V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Estimasi Daya Saing Nenas Indonesia di Pasar Internasional 5.1.1 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage RCA
Berdasarkan hasil estimasi, nenas Indonesia selama periode 2002 – 2008
memiliki nilai RCA yang kurang dari satu dengan rentang 0,001 – 0,558. Nilai
RCA yang lebih rendah dari satu tersebut menunjukkan bahwa Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor nenas, atau dapat dikatakan nenas
Indonesia berdaya saing rendah. Nilai RCA Nenas Indonesia lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Hasil Estimasi RCA Nenas Indonesia Periode 2002 – 2008
Tahun RCA XijXit:WiWt
Pertumbuhan Nilai RCA
2002 0,558928975
2003 0,346000426
-38,10 2004
0,068928076 -80,08
2005 0,022697115
-67,07 2006
0,007234827 -68,12
2007 0,029773363
311,53 2008
0,007763986 -73,92
Pada tahun 2002 nilai RCA Indonesia mencapai 0,558 yang merupakan nilai RCA tertinggi selama periode tersebut dikarenakan pada saat itu pangsa
ekspor nenas Indonesia mencapai 0,51 persen terhadap total ekspor dunia dengan nilai ekspor sebesar US 2,78 juta, namun pada tahun-tahun berikutnya nilainya
semakin menurun. Peningkatan nilai RCA sebesar 311,53 persen terjadi pada tahun 2007 dimana nilainya mencapai 0,029 dibandingkan dengan nilai RCA
tahun sebelumnya yang hanya sebesar 0,007. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut produksi nenas Indonesia mencapai 2,24 juta yang merupakan nilai
produksi nenas tertinggi selama periode 2002 – 2008. Pada tahun tersebut ekspor
nenas Indonesia ke dunia mencapai nilai US 360.991 atau meningkat sebesar 377 persen dari tahun 2006 yang nilainya hanya sebesar US 81.903 sehingga pangsa
ekspor nenas Indonesia di pasar dunia pun mengalami peningkatan dari 0,006 persen menjadi 0,025 persen. Nilai RCA Indonesia terendah terjadi pada tahun
2006, yaitu hanya sekitar 0,0072. Hal ini disebabkan pada tahun 2006 nilai ekspor nenas Indonesia hanya sebesar US 81.903 dengan pangsa yang sangat rendah,
yaitu sebesar 0,006 persen terhadap ekspor nenas dunia. Daya saing nenas Indonesia yang rendah di level internasional juga terlihat
apabila RCA Indonesia dibandingkan dengan RCA negara-negara ASEAN yang juga menjadi negara pengekspor nenas seperti Filipina, Malaysia, Thailand,
Vietnam dan Singapura seperti dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut.
Gambar 5.1 Perbandingan Nilai RCA Indonesia dengan RCA Negara- Negara ASEAN Periode 2002
– 2008
0,0 2,0
4,0 6,0
8,0 10,0
12,0 14,0
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008
Ni lai
R CA
Filipina Malaysia
Thailand Vietnam
Indonesia
Berdasarkan gambar 5.1 terlihat bahwa pada periode 2002 – 2008, di
antara negara-negara ASEAN, Filipina memiliki nilai RCA tertinggi dengan nilai rata-rata 10,32 sedangkan negara lainnya jauh tertinggal dengan nilai RCA
dibawah 2. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Filipina memiliki daya saing kuat dalam ekspor nenas di pasar internasional dikarenakan Filipina merupakan
salah satu negara dengan nilai ekspor nenas tertinggi di dunia, dengan pangsa rata-rata sebesar 4,22 persen terhadap ekspor pisang dunia. Di tingkat dunia,
negara yang memiliki nilai RCA tertinggi adalah Kostarika, dengan nilai RCA rata-rata mencapai 449,05 dengan pangsa ekspor sebesar 31,55 persen terhadap
ekspor nenas dunia. Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa daya saing nenas Indonesia masih sangat lemah apabila dibandingkan negara-negara pesaingnya.
