2.2.2 Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut
dalam memproduksi dua komoditas dibanding negara lain, perdagangan masih bisa berlangsung selama rasio harga antar negara masih berbeda dibanding tidak
ada perdagangan. Menurut teori cost comparative advantage suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barang dimana negara teresebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi
relatif kurang atau tidak efisien. Berdasarkan analisis production comparative advantage atau labor
productivity dikatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari
perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta
mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif tidak produktif.
2.2.3 Teori Keunggulan Kompetitif
Porter dalam Ismailfekon 2009 melihat bahwa salah satu faktor yang paling penting untuk menghadapi persaingan global adalah kemampuan
kompetitif yang dimiliki suatu negara. Jika suatu negara mempunyai keunggulan dalam hal faktor biaya atau mutu faktor yang digunakan untuk menghasilkan
suatu produk, maka negara itu akan menjadi tempat produksi dan ekspor akan mengalir ke negara lain. Porter dalam Mustopa 2010 juga menyebutkan bahwa
keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat jenis variabel yang merupakan faktor penentu keunggulan kompetitif, yaitu interaksi antara empat
faktor spesifik dan dua faktor eksternal, yaitu : 1.
Factor Condition Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor
produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu, terdiri dari : a Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam yang memengaruhi daya saing industri nasional mencakup biaya, kualitas, aksesibilitas, ukuran lahan, ketersediaan air, mineral, dan
energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan sumberdaya lainnya baik yang dapat diperbaharui maupun
yang tidak dapat diperbaharui, termasuk kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah, kondisi topografis, dan lain-lain.
b Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang memengaruhi daya saing industri nasional terdiri
dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku, dan etika kerja.
c Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar dan
pengetahuan ilmiah yang menunjang produksi barang dan jasa. Termasuk ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi seperti perguruan
tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya.
d Sumberdaya Modal Sumberdaya modal yang memengaruhi daya saing nasional terdiri dari jumlah
dan biaya yang tersedia, jenis pembiayaan, aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat,
peraturan keuangan, dan peraturan moneter dan fiskal. e Sumberdaya Infrastruktur
Sumberdaya infrastruktur yang memengaruhi daya saing nasional dapat dilihat dari ketersediaan jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur yang
memengaruhi persaingan, termasuk sistem transportasi, komunikasi, air bersih, dan energi listrik.
2. Demand Condition
Kondisi permintaan sangat memengaruhi penentuan daya saing, terutama mutu permintaan. Mutu permintaan menjadi suatu tantangan bagi perusahaan untuk
meningkatkan daya saingnya dengan memberikan respon terhadap persaingan yang terjadi. Kondisi permintaan bisa dilihat dari dua aspek yaitu kondisi
permintaan domestik dan ekspor. 3.
Related and Supporting Industries Keberadaan industri terkait dan pendukung memengaruhi daya saing secara
global akibat adanya keterkaitan yang erat antara industri hulu dan hilir. 4.
Firm Strategy, Structure, and Rivalry Tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong kompetisi dan inovasi.
Keberadaan pesaing lokal akan menjadi penggerak bagi perusahaan lain untuk terus berinovasi. Perusahaan yang bisa bersaing dalam industri nasional akan
lebih mudah memenangkan persaingan internasional dibanding perusahaan yang belum memiliki daya saing nasional atau berada dalam industri yang tingkat
persaingannya rendah. Struktur industri dan struktur perusahaan juga menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam
industri tersebut. Dua faktor eksternal dalam teori Porter yaitu :
1. Peran Pemerintah Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Pemerintah dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh keeempat variabel utama. Variabel kondisi sumberdaya dipengaruhi melalui subsidi, kebijakan pasar modal,
kebijakan pendidikan dan lainnya. Pemerintah juga sering menjadi pemegang kekuasaan atas sumberdaya yang menyangkut kepentingan rakyat banyak.
2. Peran Kesempatan Peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun pemerintah
namun memengaruhi tingkat daya saing. Beberapa hal yang dianggap sebagai kesempatan seperti adanya penemuan baru, depresiasi mata uang atau kondisi
politik yang menguntungkan bagi peningkatan daya saing.
2.3 Gravity Model