dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan. Suyanto, 1994.
2.2. Definisi Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi 2011 Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standard
an ketentuan dalam SAK Standar Akuntansi Keuangan atau GAAP General Accepted Accounting Principle, dan lainnya.
Pengertian pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mengevaluasi secara kuantitatif hasil dari
aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penilaian
itu sendiri. pengukuran kinerja bagi manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian bagi
pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran kinerja bagi pihak di luar manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas suatu prestasi yang
dicapai oleh suatu satuan organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat hasil pelaksanaan kegiatannya.
2.3. Laporan Keuangan
Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu Kasmir, 2011. Maksud laporan keuangan yang menunjukan kondisi perusahaan saat
ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu untuk neraca dan periode tertentu
untuk laporan laba rugi. Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan.
Sementara itu, untuk laporan yang lebih luas dilakukan setahun sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini
setelah menganalisis laporan keuangan tersebut dianalisis.
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam
laporan keuangan seperti : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan catatan atas laporan keuangan dan laporan kas. Masing-masing laporan
memiliki komponen keuangan tersendiri, tujuan dan maksud tersendiri.
2.3.1. Neraca
Menurut James C Van Horne dalam Kasmir 2011 neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukan
total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan
ringkasan laporan keuangan. Artinya, laporan keuangan disusun secara garis besarnya saja dan tidak mendetail. Kemudian, neraca juga menunjukan posisi
keuangan berupa aktiva harta, kewajiban utang, dan modal perusahaan ekuitas pada saat tertentu. Artinya neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi
jumlah dan jenis harta, utang, dan modal perusahaan. Maksud pada tanggal tertentu adalah neraca dibuat dalam waktu tertentu setiap saat dibutuhkan, namun
neraca dibuat biasanya akhir tahun atau kuartal.
2.3.2. Laporan laba Rugi
Menurut James C Van Horne dalam Kasmir 2011 pengertian laba rugi yaitu ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu diakhiri
dengan laba atau rugi pada periode tersebut. Laporan laba rugi terdiri dari penghasilan biaya perusahaan pada periode tertentu, biasanya untuk satu tahun
atau tiap semester enam bulan atau tiga bulan.
2.4. Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne dalam Kasmir 2011 merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari
hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Kasmir 2011 rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa
periode. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan
sumber daya perusahaan secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi
hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. Atau kebijakan yang harus
diambil oleh pemilik perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang- orang yang duduk dalam manajemen ke depan.
2.4.1. Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan yang digunakan oleh bank dengan perusahaan non bank sebenarnya relatif tidak jauh berbeda. Perbedaannya terutama terletak pada
jenis rasio yang digunakan untuk menilai suatu rasio yang jumlahnya lebih banyak. Hal ini wajar saja karena komponen neraca dan laba rugi yang dimiliki
bank berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi perusahaan non bank. Bank merupakan perusahaan keuangan yang bergerak dalam memberikan layanan
keuangan yang mengandalkan kepercayaan dari masyarakat dalam mengelola dananya. Resiko yang dihadapi bank jauh lebih besar ketimbang perusahaan non
bank sehingga beberapa rasio dikhususkan untuk memperhatikan rasio ini. Sama seperti perusahaan non bank, untuk mengetahui kondisi keuangan
suatu bank, dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode
tersebut. Laporan ini sangat berguna terutama bagi pemilik, manajemen, pemerintah, dan masyarakat sebagai nasabah, guna mengetahui kondisi bank
tersebut pada waktu tertentu. Setiap laporan yang disajikan haruslah dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2.4.2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang, rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman.
2.4.2.1. Debt Ratio Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva
Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi. Atau beberapa
bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang Riyanto, 1995.
2.4.2.2. Total Debt to Equity Ratio Rasio Total Hutang dengan Modal
Sendiri
Rasio ini menunjukan perbandingan antara jumlah seluruh hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri perusahaan.
Atau bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang Riyanto, 1995.
2.4.2.3. Equity to Total Aktiva Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva
Disamping menunjukan keamanan bagi kreditur rasio modal sendiri terhadap total aktiva menunjukan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai
oleh modal sendiri.