Nilai RCA Indonesia yang lemah juga terlihat di beberapa negara tujuan ekspor nenas, yaitu Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan Macao
yang rata-rata menunjukkan nilai di bawah satu, seperti dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Nilai RCA Nenas Indonesia di Beberapa Negara Tujuan Ekspor Periode 2002
– 2008
Tahun Nilai RCA
Singapura Jepang
Uni Emirat Arab
Amerika Serikat
Malaysia Macao
2002 0,0299033 0,0037504
0,0429154 0,7106249
70,6908434 1,6235603
2003 0,0756868 0,0127505
0,5256113 0,1833491 189,3009179
0,0000000 2004
0,0783123 0,0151750 0,0003645
0,0465889 204,4179049 0,0052708
2005 0,0127638 0,0468816
0,0002921 0,0000000
18,5906235 0,0233555
2006 0,0151367 0,0193476
0,0000000 0,0031841
2,9206244 0,0000000
2007 0,0011673 0,0951545
0,0274370 0,0196221
8,1700232 0,4894194
2008 0,0794055 0,0182990
0,0184497 0,0005349
0,0000000 0,0180536
Nilai RCA Nenas Indonesia di Singapura tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,079. Hal ini terjadi karena pada periode tersebut nilai ekspor
nenas Indonesia ke Singapura mencapai nilai terbesar yaitu US 15.225 atau 0,0001 persen terhadap total ekspor Indonesia ke Singapura. Nilai RCA nenas
Indonesia di Jepang yang tertinggi dicapai pada tahun 2007 walaupun nilainya masih jauh dibawah 1, yaitu sebesar 0,095 dikarenakan pada tahun tersebut nilai
ekspor nenas Indonesia ke Jepang mencapai US 337.474 yang merupakan nilai ekspor nenas terbesar pada periode 2002
– 2008 atau sekitar 0,001 persen terhadap total ekspor Indonesia ke Jepang.
Nilai RCA nenas Indonesia di Uni Emirat Arab dicapai pada tahun 2003 yaitu 0,525. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut nilai ekspor Indonesia ke
UEA mencapai US 28.259 yang merupakan nilai ekspor tertinggi pada periode tersebut atau 0,003 persen terhadap total ekspor Indonesia ke UEA. Pada tahun
2006 nilai RCA bernilai nol dikarenakan pada tahun tersebut tidak ada report mengenai ekspor nenas dari Indonesia ke UEA. Nilai RCA nenas Indonesia
tertinggi di Amerika Serikat dicapai pada tahun 2002 yang bernilai 0,71. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai
US 1,012 juta yang merupakan nilai ekspor tertinggi pada periode tersebut atau mencapai 0,01 persen terhadap total ekspor Indonesia ke AS. Pada tahun 2005
nilai RCA bernilai nol dikarenakan pada tahun tersebut tidak ada report mengenai ekspor nenas dari Indonesia ke AS.
Nilai RCA nenas Indonesia di Malaysia menunjukkan nilai yang sangat tinggi pada tahun 2002 hingga tahun 2004 hingga mencapai nilai 204,41. Nilai
RCA yang tinggi tersebut dikarenakan pada tahun tersebut nilai ekspor nenas dari Indonesia ke Malaysia mencapai 50 persen dari total nilai impor nenas Malaysia.
Hal tersebut dikarenakan sebelum tahun 2005, pesaing ekspor nenas ke Malaysia dari Asia Tenggara baru Thailand saja, sedangkan ekspor nenas dari Filipina ke
Malaysia belum terlalu banyak. Namun tahun 2008 nilai RCA bernilai nol dikarenakan tidak ada report mengenai ekspor nenas dari Indonesia ke Malaysia
pada tahun tersebut. Menurut Istiqomah 2008, penurunan nilai ekspor nenas Indonesia ke Malaysia disebabkan nenas Indonesia kalah bersaing dari negara
tetangga eksportir nenas terutama dalam harga, dimana biaya pengapalan nenas dari Indonesia lebih mahal dari biaya pengapalan nenas dari Thailand, sehingga
harga nenas ekspor dari Thailand relatif lebih murah dengan kualitas yang sama dengan nenas ekspor Indonesia. Selain itu, nenas Indonesia juga kalah bersaing
dari nenas Filipina dikarenakan volume produksi nenas Filipina yang jauh lebih tinggi menyebabkan harganya bisa lebih murah dari nenas Indonesia.
