhan tanaman dan hasil produksi tidak berbeda jauh jika dibandingkan
7
Sejathi. 2010. Pemupukan dan Pengairan pada Tanaman Cabai Merah. http:id.shvoong.comexact-sciencesagronomy-agriculture2122274-pemupukan-dan-pengairan-
pada-tanaman [28 Juli 2011]
76 dengan penggunaan pupuk yang sesuai dosis, hal ini dipicu juga karena
keterbatasan dana yang dimiliki oleh para petani. Dosis yang dianjurkan untuk pemakaian pupuk KCL pada budidaya tanaman cabai keriting perhektarnya adalah
400 kilogram Nixon MT, 2010, tetapi penggunaan rata-rata yang dilakukan oleh sebagian besar petani responden Desa Citapen adalah kurang dari 400 kilogram
perhektar yaitu sebanyak 240 Kg.
Pestisida X
6
Faktor produksi pestisida berpengaruh negatif pada produksi cabai merah keriting pada petani responden Desa Citapen. Berdasarkan nilai uji statistiknya
pestisida sangat berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah keriting, hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung yang lebih besar dari nilai t-tabel dengan taraf
nyata satu persen dan nilai P-value yang lebih kecil dari α sebesar satu persen. Nilai koefisien regresi dari pestisida yakni sebesar 0,249 sehingga jumlah
produksi cabai merah keriting akan menurun sebesar 0,249 persen apabila penggunaan pestisida ditingkatkan sebesar satu persen.
Pestisida terdiri dari insektisida dan fungisida dalam bentuk cair dengan satuan liter. Insektisida berfungsi untuk membasmi hama dan fungisida berfungsi
dalam pengendalian jamur. Berdasarkan aplikasi penggunaannya yang tertera
pada label kemasan, insektisida baik digunakan dengan intensitas selang waktu 7 hari sekali sedangkan fungisida baik digunakan dengan intensitas waktu 8 hari
sekali. Tapi pada kenyataan, petani cabai merah keriting Desa Citapen sering mengambil langkah praktis, dimana mereka langsung menyemprot dengan
pestisida tanpa memperhatikan nilai ambang ekonomi hama, dosis anjuran dan jenis pestisida serta selang waktu aplikasi penggunaannya
. Selain itu,
dalam menggunakan pestisida petani beranggapan bahwa penggunaan pestisida sama
dengan penggunaan pupuk, sehingga penggunaannya tidak dapat dikontrol. Pada umumnya petani Desa Citapen melakukan penyemprotan baik insektisida maupun
fungisida dalam selang waktu tiga sampai lima hari, dan hal ini menyebabkan tanaman cabai merah keriting melebihi ambang dosis yang dianjurkan. Hal inilah
yang menyebabkan kenapa koefisien pestisida bernilai negatif, disebabkan karena penggunaan pestisida yang berlebihan.
Penggunaan pestisida yang berlebihan tersebut akan berdampak pada penurunan produksi dan tentunya juga akan
77 meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan. Kerugian lainnya yaitu terjadi
kerusakan lingkungan, membahayakan kesehatan petani dan buruh tani, selain itu penyakit-penyakit tanaman yang muncul jadi lebih resisten kebal, dan sulit
untuk dibasmi.
Nutrisi X
7
Penggunaan nutrisi sangat dianjurkan dalam penanaman cabai merah keriting secara intensif, dimana kelebihan dari penggunaan nutrisi diantaranya
adalah meningkatkan produksi, menambah kualitas produksi atau bobot buah dan meningkatkan daya tahan pascapanen. Jenis nutrisi yang pada umumnya yang
digunakan oleh petani responden Desa Citapen yakni Athonic, Supergo, Bayfolan, Gandasil B dan Gandasil D. Nilai koefisien regresi nutrisi bernilai negatif dan uji
statistiknya menunjukkan bahwa nutrisi berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah keriting pada selang kepercayaan 90 persen. Nilai koefisien regresi
nutrisi adalah 0,0619 dimana setiap penambahan penggunaan nutrisi sebesar satu persen maka akan menyebabkan berkurangnya produksi sebesar 0,0619 persen
cateris paribus. Nutrisi bekerja dengan mekanisme merangsang sel-sel tanaman sehingga
bekerja lebih giat dalam menyerap unsur hara. Jadi, semacam obat penambah “nafsu makan” pada manusia. Aplikasi penggunaan nutrisi yang sesuai dengan
anjuran yaitu penyemprotan nutrisi pada periode waktu awal penanaman dan yang dilakukan sebanyak satu sampai dengan dua kali penyemprotan dengan interval
14 hari. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa petani menggunakan dosis pemakaian nutrisi secara berlebihan,
penyebabnya yaitu selain karena kurang memperhatikan dosis pemakaian nutrisi, petani juga tidak memperhatikan waktu
aplikasi pemakaian nutrisi yang sebaiknya diikuti sesuai dengan petunjuk yang tertera di kemasan. Hal ini dapat dilihat dari intensitas penyemprotan nutirisi
yang dilakukan petani Desa Citapen pada umumnya yaitu dengan interval seminggu sekali, yang dilakukan sebanyak lebih dari empat kali penyemprotan.
Kondisi tersebut sangat merugikan petani karena mengakibatkan tanaman justru tidak bertambah subur sehingga terjadi penurunan produksi, dan dari segi
finansial terjadi peningkatan pada biaya produksi yang akan berdampak pada berkurangnya pendapatan.
78
Tenaga Kerja X
8
Tenaga kerja memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen, artinya faktor produksi tenaga kerja
sangat berpengaruh terhadap produksi cabai merah keriting, karena tingkat kesalahannya adalah hanya satu persen. Nilai koefisien regresi untuk tenaga kerja
adalah 0,1312; dimana nilai positif ini menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan penggunaan tenaga kerja sebanyak satu persen maka produksi cabai
merah keriting akan meningkat sebesar 0,1312 persen ceteris paribus. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa tenaga kerja memang sangat dibutuhkan dalam
budidaya tanaman cabai merah keritig. Tenaga kerja yang diperlukan dalam budidaya tanaman cabai merah keriting sangatlah banyak dimana kegiatan yang
paling membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak yaitu pada kegiatan pemeliharaan, mulai dari penyiangan, pemupukan sampai dengan penyemprotan.
Oleh karena itu tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap produksi cabai merah keriting.
6.4 Analisis Skala Usaha Return to Scale