2.4.2.4. Capital Adequacy Ratio CAR
Capital Adequacy Ratio CAR digunakan untuk mengukur
kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga Martono dalam
Imamah, 2005. Menurut Kasmir 2011 terdapat tiga macam CAR. Pertama, CAR yang
diperoleh setelah besarnya estimasi resiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan resiko yang akan terjadi dalam perdagangan surat-surat berharga
diketahui. Kedua, CAR yang diperoleh dari perbandingan antara Modal Ekuitas dikurangi Aktiva Tetap dengan Loan Toatal dan Sekuritasnya. Ketiga, CAR yang
didapat dari perbandingan antara modal ekuitas dengan Loan Total dan
sekuritasnya. Sedangkan menurut ketentuan Bank Indonesia, CAR diperoleh dari perbandingan antara Total Modal dengan Aktiva tertimbang Menurut Resiko
ATMR.
2.4.3. Rasio Aktifitas
Rasio aktifitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber
dananya.
2.4.3.1. Total Asset Turnover Ratio
Menurut Riyanto 1995 Rasio perputaran total aktiva atau Total Asset Turnover adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva
berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.
2.4.3.2. Fixed Asset Turnover Ratio
Fixed Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini, caranya
adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam satu periode. Kasmir, 2011.
2.4.4. Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan Kasmir, 2011. Sedangkan menurut Martono juga dalam Imamah 2005, Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu. Beberapa rasio tersebut antara lain :
Net Profit Margin Margin Laba Bersih
Net Profit Margin NPM merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan bank dalam menghasilkan net income laba bersih dari kegiatan operasi pokoknya, atau disebut juga tingkat kemampulabaan suatu perusahaan.
Return On Asset ROA
Return On Asset ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih atas total asset yang dimiliki bank dan
mengindikasikan perusahaan menggunakan seluruh asset yang tersedia dengan baik. ROA digunakan untuk mengevaluasi aktifitas keseluruhan perusahaan.
Return on Equity Pengembalian atas Ekuitas
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya Kasmir, 2011.
2.5. Analisis Sistem Du Pont
Analisis du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan. Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit
margin dengan menunjukan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat
pengembalian ekuitas ROE yang dihasilkan. Analisis ini memfokuskan pada ROE perusahaan karena dalam analisis Du Pont menganggap bahwa keberhasilan
perusahaan dapat dilihat dari perkembangan ROE yang dimiliki, semakin tinggi ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam mengelola
manajemennya Sawir dalam Suseno, 2010. Analisis ini dikembangkan dalam suatu bagan Du Pont. Bagan Du Pont
merupakan bagan yang dirancang untuk menunjukan hubungan diantara tingkat pengembalian atas investasi, perputaran aktiva, marjin laba, dan hutang Brigham
dan Houston, 2001. Pada dasarnya persamaan bagan Du Pont memperlihatkan interaksi
antara marjin laba bersih, perputaran total aktiva dan penggunaan hutang yang digunakan untuk mendanai aktiva yang akibatnya menentukan tingkat
pengembalian modal sendiri pada sisi kiri dari bagan Du Pont digunakan untuk menghitung profitabilitas perusahaan yaitu marjin laba bersih atas penjualan atau
pendapatan operasi dan non operasi. Berbagai biaya didaftarkan dan dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya dan kemudian dikurangkan dari penjualan untuk
menghasilkan laba bersih perusahaan. Laba bersih dibagi dengan penjualan akan menghasilkan margin laba bersih. Pada sisi kanan dari bagan Du Pont menyajikan
aktivitas perusahaan yaitu dilihat dari berbagai aktiva dan kemudian membagi penjualan dengan total aktiva untuk memperoleh perputaran total aktiva yaitu
berapa kali perusahaan memenfaatkan aktivanya setiap tahun. Apabila perputaran aktiva pada sisi kanan dikalikan dengan margin laba bersih pada sebelah kiri akan
menghasilkan tingkat pengembalian investasi.
dibagi
dikali
dibagi dibagi
dikurangi
Gambar 1. Kerangka Analisis Du Pont Sawir dalam Suseno 2010
Tingkat Pengembalian
Ekuitas ROE
Tingkat Pengembalian
Aktiva ROA 1
Rasio Hutang Debt Ratio
Margin Laba Bersih Perputaran Total
Aktiva
Laba Bersih
Penjualan Penjualan
Total Aktiva
Penjualan
Total Biaya
Harga Pokok Penjualan
Biaya Operasi Tunai Depresiasi
Biaya Bunga Pajak
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap Aktiva Lain
Kas dan surat berharga
Piutang Dagang Persediaan
Aktiva lancar lain
2.6. Economic Value Added EVA