Nilai RCA nenas Indonesia di Macao mencapai nilai tertinggi pada tahun 2002, yaitu sebesar 1,62. Hal tersebut disebabkan pada tahun tersebut nilai ekspor
nenas Indonesia ke Macao mencapai nilai US 4.145 atau sebesar 5,15 persen dari total impor nenas Macao. RCA tahun 2003 dan 2006 yang bernilai nol
dikarenakan tidak ada report ekspor nenas dari Indonesia ke Macao pada tahun tersebut. Nilai RCA Indonesia di beberapa negara tujuan yang semakin menurun
dan bernilai di bawah satu juga mengindikasikan bahwa daya saing nenas Indonesia semakin melemah atau dengan kata lain pada saat ini nenas ekspor asal
Indonesia di negara tujuan kalah bersaing dibanding nenas ekspor dari negara lain.
5.1.2 Hasil Estimasi Export Product Dynamic EPD
Hasil estimasi EPD nenas Indonesia selama periode 2002 – 2008
menunjukkan posisi kinerja ekspor nenas Indonesia yang terletak pada kuadran “Retreat” karena rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas dan rata-rata
pertumbuhan pangsa pasar total ekspor bernilai negatif seperti disajikan pada tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3 Hasil Estimasi Nilai EPD Nenas Indonesia Periode 2002 – 2008
Tahun Pangsa Pasar
Total Ekspor X
Pangsa Pasar Ekspor Nenas
Y Rata-Rata
Pertumbuhan X Rata-Rata
Pertumbuhan Y 2002
0,00904127 0,00505343
2003 0,00824936
0,00285428 -8,75886911
-43,51792168 2004
0,00799528 0,00055110
-3,07993963 -80,69218198
2005 0,00846033
0,00019203 5,81657781
-65,15598304 2006
0,00852831 0,00006170
0,80350961 -67,86834075
2007 0,00849904
0,00025305 -0,34320696
310,11593882 2008
0,00884994 0,00006871
4,12860641 -72,84643159
Average -0,23888698
-3,32748670
Pada tahun 2007 pertumbuhan pangsa ekspor nenas Indonesia mencapai angka paling tinggi yaitu sebesar 310 persen, hal ini disebabkan pada tahun
tersebut pangsa ekspor nenas Indonesia terhadap pangsa ekspor nenas dunia meningkat menjadi 0,00025 sedangkan pangsa total ekspor Indonesia tetap berada
pada kisaran 0,008. Posisi “Retreat” tersebut dikarenakan pada tahun 2002 – 2008 pertumbuhan pangsa total ekspor Indonesia yang mengalami penurunan rata-rata
0,23 persen pertahun, begitu pula dengan pertumbuhan pangsa ekspor nenas dari indonesia ke dunia yang mengalami penurunan rata-rata sekitar 3,32 persen
pertahun. Posisi “Retreat” adalah posisi yang menunjukkan nenas Indonesia merupakan produk yang stagnan tidak dinamis karena pangsa pasar ekspor
nenas Indonesia pertumbuhannya lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor dunia sehingga dapat dikatakan ekspor nenas Indonesia tidak
kompetitif di pasar internasional. Nilai EPD yang beragam terjadi di enam negara tujuan ekspor nenas
Indonesia, seperti dapat dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini.
