Analisis Du Pont Return On Equity ROE

4.3.3. Analisis Du Pont

Analisis Du Pont menunjukan bagaimana rasio aktifitas dan profit margin berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat ROE yang dihasilkan. ROE digunakan untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan dan untuk melihat efektifitas pengelolaan sumber daya untuk memaksimumkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi para pemegang saham. Hasil analisis Du Pont PT. Bank Jabar Banten, Tbk. periode 2008 – 2010 dapat dilihat pada tabel 11: 68 Tabel 11. Perkembangan Nilai ROE dan Komponen yang Mempengaruhinya Pada PT. Bank Jabar Banten, Tbk. periode 2008 – 2010. Indikator 2008 2009 2010 Rata- rata per tahun I II III IV I II III IV I II III IV ROA 0,47 1,01 1,68 2,08 0,69 1,32 1,81 2,19 0,59 1,39 1,91 2,05 2,1 ROE 5,44 11,03 17,91 21,84 7,29 15,31 20,99 22,94 6,37 17,19 16,31 17,83 20,87 1 – Rasio Hutang 8,68 9,12 9,36 9,53 9,50 8,60 8,63 9,54 9,22 8,07 11,73 11,49 10,18 Pada tabel tersebut di atas dapat terlihat bahwa perkembangan nilai ROE melalui analisis Du Pont mengalami fluktuasi setiap tahunnya yaitu sebesar 21,84 persen dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 22,93 persen, peningkatan nilai ROE pada tahun 2009 justru menurun pada tahun 2010 yang sebesar 17,83 persen. hal tersebut menunjukan bahwa kinerja perusahaan berdasarkan nilai ROE perusahaan lebih baik pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008 maupun tahun 2010 yang hanya sebesar 17,83 persen. Nilai ROE yang berfluktuasi tersebut disebabkan oleh nilai perbandingan antara tingkat ROA dengan proporsi hutang, dimana ROA pada tahun 2008 sebesar 2,08 persen mengalami peningkatan menjadi 2,19 persen pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 yang menyebabkan ROE turun pun tingkat ROA pada tahun 2010 ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009 menjadi sebesar 2,05 persen bahkan lebih kecil apabila dibandingkan dengan tahun 2008. Faktor pembanding dari nilai ROA adalah jumlah persentase proporsi hutang perusahaan yang setiap tahun mengalami peningkatan, jadi oleh sebab itu hal tersebut berpengaruh langsung terhadap nilai ROE perusahaan dimana dengan jumlah pembagi yang lebih besar maka akan mendapatkan nilai yang lebih kecil. Adapun nilai proporsi hutang pada tahun 2008 adalah sebesar 9,53 persen meningkat setiap tahunnya pada 2009 menjadi sebesar 9,54 persen, bahkan pada tahun 2010 menjadi sebesar 11,48 persen dengan rata-rata peningkatan nilai proporsi hutang sebesar 10,18. Nilai proporsi hutang didapatkan dari perbandingan antara jumlah ekuitas atau modal sendiri dengan total aktiva. Adapun jumlah ekuitas atau modal sendiri dengan aktiva seperti telah dijelaskan sebelumnya pada perkembangan neraca perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana pada jumlah ekuitas tahun 2008 yang sebesar Rp. 2.481.870.000.000,- meningkat menjadi sebesar Rp. 3.091.543.000.000,- atau meningkat sebesar 24,56 persen. sedangkan pada tahun 2010 tingkat ekuitas perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu menjadi sebesar Rp. 4.990.993.000.000,- atau meningkat sebesar 61,44 persen dibandingkan dengan tahun 2009. Hal tersebut disebabkan oleh pada tahun 2010 perusahaan melakukan privatisasi dengan menjual sahamnya pada publik, dengan begitu jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan akan ✰✱ semakin besar pula. Adapun jumlah total aktiva sebenarnya juga mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2008 yang sebesar Rp. 26.040.869.000.000,- meningkat menjadi Rp. 32.410.329.000,- atau meningkat sebesar 24,46 persen pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 sebesar Rp. 43.445.700.000.000,- atau meningkat sebesar 34,05. Dengan jumlah ekuitas yang mengalami peningkatan cukup signifikan pada 2010 maka persentase proporsi hutang pun mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2008 maupun tahun 2009. Adapun yang menyebabkan nilai ROA tersebut mengalami fluktuasi setiap tahunnya apabila dilihat dari analisis Du Pont adalah jumlah perkalian antara nilai marjin laba bersih perusahaan Net Profit Margin dengan tingkat rasio perputaran aktiva. Nilai Marjin Laba Bersih perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu sebesar 16,66 persen pada tahun 2008 menjadi sebesar 16,85 persen pada tahun 2009 dan bahkan pada tahun 2010 menjadi sebesar 17,21 persen. Sedangkan apabila dilihat dari tingkat rasio perputaran aktiva perusahaan mengalami fluktuasi setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 yang sebesar 0,125 persen meningkat menjadi 0,130 persen pada tahun 2009 tidak dapat dipertahankan peningkatannya yang akhirnya pada tahun 2010 menurun menjadi sebesar 0,119 persen. Jadi oleh sebab itu tingkat ROA yang berfluktuasi sangat dipengaruhi secara signifikan dari tingkat rasio perputaran aktiva yang juga mengalami flutuasi setiap tahunnya. Net Profit Margin Marjin Laba Bersih diperoleh dari hasil perbandingan antara laba bersih setelah pajak Net Income dengan jumlah pendapatan operasional perusahaan, dimana laba bersih setelah pajak perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 542.162.000.000,- meningkat sebesar 30,80 persen menjadi Rp. 709.106.000.000,- akan tetapi peningkatan laba bersih pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 hanya sebesar 25,53 persen atau hanya meningkat sebesar Rp. 181.065.000.000,- menjadi Rp. 890.171.000.000,-. Peningkatan laba bersih tahun 2010 tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada 2009. Hal tersebut dikarenakan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2010 lebih besar daripada tahun-tahun ✲✳ sebelumnya walaupun pendapatan perusahaan juga mengalami peningkatan. Sedangkan apabila dilihat dari jumlah pendapatan operasional perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya dimana pada tahun 2009 meningkat sebesar 29,27 persen dibandingkan dengan tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 4.206.631.000.000,- sedangkan pada tahun 2010 hanya meningkat sebesar 22,95 persen dibandingkan dengan tahun 2009 atau meningkat menjadi sebesar Rp. 5.172.024.000.000,-. Rasio tingkat perputaran aktiva tersebut diperoleh dari hasil perbandingan antara operating income atau pendapatan operasional dengan total aktiva, dimana pendapatan operasional perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2008 yang sebesar Rp. 3.254.202.000.000,- meningkat sebesar 29,27 persen menjadi Rp. 4.206.631.000.000,- pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 yang hanya meningkat sebesar 22,95 persen menjadi sebesar Rp. 5.172.024.000.000,- dibandingkan tahun 2009. Sedangkan apabila dilihat dari total aktiva perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan peningkatan signifikan terjadi pada tahun 2010 sebesar 34,05 persen dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya meningkat sebesar 26,46 persen. Peningkatan total aktiva tersebut tidak diimbangi oleh peningkatan pendapatan operasional yang tidak terlalu signifikan, maka oleh sebab itu hal tersebut mempengaruhi rasio perputaran total aktiva yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. ✴✵

4.3.4. Analisis Economic Value Added EVA