Tabel 5.4 Hasil Estimasi Nilai EPD Indonesia di Beberapa Negara Tujuan Ekspor Periode 2002
– 2008
Negara Tujuan Rata-Rata
Pertumbuhan Pangsa Pasar
Total Ekspor Rata-Rata
Pertumbuhan Pangsa Pasar
Ekspor Nenas Posisi Daya Saing
Jepang 0,38634701
120,729352 Rising Star Singapura
-1,70251608 1117,41761 Lost Opportunity
Uni Emirat Arab -8,50060361
141,401985 Lost Opportunity Amerika Serikat
-0,56730605 31,6460324 Lost Opportunity
Malaysia -9,59245379
-28,6815313 Retreat Macao
7,28513310 14,1555825 Rising Star
Daya saing nenas Indonesia pada periode 2002 – 2008 di pasar Jepang
berada pada posisi “Rising Star” karena rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas Indonesia di Jepang bernilai positif yaitu sebesar 0,38 persen searah
dengan rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total ekspor Indonesia di Jepang yang juga bernilai positif atau meningkat sebesar 120,72 persen. Hal serupa terjadi pada
posisi daya saing nenas Indonesia di pasar Macao. Nenas Indonesia berada pada posisi daya saing “Lost Opportunity” di pasar Singapura, Uni Emirat Arab dan
Amerika Serikat karena rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas
Indonesia di kedua negara bernilai positif, namun rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total ekspor Indonesia di ketiga negara tersebut bernilai negatif. Nenas
Indonesia berada pada posisi Retreat di pasar Malaysia karena baik rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas Indonesia di Malaysia maupun rata-rata
pertumbuhan pangsa pasar total ekspor Indonesia di Malaysia bernilai negatif. Posisi EPD beberapa negara pesaing pada periode 2002
– 2008 yaitu Kostarika dan Belgia yang merupakan negara pengekspor nenas terbesar di dunia
saat ini beserta Brazil, Sri Lanka dan Filipina sebagai pesaing dalam ekspor nenas di pasar internasional dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Hasil Estimasi Nilai EPD Nenas Beberapa Negara Pesaing Periode 2002
– 2008
Negara Rata-Rata
Pertumbuhan Pangsa Pasar
Ekspor Rata-Rata
Pertumbuhan Pangsa Pasar
Produk Posisi Daya Saing
Kostarika -3,16013168
4,89061575 Lost Opportunity Belgia
-1,64591595 -0,07102921 Retreat
Brazil 5,01924762
31,12856564 Rising Star Sri Lanka
-5,52565402 -1,41626203 Retreat
Filipina -8,85741906
-4,26012923 Retreat
Indonesia
-0,23888698 -3,32748670 Retreat
Hasil estimasi menunjukkan bahwa beberapa negara yang memiliki keunggulan kompetitif yang kuat dalam ekspor nenas di pasar internasional saat
ini adalah Brazil yang berada pada posisi “Rising Star”, ditandai dengan rata-rata pertumbuhan pangsa ekspor nenasnya yang positif yaitu tumbuh sebesar 31,12
persen pertahun searah dengan pertumbuhan total ekspor Brazil di dunia. Posisi “Rising Star” adalah posisi paling baik yang berarti negara tersebut memperoleh
tambahan pangsa pasar ekspor nenas. Negara pesaing lainnya yaitu Kostarika dan berada pada posisi “Lost Opportunity”. Kostarika memiliki rata-rata pangsa pasar
ekspor nenas yang positif yaitu 4,89 namun tidak sejalan dengan rata-rata pertumbuhan pangsa pasar total ekspornya yang menurun 3,16 persen. Belgia, Sri
Lanka dan Filipina berada pada posisi “Retreat” karena baik rata-rata pertumbuhan pangsa pasar ekspor nenas maupun rata-rata pertumbuhan pangsa
pasar total ekspor ketiga negara tersebut mengalami penurunan.
5.1.3 Hasil Estimasi Intra-Industry Trade IIT
Hasil estimasi menggunakan metode IIT menunjukkan keterkaitan perdagangan nenas antara Indonesia dengan beberapa negara tujuan. Hasil
estimasi nilai IIT nenas Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6 Hasil Estimasi Nilai IIT Komoditi Nenas Antara Indonesia dengan Beberapa Negara Tujuan Periode 2002
– 2009
Tahun Jepang
Singapura UEA
AS Malaysia
Macao
2002 0,00
6,89 0,00
0,00 5,39
0,00 2003
0,00 22,09
0,00 0,00
37,49 –
2004 0,00
29,45 0,00
0,00 0,76
0,00 2005
0,00 61,02
0,00 0,00
73,07 0,00
2006 0,00
8,48 –
0,00 12,97
– 2007
0,00 5,01
0,00 0,00
10,26 0,00
2008 0,00
1,62 0,00
0,00 0,00
0,00
Nilai IIT Indonesia dengan Jepang yang bernilai nol dari tahun 2002 hingga 2008 menunjukkan bahwa keterkaitan perdagangan antara Indonesia
dengan Jepang untuk komoditi nenas bersifat satu arah one-way trade, dimana Indonesia berperan sebagai eksportir saja. Hal yang sama juga terjadi pada
keterkaitan perdagangan antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab, Amerika
Serikat dan Macao. Untuk Amerika Serikat, Indonesia berperan sebagai Eksportir setiap tahun, kecuali di tahun 2005 Indonesia berperan sebagai importir karena
pada tahun tersebut Indonesia tidak mengekspor nenas ke AS, tetapi mengimpor nenas dari AS senilai US 9.360. Nilai IIT yang bernilai nol menunjukkan bahwa
keterkaitan perdagangan antara Indonesia dengan Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, dan Macao bersifat perfect inter-industry. Indonesia dapat
mempertahankan posisinya sebagai eksportir nenas di negara tujuan dengan melakukan diferensiasi produk, dalam hal ini mengekspor produk olahan nenas
untuk meningkatkan nilai tambah. Nilai IIT Indonesia dengan Singapura tertinggi terjadi pada tahun 2005
yang mencapai 61,02 persen, karena pada tahun tersebut nilai ekspor nenas Indonesia ke Singapura US 2293 dan nilai impor nenas indonesia dari Singapura
US 5222 sehingga dapat dikatakan keterkaitan perdagangan nenas antara Indonesia dan Singapura pada tahun tersebut bersifat dua arah two-way trade.
Begitu pula nilai IIT antara Indonesia dan Malaysia yang mencapai 73 persen pada tahun 2005, karena pada tahun tersebut nilai ekspor nenas Indonesia ke
Malaysia US 7693, sedangkan impor nenas dari Malaysia US 4429 sehingga perdagangan komoditi nenas antara Indonesia dengan Malaysia dikatakan bersifat
dua arah. Nilai IIT Indonesia dengan Singapura dan Malaysia selama periode 2002 hingga 2008 menunjukkan bahwa keterkaitan perdagangan antara Indonesia
dengan kedua negara ASEAN tersebut bersifat inter-industry, namun sudah ada integrasi yang lemah low integration.
5.2 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia dengan Negara Tujuan
Setelah dilakukan regresi terhadap data panel diperoleh model yang mengandung variabel bebas yang signifikan sesuai teori, namun harus melalui
beberapa uji untuk mengetahui model yang sesuai. Untuk mengetahui model yang digunakan antara pooled least square dan fixed effect dilakukan uji Chow, dengan
hasil sebagai berikut :
Tabel 5.7 Hasil Uji Chow
Effect Test Statistic
d.f. Prob
Cross Section F 19,969925
5,31 0,0000
Berdasarkan hasil uji Chow pada tabel 5.7 di atas, dimana nilai F hitung lebih besar dari tabel, maka disimpulkan bahwa model yang digunakan adalah
model fixed effect dengan estimasi persamaan sebagai berikut : LNX = Cross
j
+ 142,0843 + 0,002395 GDP
j
+ 18,52465 LNPOP
j
– 52,06171 LNDIS + 0.063116 ER
– 0,056204 LNGDP
i
+ 5.1
Dimana: X
= Volume ekspor nenas Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t Kg GDP
j
= Gross Domestic Product riil perkapita negara tujuan tahun ke-t US POP
j
= Jumlah penduduk negara tujuan ekspor nenas Indonesia tahun ke-t Jiwa
DIS = Jarak Ekonomi Indonesia dengan negara tujuan ekspor nenas Km
ER = Nilai tukar riil negara tujuan ekspor nenas Indonesia tahun ke-t DomUS
GDP
i
= GDP riil perkapita Indonesia di negara tujuan tahun ke-t US = error term periode ke t
5.2.1 Hasil Regresi Panel Data
Model permintaan ekspor nenas Indonesia di enam negara tujuan yang dihasilkan output E-views menghasilkan R-squared sebesar 93 persen. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa variabel-variabel yang ada di dalam model mampu menjelaskan 93 persen keragaman yang terjadi pada volume ekspor nenas
di Indonesia sedangkan 7 persen lainnya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hasil output E-views tersebut dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8 Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor
Nenas Indonesia ke Negara Tujuan Variable
Coefficient Std.Error
t-Statistic Prob.
GDPJ 0,002395
0,000702 3,410012
0,0018 LNPOPJ
18,52465 33,48261
0,553262 0,5841
LNDIS -52,06171
19,98119 -2,605536
0,0140 ER
0,063116 0,041287
1,528727 0,1365
GDPI -0,056204
0,020316 -2,766419
0,0095 C
142,0843 379,118
0,374776 0,7104
Fixed Effect Cross Jepang
99,21772 Singapura
-100,9126 Uni Emirat Arab
-6,127993 Amerika Serikat
179,5132 Malaysia
-58,03182 Macao
-113,6585 Weighted Statistics
R-squared 0,932185 Mean dependent var
6,911072 Adjusted R-squared
0,910310 S.D. dependent var 11,18449
S.E. of regression 1,065218 Sum squared resid
35,17535 F-statistic
42,61277 Durbin-Watson stat 2,610109
ProbF-statistic 0,000000
Unweighted Statistics R-squared
0,319382 Mean dependent var 7,804666
Sum squared resid 827,7112 Durbin-Watson stat
2,107480 Keterangan : signifikan pada taraf nyata 5 persen
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa probabilitas F statistik lebih kecil dari taraf nyata 5 persen yang menandakan bahwa model tersebut secara
keseluruhan signifikan pada taraf nyata yang digunakan dan model dianggap mampu merepresentasikan aliran ekspor nenas Indonesia di enam negara tujuan
ekspor. Dari seluruh variabel bebas di atas, terdapat dua variabel yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen yaitu variabel populasi negara tujuan dan nilai
tukar, namun variabel lain yang signifikan sesuai dengan teori.
5.2.2 Hasil Uji Asumsi Model
Model yang baik selain harus memenuhi kriteria statistik juga harus memenuhi kriteria ekonometrika yaitu terbebas dari masalah normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Berdasarkan tabel 5.8 diketahui nilai sum square resid pada weighted
statistics lebih kecil daripada nilai pada weighted statistics sehingga terindikasi
ada masalah heteroskedastisitas. Karena model telah menggunakan metode GLS cross section SUR
, maka permasalahan heteroskedastisitas pada model tersebut dianggap sudah teratasi. Masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-
Watson Statistics, yang menunjukkan nilai 2,61. Estimasi dengan pendekatan GLS Cross Section SUR
juga telah dapat mengatasi masalah autokorelasi tersebut. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi antarvariabel yang terdapat di
dalam model. Model dianggap terbebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai korelasi antarvariabel yang dimutlakkan tidak lebih besar dari nilai 0,8. Nilai
korelasi antarvariabel dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9 Matriks Nilai Korelasi antar Variabel dalam Model
LNX GDPJ
LNPOPJ LNDIS
ER GDPI
LNX 1.000000
-0.048501 0.381499
0.238885 0.238152
-0.234267 GDPJ
-0.048501 1.000000
0.314007 0.671441
0.250489 0.228778
LNPOPJ 0.381499
0.314007 1.000000
0.884881 0.412257
0.017245 LNDIS
0.238885 0.671441
0.884881 1.000000
0.411663 0.011363
ER 0.238152
0.250489 0.412257
0.411663 1.000000
0.010421 GDPI
-0.234267 0.228778
0.017245 0.011363
0.010421 1.000000
Berdasarkan tabel 5.9 di atas diketahui bahwa terdapat hubungan antarvariabel yang memiliki korelasi yang lebih besar dari nilai 0,8 yaitu variabel
populasi negara tujuan dengan variabel jarak yang bernilai 0,884881. Menurut uji Klein
selama korelasi terbesar antarvariabel bebasnya lebih kecil dari nilai R- squared
model tersebut, maka gejala multikolinearitas bisa diabaikan sehingga disimpulkan model yang digunakan dianggap tidak memiliki masalah
multikolinearitas. Uji normalitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque-Bera yang pada model ini bernilai 0,31 yang lebih besar dari
taraf nyata 5 persen yang digunakan sehingga dapat dikatakan bahwa error term di dalam model telah terdistribusi secara normal.
5.2.3 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Tujuan
5.2.3.1 Gross Domestic Product GDP Perkapita Negara Tujuan
Berdasarkan teori ekonomi, GDP perkapita merepresentasikan ukuran daya beli masyarakat di suatu negara terhadap barang dan jasa. Hasil estimasi
yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel GDP perkapita negara tujuan berpengaruh signifikan terhadap taraf nyata 5 persen dengan nilai koefisien
sebesar 0,002 yang bernilai positif sehingga sesuai dengan teori. Hal tersebut
berarti apabila terjadi kenaikan satu persen pendapatan per kapita di negara tujuan, maka akan meningkatkan aliran ekspor nenas sebesar 0,002 persen.
Peningkatan GDP perkapita di suatu negara secara otomatis akan meningkatkan daya beli masyarakat di negara tersebut. Hal ini berlaku pula untuk
konsumen nenas di negara importir, apabila daya beli mereka meningkat maka permintaan terhadap ekspor nenas pun akan meningkat, ceteris paribus.
Sumber : UNDATA 2011
Gambar 5.2 Perkembangan Peningkatan GDP Perkapita Negara Tujuan Ekspor Nenas Indonesia Periode 2002
–2008
Gambar 5.2 menunjukkan bahwa GDP perkapita Jepang, Singapura, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Malaysia dan Macao memiliki trend cenderung
meningkat selama periode 2002 hingga 2008. Amerika Serikat merupakan negara tujuan dengan GDP perkapita tertinggi, dan volume ekspornya termasuk lebih
tinggi dari negara lain. Selain itu, peningkatan GDP perkapita Uni Emirat Arab pada tahun 2008 juga meningkatkan volume ekspornya menjadi 18.000 Kg dari
5.000 10.000
15.000 20.000
25.000 30.000
35.000 40.000
45.000 50.000
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008
GDP Pe
rkap ita
US
Jepang Singapura
Uni Emirat Arab
Amerika Serikat
Malaysia
Macao
1.201 Kg pada tahun 2007. Hal tersebut menunjukkan GDP perkapita dan Volume Ekspor memiliki hubungan positif.
5.2.3.2 Jarak
Berdasarkan teori Gravity, jarak berpengaruh negatif terhadap hubungan perdagangan antarwilayah. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa
variabel jarak berpengaruh signifikan terhadap taraf nyata 5 persen dengan nilai koefisien sebesar 52,06 yang bernilai negatif sehingga sesuai dengan teori. Hal
tersebut berarti apabila jarak dengan negara tujuan lebih jauh satu persen, maka akan terjadi penurunan permintaan ekspor nenas sebesar 52,06 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa sesuai dengan teori gravitasi, jarak memengaruhi interaksi antara dua objek, dalam hal ini aliran ekspor nenas antara Indonesia dengan
negara tujuan. Semakin jauh jarak negara tujuan dengan Indonesia maka semakin besar biaya transportasi untuk melakukan perdagangan nenas dari Indonesia
sehingga akan menyebabkan semakin berkurangnya volume nenas Indonesia yang diperdagangkan. Hal ini terbukti oleh rata-rata volume ekspor nenas Indonesia ke
Malaysia pada periode 2002 – 2008 yang berjarak dekat lebih besar dibanding
rata-rata volume ekspor nenas Indonesia ke AS yang berjarak lebih jauh.
5.2.3.3 GDP Perkapita Indonesia
Berdasarkan teori ekonomi, GDP perkapita merepresentasikan ukuran daya beli masyarakat di suatu negara terhadap barang dan jasa. Hasil estimasi
yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel GDP perkapita Indonesia sebagai
negara eksportir berpengaruh signifikan terhadap taraf nyata 5 persen dengan nilai koefisien sebesar 0,05 yang bernilai negatif. Hal tersebut berarti apabila terjadi
kenaikan satu persen pendapatan per kapita di Indonesia, maka akan menurunkan aliran ekspor nenas sebesar 0,05 persen.
Sumber : UNDATA 2011
Gambar 5.3 Perkembangan GDP Perkapita Indonesia Periode 2002 – 2008
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pendapatan perkapita Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun sehingga diduga hal tersebut menjadi
salah satu penyebab berkurangnya ekspor nenas dari Indonesia. Meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia akan meningkatkan daya beli dan konsumsi
masyarakat Indonesia terhadap berbagai barang dan jasa, termasuk buah-buahan dan khususnya nenas. Permintaan masyarakat akan nenas di dalam negeri yang
tinggi menyebabkan komoditi yang tersedia untuk ekspor berkurang.
0,00 200,00
400,00 600,00
800,00 1000,00
1200,00 1400,00
1600,00
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008
GDP Pe
rkap ita
US
5.2.3.4 Jumlah Penduduk Negara Tujuan
Berdasarkan teori ekonomi, tingkat populasi penduduk berkorelasi positif terhadap jumlah komoditi yang diminta. Hal tersebut berlaku pula dalam
perdagangan antar negara. Apabila jumlah populasi di negara tujuan meningkat, maka permintaan ekspor terhadap suatu komoditi di negara tersebut akan lebih
banyak, ceteris paribus. Hasil estimasi pada model menunjukkan bahwa variabel populasi di negara tujuan memiliki koefisien sebesar 18,52 yang bernilai positif
sehingga sesuai dengan teori. Hal tersebut berarti apabila terjadi kenaikan satu persen jumlah penduduk di negara tujuan, maka akan meningkatkan aliran ekspor
nenas sebesar 18,52 persen. Meskipun koefisien nilai tukar bernilai positif sesuai teori namun probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan sehingga
variabel tersebut tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap aliran ekspor nenas Indonesia.
Sumber : UNDATA 2011
Gambar 5.4 Perkembangan Peningkatan Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor Nenas Indonesia Periode 2002
–2008
50.000.000 100.000.000
150.000.000 200.000.000
250.000.000 300.000.000
350.000.000
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008
Ju m
lah Pen
d u
d u
k ji
wa
Jepang Singapura
Uni Emirat Arab
Amerika Serikat
Malaysia
Macao
Berdasarkan gambar 5.4 terlihat bahwa populasi di negara tujuan cenderung stabil, kecuali di Amerika Serikat yang mengalami peningkatan
walaupun sangat kecil. Selain itu rata-rata volume ekspor Indonesia ke Malaysia yang berpenduduk sedikit lebih besar dibandingkan rata-rata volume ekspor
Indonesia ke Amerika Serikat, sehingga dapat disimpulkan populasi tidak berpengaruh terhadap volume ekspor nenas Indonesia
5.2.3.5 Nilai Tukar Domestik Terhadap Dollar AS
Hasil estimasi model menunjukkan koefisien variabel nilai tukar ER bernilai positif sebesar 0,06 yang berarti jika nilai tukar negara tujuan menguat
terhadap dollar sebesar satu persen maka akan meningkatkan permintaan ekspor nenas Indonesia sebesar 0,06 persen. Meskipun koefisien nilai tukar bernilai
positif sesuai teori namun probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan sehingga variabel tersebut tidak signifikan atau tidak berpengaruh
nyata terhadap aliran ekspor nenas Indonesia. Nilai tukar domestik terhadap dollar yang tidak signifikan dapat
disebabkan kelima negara tujuan yaitu Jepang, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Macao dan Singapura merupakan negara yang tergolong kelompok negara high
income menurut Bank Dunia, dimana pendapatan perkapita negara-negara tersebut
lebih tinggi dari US 9.361, sedangkan Malaysia termasuk kelompok negara upper middle income
karena pendapatan perkapitanya lebih tinggi dari US 3.031. Pendapatan perkapita yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat negara
tersebut tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN