- 21.00 Warna - 24.00 Warna - 03.00 Warna - 06.00 Lampu 15.5 16.75 17 15.25 10.25 Kesimpulan

4.2.5 Rerata sebaran hubungan antara larva cumi yang terpikat dengan keseluruhan warna biru, hijau, kuning dan merah Hubungan antara warna lampu dengan larva cumi-cumi yang terpikat, rerata sebarannya dapat dilihat secara visual pada Tabel 7 dan Gambar 10. Dari Gambar 10 dapat dilihat grafik rerata sebaran hubungan antara jumlah larva cumi-cumi yang terpikat dengan keseluruhan warna lampu LED merah, kuning, hijau dan biru. Tabel 7 Rerata sebaran hubungan antara larva cumi yang terpikat dengan keseluruhan warna lampu biru, hijau, kuning dan merah Banyak Warna

18.00 - 21.00 Warna

21.00 - 24.00 Warna

24.00 - 03.00 Warna

03.00 - 06.00 Lampu

Lampu Terpikat Lampu Terpikat Lampu Terpikat Lampu Terpikat 1 Merah 10 Biru 11 Kuning 12 Hijau 13 2 Merah 14 Biru 15 Kuning 14 Hijau 16 3 Merah 16 Biru 17 Kuning 17 Hijau 18 4 Merah 17 Biru 19 Kuning 18 Hijau 20 Jumlah 57 62 61 67 Rataan

14.25 15.5

15.25 16.75

1 Kuning 14 Hijau 13 Merah 9 Biru 12 2 Kuning 16 Hijau 17 Merah 12 Biru 15 3 Kuning 19 Hijau 18 Merah 15 Biru 16 4 Kuning 20 Hijau 20 Merah 15 Biru 18 Jumlah 69 68 51 61 Rataan

17.25 17

12.75 15.25

1 Hijau 19 Merah 7 Biru 14 Kuning 10 2 Hijau 21 Merah 9 Biru 18 Kuning 11 3 Hijau 24 Merah 13 Biru 20 Kuning 15 4 Hijau 26 Merah 12 Biru 21 Kuning 15 Jumlah 90 41 73 51 Rataan

22.5 10.25

18.25 12.75

1 Biru 17 Kuning 10 Hijau 16 Merah 6 2 Biru 19 Kuning 12 Hijau 19 Merah 10 3 Biru 21 Kuning 16 Hijau 22 Merah 13 4 Biru 23 Kuning 15 Hijau 23 Merah 13 Jumlah 80 53 80 42 Rataan 20 13.25 20 10.5 Gambar 11 Rerata sebaran hubungan antara larva cumi yang terpikat dengan keseluruhan warna lampu LED biru hijau kuning dan merah. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel rerata sebaran hubungan antara warna lampu dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat dengan diasumsikan perbedaan jumlah lampu tidak mempengaruhi, maka dapat disimpulkan bahwa lampu warna hijau dapat memikat cumi-cumi dengan jumlah yang tertinggi yaitu sebanyak 305 ekor cumi-cumi. Diurutan kedua ditempati oleh lampu warna biru dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat sebanyak 276 ekor. Pada urutan ketiga adalah lampu warna kuning, dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat sebanyak 234 ekor. Dan yang menempati urutan terakhir adalah lampu berwarna merah yang hanya mampu memikat 191 cumi. Pada tabel rerata preferensi cumi-cumi terhadap perbedaan warna cahaya pada waktu pengamatan yang berbeda ini diasumsikan perbedaan jumlah lampu tidak mempengaruhi karena pada grafik-grafik yang jumlah lampunya berbeda menjukkan gambaran grafik dengan pola yang sama. Pola yang didapat dari grafik-grafik diatas adalah lampu warna hijau menempati urutan pertama dengan batang diagram paling tinggi, lampu warna biru menempati urutan kedua, lampu warna kuning menempati 14.25 10.25 12.75 10.5 17.25 13.25 15.25 12.75 2 17 20 16.75 20 15.5 18.25 15.25 5 10 15 20 25 30 18:00-21:00 21:00-24:00 24:00-03:00 03:00-06:00 Merah Kuning Hijau Biru urutan ketiga dan lampu warna merah menempati urutan terakhir dengan batang diagram paling pendek. Mengacu pada Tabel 3 hingga Tabel 7 yang menghasilkan kesimpulan bahwa warna yang paling disukai oleh larva cumi-cumi sirip besar diurutan pertama adalah warna hijau, diurutan ke dua adalah warna biru, diurutan ke tiga adalah warna kuning dan diurutan terakhir adalah warna merah, maka dapat diketahui bahwa cumi-cumi lebih adaptif dengan panjang gelombang yang pendek yaitu warna hijau sepanjang 500-570 nm dan warna biru dengan panjang 450-500 nm dibandingkan dengan panjang gelombang yang panjang seperti yang dimiliki oleh warna kuning sepanjang 570-590 nm dan merah sepanjang 610-700 nm. Dalam tabel warna dan panjang gelombang cahaya menurut Ben Yami, 1976, warna merah menempati urutan kedua terpanjang setelah inframerah yang memiliki panjang cahaya lebih panjang dari 700 nm. Dan yang menempati urutan terakhir adalah ultraviolet dengan panjang gelombang lebih pendek dari 400. Cahaya biru dan hijau juga memiliki frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan cahaya kuning dan merah. Selain itu cahaya hijau dan biru memiliki sudut pembias yang lebih besar dari cahaya kuning dan merah, maka daya tembus ke dalam perairan lebih jauh jika dibandingkan dengan cahaya kuning dan merah. Cahaya biru dan hijau juga memiliki sifat mudah di pantulkan dan disebarkan di dalam air, dengan tingkat absorpsi yang lebih rendah dari cahaya merah. Sifat-sifat tersebut menyebabkan larva cumi tertarik untuk mendekati sumber cahaya biru dan hijau jika dibandingkan dengan cahaya merah dan kuning Hal tersebut sangat berhubungan dengan lingkungan hidupnya karena cumi- cumi termasuk hewan demersal. Selanjutnya Ben Yami 1976 mengemukakan bahwa cahaya biru dan hijau paling dapat menembus lapisan primer, sementara cahaya merah akan terabsorbsi oleh air hanya beberapa meter 2-3 meter setelah menembus permukaan air laut. Sedangkan warna cahaya biru dan hijau dapat menembus perairan sampai kedalaman lebih dari 10 meter. Berdasarkan habitatnya maka cumi-cumi lebih terbiasa dengan warna cahaya biru dan hijau, sehingga cumi tersebut akan cepat bereaksi beradaptasi terhadap warna biru dan hijau dari pada warna kuning dan merah, dimana telah dijelaskan bahwa cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana merupakan hewan neritik yang daerah sebarannya dari permukaan sampai kedalaman 100 m Sudjoko, 1988. Faktor lain yang menyebabkan cumi-cumi lebih menyukai warna cahaya hijau dibanding warna cahaya lainnya adalah untuk perlindungan dari predator, apabila cumi-cumi berada terlalu dekat dengan permukaan dimana warna cahaya merah dan kuning yang dapat hanya dapat menembus hingga beberapa meter 2-3 m dari permukaan maka cumi-cumi takut akan dimangsa oleh predator. Oleh karena itu cumi-cumi lebih memilih warna cahaya hijau yang mampu menembus lebih dalam. Sedangkan untuk cahaya biru yang dapat menembus air hingga dalam dibandingkan warna merah,kuning dan hijau, pada kedalaman yang dalam ini cumi-cumi takut akan kehadiran predator dari kedalaman perairan yang lebih dalam. Jadi cumi-cumi lebih memilih warna cahaya hijau yang mampu menembus hingga kolom perairan dimana faktor lain yang menyebabkan cumi-cumi terpikat oleh cahaya adalah terdapat plankton Ichtyoplankton yang merupakan makanan larva cumi-cumi pada kolom perairan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel rerata sebaran hubungan antara warna lampu dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat dengan diasumsikan perbedaan jumlah lampu tidak mempengaruhi, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah larva cumi-cumi yang tertinggi terpikat pada waktu pengamatan pukul 18..00 – 21.00. Kemudian jumlah larva cumi-cumi kedua tertinggi setelah pukul 18.00 – 21.00 adalah pada pukul 24.00 – 03.00. Diurutan terakhir yaitu pengamatan pada pukul 03.00 – 06.00 dan 21.00 - 24.00. Mengacu pada Tabel 3 hingga Tabel 7 yang menghasilkan hasil kesimpulan bahwa waktu pengamatan yang paling banyak cumi-cumi terpikat oleh cahaya adalah pada waktu pengamatan pukul 18..00 – 21.00. Kemudian jumlah larva cumi-cumi kedua tertinggi setelah pukul 18.00 – 21.00 adalah pada pukul 24.00 – 03.00. Diurutan terakhir yaitu pengamatan pada pukul 03.00 – 06.00 dan 21.00 - 24.00. Perbedaan waktu jam aktifitas merupakan pencerminan bahwa larva cumi- cumi segera bergerak aktif mencari tempat berlindung diwaktu matahari baru saja terbenam 18.00-21.00. Pada saat remang-remang twilight ini, umumnya predator mengalami kesulitan penglihatan karena terjadi perubahan sel retina dari sel kerucut cell cone menjadi sel batang cell rod dimana proses adaptasi dari keadaan terang ke keadaan gelap ini dinamakan dark adaptation. Periode peralihan fungsi sel penglihatan pada predator, digunakan secara maksimal oleh larva cumi-cumi untuk bergerak menuju tempat perlindungan. Kemudian larva cumi-cumi mengurangi aktifitas renangnya pada jam 21.00 hingga jam 24.00 maka jumlah cumi-cumi yang tertarik oleh cahaya lebih sedikit jika dibandingkan pada jam 18.00-21.00 dan jam 24.00-03.00. Hal ini dikarenakan pada periode ini tidak terjadi perubahan penyinaran yang lebih terang mencolok dalam hal besarnya intensitas, dimana pada periode ini tidak terjadi perubahan mekanisme penggantian alat indra sensor baik dari sel kerucut cell cone menjadi sel batang cell rod ataupun sebaliknya dari sel batang cell rod menjadi sel kerucut cell cone sehingga tidak ada perubahan keadaan dari keadaan terang menjadi gelap dark adaptation atau pun perubahan dari keadaan gelap menjadi terang. Selain itu faktor yang menyebabkan larva cumi-cumi hanya sedikit yang tertarik pada jam 21.00-24.00 jika dibandingkan pada jam 18.00-21.00 dan 24.00-03.00, adalah kejenuhan akan penyinaran yang telah dilakukan pada pukul 18.00 hingga pukul 21.00 yang mengakibatkan larva cumi-cumi memilih menghindari sumber cahaya tersebut. Aktifitas yang kembali meningkat pada waktu paruh ketiga 24:00-03:00. Hal ini diduga bahwa larva cumi-cumi kembali aktif dengan harapan bahwa pada saat tengah malam predator telah kenyang atau memasuki saat istirahat untuk kembali aktif di pagi hari. Selain itu pada pukul 24.00-03.00 ini terjadi proses pergantian alat indra sensor dari sel batang cell rod menjadi sel kerucut cell cone, maka terjadi proses adaptasi alat indra sensor dari keadaan gelap menjadi terang, sehingga kondisi ini digunakan oleh cumi-cumi untuk aktif mencari tempat perlindungan dari predator yang sedang mengalami kesulaitan penglihatan. Faktor lain yang menyebabkan mengapa larva cumi-cumi banyak tertarik oleh penyinaran buatan pada jam 24.00-03.00 adalah sudah hilangnya kejenuhan akan penyinaran dengan menghindari cahaya pada pukul 21.00-24.00, setelah kejenuhan hilang maka cumi- cumi kembali tertarik oleh cahaya. Pada pukul 03.00-06.00 terjadi penurunan kembali jumlah cumi-cumi yang terpikat, hal ini dikarenakan pada periode ini tidak terjadi perubahan penyinaran yang lebih terang mencolok dalam hal besarnya intensitas, dimana pada periode ini tidak terjadi perubahan mekanisme penggantian alat indra sensor baik dari sel kerucut cell cone menjadi sel batang cell rod ataupun sebaliknya dari sel batang cell rod menjadi sel kerucut cell cone sehingga tidak ada perubahan keadaan dari keadaan terang menjadi gelap dark adaptation atau pun perubahan dari keadaan gelap menjadi terang. Selain itu faktor yang menyebabkan larva cumi-cumi hanya sedikit yang tertarik pada jam 03.00-06.00 jika dibandingkan pada jam 18.00-21.00 dan 24.00-03.00, adalah kejenuhan akan penyinaran yang telah dilakukan pada pukul 24.00 hingga pukul 03.00 yang mengakibatkan larva cumi-cumi memilih menghindari sumber cahaya tersebut. Preferensi cumi-cumi terhadap intensitas cahaya juga dapat terlihat dengan jelas dari pertambahan tinggi batang-batang pada diagram batang yang dibandingkan dari Gambar 6 hingga Gambar 9. Terlihat dengan jelas bahwa setiap pertambahan lampu yang digunakan dalam pengamatan preferensi cumi-cumi terhadap cahaya, maka terjadi peningkatan jumlah cumi-cumi yang terpikat. Pertambahan banyak lampu yang digunakan menandakan pertambahan besar intensitas cahaya, berarti besar preferensi cumi-cumi terhadap cahaya berbanding lurus dengan peningkatan besar intensitas cahaya. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 12 dan Gambar 20. Akan tetapi ikan juga memiliki intensitas cahaya optimum, yaitu intensitas cahaya maksimum paling kuatbesar yang dapat diterima oleh sel indra penglihatan ikan. Apabila cahaya yang diberikan sudah melebihi intensitas maksimum yang dapat diterima oleh ikan, maka ikan akan cenderung menjauhi cahaya tersebut. Menurut Woodhead 1963 menyatakan bahwa tiap spesies ikan mempunyai intensitas sinar optimum yang berbeda-beda, tergantung susunan organ-organ tubuhnya. Pada penelitian ini, pengamatan dengan menggunakan 4 lampu menghasilkan jumlah cumi-cumi terbanyak yang tertarik pada cahaya, namun 4 lampu LED ini mungkin bukan merupakan intensitas maksimum larva cumi-cumi tersebut, dimana apabila dilakukan penelitian lebih lanjut yang tingkat intensitasnya ditambah, ada kemungkinan masih terjadi peningkatan jumlah cumi-cumi yang tertarik oleh cahaya buatan. Jadi dengan menggunakan 4 lampu belum menunjukan gerak phototaksis yang optimum. Peningkatan jumlah cumi-cumi yang tertarik oleh cahaya untuk setiap warna meskipun intensitas yang diberikan semakin tinggi seperti yang dapat dilihat dari mulai Gambar 6 hingga Gambar 9, hal ini diduga karena proses pemaparan yang dilakukan hanya 5 menit, sehingga cumi tersebut belum mengalami kejenuhan dan pembelajaran. Meskipun pemaparan cahaya terus dilakukan hingga menggunakan 4 lampu LED, tetapi jumlah ikan masih terus mengalami peningkatan. Dengan demikian, untuk mengetahui titik jenuh pada proses penglihatan cumi-cumi sebaiknya dilakukan pula percobaan dengan jumlah lampu yang lebih banyak dari 4 lampu dimana tingkat intensitasnya lebih tinggi dan waktu pemaparan yang lebih lama dari 5 menit. Selain penambahan intensitas juga perlu disertai dengan penambahan lamanya waktu pemaparan, karena terdapat tiga hal yang dapat mempengaruhi proses mendekatnya ikan pada sumber cahaya yaitu warna cahaya, intensitas cahaya, dan lamanya waktu pemaparan. Apabila ikan tersebut sudah mengalami titik jenuh dengan waktu pemaparan yang lama, maka ikan tersebut akan menghindari sumber cahaya berwarna tersebut. 4.2.6 Hubungan antara banyak lampu dan waktu perngamatan dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna merah Hubungan antara banyak lampu dan waktu perngamatan dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna merah dapat dilihat pada Tabel 8. Selain dapat dilihat dengan menggunakan Tabel 8, hasil pengamatan juga dapat dilihat pada Gambar 12. Dari Gambar 12 dapat dilihat grafik hubungan antara waktu pengamatan dan banyak lampu dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna merah. Tabel 8 Hubungan antara waktu pengamatan dan banyak lampu dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna merah Lampu Merah waktu Frek 1 1 18.00-21.00 10 2 1 21.00-24.00 7 3 1 24.00-03.00 9 4 1 03.00-06.00 6 5 2 18.00-21.00 14 6 2 21.00-24.00 9 7 2 24.00-03.00 12 8 2 03.00-06.00 10 Lampu Merah waktu Frek 9 3 18.00-21.00 16 10 3 21.00-24.00 13 11 3 24.00-03.00 15 12 3 03.00-06.00 13 13 4 18.00-21.00 17 14 4 21.00-24.00 12 15 4 24.00-03.00 15 16 4 03.00-06.00 13 3D Surface Plot Merah 3v16c Frek = Distance Weighted Least Squares 18 16 14 12 Gambar 12 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna merah. Penelitian preferensi larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana terhadap lampu LED warna merah dengan menggunakan 1 buah lampu intensitas 5,25 wattjoule, 2 buah lampu intensitas 6,15 wattjoule, 3 buah lampu intensitas 7,4 wattjoule dan 4 buah lampu intensitas 9 wattjoule pada waktu pengamatan yang berbeda yaitu pukul 18.00-21.00, 21.00-24.00, 24.00-03.00 dan 03.00-06.00 menghasilkan kesimpulan bahwa larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana paling tertarik pada perlakuan menggunakan 4 buah lampu dengan intensitas paling besar pada waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dimana jumlah larva cumi-cumi yang tertarik pada cahaya sebesar 17 ekor. Diurutan kedua jumlah larva cumi-cumi sirip besar yang terpikat pada cahaya sebanyak 16 ekor adalah pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada waktu pengamatan pukul 18.00-21.00. Diurutan ketiga yaitu pengamatan menggunakan 4 buah lampu dan 3 buah lampu pada waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat sebanyak 15 ekor. Pengamatan menggunakan 2 buah lampu pada pukul 18.00-21.00 menempati urutan keempat terbanyak jumlah cumi- cumi yang terpikat yaitu sebanyak 14 ekor. Diurutan kelima sebanyak 13 ekor jumlah cumi-cumi yang terpikat oleh cahaya adalah pengamatan menggunakan 4 buah lampu pada pukul 03.00-06.00, pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada pukul 21.00- 24.00 dan pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada pukul 03.00-.6.00. Pengamatan pukul 21.00-24.00 dengan menggunakan 4 buah lampu dan pengamatan pukul 24.00-03.00 menggunakan 2 buah lampu menempati urutan keenam dengan jumlah larva cumi-cumi sirip besar yang terpikat oleh cahaya adalah sebesar 12 ekor. Pengamatan preferensi larva cumi-cumi menggunakan 2 buah lampu pada pukul 03.00-06.00 dan pengamatan preferensi larva cumi-cumi yang menggunakan 1 buah lampu pada pukul 18.00-21.00 dengan jumlah larva cumi-cumi sebanyak 10 ekor menempati urutan ketujuh. Pada urutan kedelapan dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat sebanyak 9 ekor adalah pengamatan menggunakan 2 buah lampu dengan waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan pengamatan pukul 24.00-03.00 menggunakan 1 buah lampu. Urutan kesembilan yang merupakan urutan kedua terakhir ditempati oleh pengamatan menggunakan 1 buah lampu pada waktu pengamatan 21.00-24.00 dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat sebanyak 7 ekor. Pangamatan preferensi larva cumi-cumi sirip besar yang bearada diurutan paling terakhir yaitu urutan kesepuluh dimana paling sedikit jumlah cumi-cumi yang terpikatnya sebanyak 6 ekor adalah pengamatan pada pukul 03.00-06.00 menggunakan 1 buah lampu. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 Panjang gelombang nm In te n s it a s r e la ti f Gambar 13 Panjang gelombang cahaya lampu LED merah. Dari gambar 12 dapat diketahui bahwa panjang gelombang merah berkisar antara 598,49 nm-658,84 nm dimana merupakan panjang gelombang yang terpanjang jika dibandingkan dengan warna-warna lainnya yang diujikan pada perlakuan dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan literatur Ben Yami, 1976 bahwa panjang gelombang merah berkisar 6220 – 7700 A. Menurut Ben Yami, 1976 pada tabel warna dan panjang gelombang warna biru menempati urutan kedua terpanjang panjang gelombang setelah warna inframerah. Warna-warna yang diujikan dalam perlakuan pada penelitian ini adalah warna merah, kuning, biru dan hijau. 4.2.7 Hubungan antara banyak lampu dan waktu perngamatan dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna kuning. Hubungan antara banyak lampu dan waktu perngamatan dengan jumalah larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna kuning dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Hubungan antara waktu pengamatan dan banyak lampu dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna kuning Lampu Kuning waktu Frek 1 1 18.00-21.00 14 2 1 21.00-24.00 10 3 1 24.00-03.00 12 4 1 03.00-06.00 10 5 2 18.00-21.00 16 6 2 21.00-24.00 12 7 2 24.00-03.00 14 8 2 03.00-06.00 11 Lampu Kuning waktu Frek 9 3 18.00-21.00 19 10 3 21.00-24.00 16 11 3 24.00-03.00 17 12 3 03.00-06.00 15 13 4 18.00-21.00 20 14 4 21.00-24.00 15 15 4 24.00-03.00 18 16 4 03.00-06.00 15 3D Surface Plot Kuning 3v16c Frek = Distance Weighted Least Squares 22 20 18 16 14 12 Gambar 14 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi – cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna kuning. Penelitian preferensi larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana terhadap lampu LED warna kuning dengan menggunakan 1 buah lampu intensitas 3,35 wattjoule, 2 buah lampu intensitas 4,2 wattjoule, 3 buah lampu intensitas 5,1 wattjoule dan 4 buah lampu intensitas 7,15 wattjoule pada waktu pengamatan yang berbeda yaitu pukul 18.00-21.00, 21.00-24.00, 24.00-03.00 dan 03.00-06.00 menghasilkan kesimpulan bahwa larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana paling tertarik pada perlakuan menggunakan 4 buah lampu dengan intensitas paling besar pada waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dimana jumlah larva cumi-cumi yang tertarik pada cahaya sebesar 20 ekor. Diurutan kedua jumlah larva cumi-cumi sirip besar yang terpikat pada cahaya sebanyak 19 ekor adalah pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada waktu pengamatan pukul 18.00-21.00. Diurutan ketiga yaitu pengamatan menggunakan 4 buah lampu pada waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat sebanyak 18 ekor. Pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada pukul 24.00-03.00 menempati urutan keempat terbanyak jumlah cumi-cumi yang terpikat yaitu sebanyak 17 ekor. Diurutan kelima sebanyak 16 ekor jumlah larva cumi-cumi yang terpikat oleh cahaya adalah pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada pukul 21.00-24.00 dan pengamatan menggunakan 2 buah lampu pada pukul 18.00-21.00. Pengamatan pukul 03.00-06.00 dengan menggunakan 4 buah lampu,pengamatan pukul 21.00-24.00 dengan menggunakan 4 buah lampu dan pengamatan pukul 03.00- 06.00 menggunakan 3 buah lampu menempati urutan keenam dengan jumlah larva cumi-cumi sirip besar yang terpikat oleh cahaya adalah sebesar 15 ekor. Pengamatan preferensi larva cumi-cumi menggunakan 2 buah lampu pada pukul 24.00-03.00 dan pengamatan preferensi larva cumi-cumi yang menggunakan 1 buah lampu pada pukul 18.00-21.00 dengan jumlah larva cumi-cumi sebanyak 14 ekor menempati urutan ketujuh. Pada urutan kedelapan dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat sebanyak 12 ekor adalah pengamatan menggunakan 2 buah lampu dengan waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan pengamatan pukul 24.00-03.00 menggunakan 1 buah lampu. Urutan kesembilan yang merupakan urutan kedua terakhir ditempati oleh pengamatan menggunakan 2 buah lampu pada waktu pengamatan 03.00-06.00 dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat sebanyak 11 ekor. Pangamatan preferensi larva cumi-cumi sirip besar yang bearada diurutan paling terakhir yaitu urutan kesepuluh dimana paling sedikit jumlah cumi-cumi yang terpikatnya sebanyak 10 ekor adalah pengamatan pada pukul 03.00-06.00 menggunakan 1 buah lampu dan pengamatan pada pukul 21.00-24.00 menggunakan 1 buah lampu. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 Panjang gelombang nm In te n s it a s r e la ti f Gambar 15 Panjang Gelombang Cahaya Lampu LED Kuning. Dari Gambar 15 dapat diketahui bahwa panjang gelombang kuning berkisar antara 536,13 nm-629,85 nm dimana merupakan panjang gelombang yang kedua terpanjang jika dibandingkan dengan warna-warna lainnya yang diujikan pada perlakuan dalam penelitian ini. Warna-warna yang diujikan dalam perlakuan pada penelitian ini adalah warna merah, kuning, biru dan hijau. 4.2.8 Hubungan antara banyak lampu dan waktu perngamatan dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna hijau Hubungan antara banyak lampu dan waktu perngamatan dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna hijau dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hubungan antara waktu pengamatan dan banyak lampu dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna hijau Lampu Hijau Waktu Freq 1 1 18.00-21.00 19 2 1 21.00-24.00 13 3 1 24.00-03.00 16 4 1 03.00-06.00 13 5 2 18.00-21.00 21 6 2 21.00-24.00 17 7 2 24.00-03.00 19 8 2 03.00-06.00 16 Lampu Hijau Waktu Freq 9 3 18.00-21.00 24 10 3 21.00-24.00 18 11 3 24.00-03.00 22 12 3 03.00-06.00 18 13 4 18.00-21.00 26 14 4 21.00-24.00 20 15 4 24.00-03.00 23 16 4 03.00-06.00 20 3D Surface Plot Hijau 3v16c Freq = Distance Weighted Least Squares 28 26 24 22 20 18 16 14 12 Gambar 16 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna hijau. Penelitian preferensi larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana terhadap lampu LED warna hijau dengan menggunakan 1 buah lampu intensitas 6,25 wattjoule, 2 buah lampu intensitas 7,4 wattjoule, 3 buah lampu intensitas 8,15 wattjoule dan 4 buah lampu intensitas 9,25 wattjoule pada waktu pengamatan yang berbeda yaitu pukul 18.00-21.00, 21.00-24.00, 24.00-03.00 dan 03.00-06.00 menghasilkan kesimpulan bahwa larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana paling tertarik pada perlakuan menggunakan 4 buah lampu dengan intensitas paling besar pada waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dimana jumlah larva cumi-cumi yang tertarik pada cahaya sebesar 26 ekor. Diurutan kedua jumlah larva cumi-cumi sirip besar yang terpikat pada cahaya sebanyak 24 ekor adalah pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada waktu pengamatan pukul 18.00-21.00. Diurutan ketiga yaitu pengamatan menggunakan 4 buah lampu pada waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat sebanyak 23 ekor. Pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada pukul 24.00-03.00 menempati urutan keempat terbanyak jumlah cumi-cumi yang terpikat yaitu sebanyak 22 ekor. Diurutan kelima sebanyak 21 ekor jumlah larva cumi-cumi yang terpikat oleh cahaya adalah pengamatan menggunakan 2 buah lampu pada pukul 18.00-21.00. Pengamatan pukul 03.00- 06.00 dengan menggunakan 4 buah lampu dan pengamatan pukul 21.00-24.00 dengan menggunakan 4 buah lampu menempati urutan keenam dengan jumlah larva cumi-cumi sirip besar yang terpikat oleh cahaya adalah sebesar 20 ekor. Pengamatan preferensi larva cumi-cumi menggunakan 2 buah lampu pada pukul 24.00-03.00 dan pengamatan preferensi larva cumi-cumi yang menggunakan 1 buah lampu pada pukul 18.00-21.00 dengan jumlah larva cumi-cumi sebanyak 19 ekor menempati urutan ketujuh. Pada urutan kedelapan dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat sebanyak 18 ekor adalah pengamatan menggunakan 3 buah lampu dengan waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan pengamatan pukul 03.00-06.00 menggunakan 3 buah lampu. Diurutan kesembilan ditempati oleh pengamatan menggunakan 2 buah lampu pada waktu pengamatan 21.00-24.00 dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat sebanyak 17 ekor. Urutan kesepuluh yang merupakan urutan kedua dari akhir adalah pengamatan menggunakan 2 buah lampu pada pukul 03.00-06.00 dan pengamatan menggunakan 1 buah lampu pada pukul 24.00-03.00 dengan jumlah larva cumi- cumi yang terpikat sebanyak 16 ekor. Pangamatan preferensi larva cumi-cumi sirip besar yang bearada diurutan paling terakhir yaitu urutan kesebelas dimana paling sedikit jumlah cumi-cumi yang terpikatnya sebanyak 13 ekor adalah pengamatan pada pukul 03.00-06.00 menggunakan 1 buah lampu dan pengamatan pada pukul 21.00-24.00 menggunakan 1 buah lampu. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 Panjang gelombang nm Ir ra d ia n s r e la ti f Gambar 17 Panjang gelombang cahaya lampu LED hijau. Dari Gambar 17 dapat diketahui bahwa panjang gelombang hijau berkisar antara 496,94 nm-596,06 nm dimana merupakan panjang gelombang yang ketiga terpanjang jika dibandingkan dengan warna-warna lainnya yang diujikan pada perlakuan dalam penelitian ini. Warna-warna yang diujikan dalam perlakuan pada penelitian ini adalah warna merah, kuning, biru dan hijau. 4.2.9 Hubungan antara banyak lampu dan waktu perngamatan dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna biru Hubungan antara banyak lampu dan waktu perngamatan dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna biru dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hubungan antara waktu pengamatan dan banyak lampu dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna biru Lampu Biru waktu Frek 1 1 18.00-21.00 17 2 1 21.00-24.00 11 3 1 24.00-03.00 14 4 1 03.00-06.00 12 5 2 18.00-21.00 19 6 2 21.00-24.00 15 7 2 24.00-03.00 18 8 2 03.00-06.00 15 Lampu Biru Waktu Frek 9 3 18.00-21.00 21 10 3 21.00-24.00 17 11 3 24.00-03.00 20 12 3 03.00-06.00 16 13 4 18.00-21.00 23 14 4 21.00-24.00 19 15 4 24.00-03.00 21 16 4 03.00-06.00 18 3D Surface Plot Biru 3v16c Frek = Distance Weighted Least Squares 24 22 20 18 16 14 12 Gambar 18 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna biru. Penelitian preferensi larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana terhadap lampu LED warna biru dengan menggunakan 1 buah lampu intensitas 8,25 wattjoule, 2 buah lampu intensitas 9,15 wattjoule, 3 buah lampu intensitas 10,55 wattjoule dan 4 buah lampu intensitas 12 wattjoule pada waktu pengamatan yang berbeda yaitu pukul 18.00-21.00, 21.00-24.00, 24.00- 03.00 dan 03.00-06.00 menghasilkan kesimpulan bahwa larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana paling tertarik pada perlakuan menggunakan 4 buah lampu dengan intensitas paling besar pada waktu pengamatan pukul 18.00- 21.00 dimana jumlah larva cumi-cumi yang tertarik pada cahaya sebesar 23 ekor. Diurutan kedua jumlah larva cumi-cumi sirip besar yang terpikat pada cahaya sebanyak 21 ekor adalah pengamatan menggunakan 4 buah lampu pada waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dan pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada waktu pengamatan pukul 18.00-21.00. Diurutan ketiga yaitu pengamatan menggunakan 3 buah lampu pada waktu pengamatan pukul 24.00- 03.00 dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat sebanyak 20 ekor. Pengamatan menggunakan 4 buah lampu pada pukul 21.00-24.00 dan pengamatan menggunakan 2 buah lampu pada pukul 18.00-21.00 menempati urutan keempat terbanyak jumlah cumi-cumi yang terpikat yaitu sebanyak 19 ekor. Diurutan kelima sebanyak 18 ekor jumlah larva cumi-cumi yang terpikat oleh cahaya adalah pengamatan menggunakan 4 buah lampu pada pukul 03.00-06.00 dan pengamatan menggunakan 2 buah lampu pada pukul 24.00-03.00. Pengamatan pukul 21.00-24.00 dengan menggunakan 3 buah lampu dan pengamatan pukul 18.00-21.00 dengan menggunakan 1 buah lampu menempati urutan keenam dengan jumlah larva cumi-cumi sirip besar yang terpikat oleh cahaya adalah sebesar 17 ekor. Pengamatan preferensi larva cumi-cumi menggunakan 3 buah lampu pada pukul 03.00-06.00 dengan jumlah larva cumi-cumi sebanyak 16 ekor menempati urutan ketujuh. Pada urutan kedelapan dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat sebanyak 15 ekor adalah pengamatan menggunakan 2 buah lampu dengan waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan pengamatan pukul 03.00-06.00 menggunakan 2 buah lampu. Diurutan kesembilan ditempati oleh pengamatan menggunakan 1 buah lampu pada waktu pengamatan 24.00-03.00 dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat sebanyak 14 ekor. Urutan kesepuluh yang merupakan urutan kedua dari akhir adalah pengamatan menggunakan 1 buah lampu pada pukul 03.00-06.00 dengan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat sebanyak 12 ekor. Pangamatan preferensi larva cumi-cumi sirip besar yang bearada diurutan paling terakhir yaitu urutan kesebelas dimana paling sedikit jumlah cumi-cumi yang terpikatnya sebanyak 11 ekor adalah pengamatan pada pukul 21.00-24.00 menggunakan 1 buah lampu. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 Panjang gelombang nm In te n s it a s r e la ti f Gambar 19 Panjang gelombang cahaya lampu LED biru. Dari Gambar 19 dapat diketahui bahwa panjang gelombang biru berkisar antara 423,27 nm-496,94 nm dimana merupakan panjang gelombang yang paling pendek jika dibandingkan dengan warna-warna lainnya yang diujikan pada perlakuan dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan literatur Ben Yami, 1976 bahwa panjang gelombang biru berkisar 4550-4920 A. Menurut Ben Yami, 1976 pada tabel warna dan panjang gelombang warna biru menempati urutan ketiga terpendek panjang gelombang setelah warna ultraviolet dan violet. Warna-warna yang diujikan dalam perlakuan pada penelitian ini adalah warna merah, kuning, biru dan hijau.

4.2.10 Kurva gabungan panjang gelombang cahaya lampu LED merah, kuning, hijau dan biru

Kurva gabungan panjang gelombang cahaya lampu LED warna merah, kuning, hijau dan biru dapat dilihat pada Gambar 20. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 200 400 600 800 1000 1200 Merah Kuning Hijau Biru Gambar 20 Kurva gabungan panjang gelombang cahaya lampu LED merah, kuning, hijau dan biru. Pada Gambar 20 yang menggambarkan gabungan panjang gelombang cahaya lampu LED untuk keseluruhan warna yang diujikan pada perlakuan penelitian ini dimana warna yang diujikan adalah warna merah, kuning, hijau dan biru, dapat dilihat bahwa warna merah memiliki pajang gelombang terpanjang yaitu berkisar antara 598,49 nm-658,84 nm jika dibandingkan dengan warna- warna lainnya yang diujikan pada perlakuan dalam penelitian ini. Pada urutan kedua warna kuning memiliki panjang gelombang kedua terpanjang yaitu berkisar antara 536,13 nm-629,85 nm dimana merupakan panjang gelombang yang kedua terpanjang jika dibandingkan dengan warna-warna lainnya yang diujikan pada perlakuan dalam penelitian ini. Panjang gelombang hijau berada diurutan ketiga dimana panjang gelombangnya berkisar antara 496,94 nm-596,06 nm. Warna yang memiliki panjang gelombang terpendek adalah warna biru dimana panjang gelombang biru berkisar antara 423,27 nm-496,94 nm jika dibandingkan dengan warna-warna lainnya yang diujikan pada perlakuan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian mengenai panjang gelombang cahaya lampu LED dimana warna merah memiliki panjang gelombang paling panjang, diurutan kedua adalah warna kuning, diurutan ketiga adalah warna hijau, dan diurutan terakhir adalah warna biru, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ben Yami 1976. Ben Yami 1976 mengemukakan bahwa warna cahaya ultraviolet memiliki panjang gelombang lebih pendek dari 3900 A, violet memiliki panjang gelombang 3900 A-4550 A, biru memiliki panjang gelombang 4550 A-4920 A, hijau memiliki panjang gelombang 4920 A- 5770 A, kuning memiliki panjang gelombang 5770 A- 5970 A,oranye memiliki panjang gelombang 5970 A-6220 A, merah memiliki panjang gelombang 6220 A-7700 A, dan warna cahaya inframerah memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dari 7700 A.

4.2.11 Pola sebaran intensitas cahaya lampu LED merah, kuning, hijau dan biru

Pola sebaran intensitas cahaya lampu LED warna merah, kuning, hijau dan biru dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 20 dibawah ini. Tabel 12 Pola sebaran intensitas cahaya lampu LED merah, kuning, hijau dan biru Jumlah Intensitas lux Intensitas lux Intensitas lux Intensitas lux Lampu Merah Kuning Hijau Biru 1 5.25 3.35 6.25 8.25 2 6.15 4.2 7.4 9.15 3 7.4 5.1 8.15 10.55 4 9 7.15 9.25 12 Gambar 21 Grafik pola sebaran intensitas cahaya lampu LED merah, kuning, hijau dan biru. Pada Tabel 12 dan Gambar 21 terlihat bahwa setiap pertambahan lampu yang digunakan dalam penelitian preferensi larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana yang berarti pertambahan intensitas cahaya maka terjadi peningkatan preferensi larva cumi-cumi hingga pada batas intensitas maksimum yang dimiliki larva cumi-cumi.

4.2.12 T-test 1 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya lampu

Hasil uji t atau t-test pada perbedaan warna cahaya lampu dengan jumlah satu buah memperlihatkan bahwa warna merah paling sedikit larva cumi-cumi yang terpikatnya dibandingkan warna biru dan hijau. Warna biru dan hijau adalah warna yang dominan disukai oleh larva cumi-cumi. Tabel 13 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Banyak Waktu n Merah Biru Kuning Hijau Lampu Pengamatan 1 18.00-21.00 1 10 17 14 19 1 21.00-24.00 2 7 11 10 13 1 24.00-03.00 3 9 14 12 16 1 03.00-05.00 4 6 12 10 13 5.25 3.35 6.25 8.25 6.15 4.2 7.4 9.15 7.4 5.1 8.15 10.55 9 7.15 9.25 12 2 4 6 8 10 12 14 Merah Kuning Hijau Biru Warna Lampu Intensitas lux 1 Lampu 2 Lampu 3 Lampu 4 Lampu Tabel 14 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Warna yang dibandingkan P Merah vs. Biru 0.01411 Merah vs. Kuning 0.038245 Merah vs. Hijau 0.005319 Biru vs. Kuning 0.266570 Biru vs. Hijau 0.404637 Kuning vs. Hijau 0.072798 Tabel 15 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Merah Biru Kuning Hijau Merah Biru Kuning Hijau Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah : Ho : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata Ha : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata Ho : μ 1 = μ 2 Ha : μ 1 ≠ μ 2 Perbandingan antara lampu warna merah dengan biru, merah dengan kuning dan merah dengan hijau didapat hasil Ho ditolak dan Ha diterima maka terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat diantara kedua lampu yang dibandingkan tersebut dimana nilai p lebih kecil dari 0.05 atau 5 . Sedangkan untuk perbandingan antara warna biru dengan kuning, biru dengan hijau dan kuning dengan hijau didapat hasil yang sebaliknya. 4.2.13 T-test 2 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya lampu Hasil uji t atau t-test pada perbedaan warna cahaya lampu dengan jumlah dua buah memperlihatkan bahwa warna merah paling sedikit larva cumi-cumi yang terpikatnya dibandingkan warna biru dan hijau. Warna biru dan hijau adalah warna yang dominan disukai oleh larva cumi-cumi. Tabel 16 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Banyak Waktu n Merah Biru Kuning Hijau Lampu Pengamatan 2 18.00-21.00 1 14 19 16 21 2 21.00-24.00 2 9 15 12 17 2 24.00-03.00 3 12 18 14 19 2 03.00-05.00 4 10 15 11 16 Tabel 17 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Warna yang dibandingkan P Merah vs. Biru 0.010924 Merah vs. Kuning 0.249260 Merah vs. Hijau 0.004262 Biru vs. Kuning 0.060102 Biru vs. Hijau 0.360012 Kuning vs. Hijau 0.018861 Tabel 18 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Merah Biru Kuning Hijau Merah Biru Kuning Hijau Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah : Ho : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata Ha : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata Ho : μ 1 = μ 2 Ha : μ 1 ≠ μ 2 Untuk perbandingan antara lampu warna merah dengan biru, merah dengan hijau dan kuning dengan hijau didapat hasil bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat diantara kedua lampu yang dibandingkan tersebut dimana nilai p lebih kecil dari 0.05 atau 5 . Sedangkan untuk perbandingan antara warna merah dengan kuning, biru dengan kuning dan biru dengan hijau didapat hasil bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat diantara kedua lampu yang dibandingkan tersebut dimana nilai p lebih besar dari 0.05 atau 5

4.2.14 T-test 3 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya lampu

Hasil uji t atau t-test pada perbedaan warna cahaya lampu dengan jumlah tiga buah memperlihatkan bahwa warna merah paling sedikit larva cumi-cumi yang terpikatnya dibandingkan warna biru dan hijau. Warna biru dan hijau adalah warna yang dominan disukai oleh larva cumi-cumi. Tabel 19 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Banyak Waktu n Merah Biru Kuning Hijau Lampu Pengamatan 3 18.00-21.00 1 16 21 19 24 3 21.00-24.00 2 13 17 16 18 3 24.00-03.00 3 15 20 17 22 3 03.00-05.00 4 13 16 15 18 Tabel 20 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Warna yang dibandingkan P Merah vs. Biru 0.023368 Merah vs. Kuning 0.070131 Merah vs. Hijau 0.009774 Biru vs. Kuning 0.277302 Biru vs. Hijau 0.336512 Kuning vs. Hijau 0.072798 Tabel 21 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Merah Biru Kuning Hijau Merah Biru Kuning Hijau Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah : Ho : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata Ha : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata Ho : μ 1 = μ 2 Ha : μ 1 ≠ μ 2 Untuk perbandingan antara lampu warna merah dengan biru dan merah dengan hijau didapat hasil Ho ditolak dan Ha diterima maka terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat diantara kedua lampu yang dibandingkan tersebut dimana nilai p lebih kecil dari 0.05 atau 5 . Sedangkan untuk perbandingan antara warna merah dengan kuning, biru dengan kuning, biru dengan hijau dan kuning dengan hijau didapat hasil sebaliknya.

4.2.15 T-test 4 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya lampu

Hasil uji t atau t-test pada perbedaan warna cahaya lampu dengan jumlah empat buah memperlihatkan bahwa warna merah paling sedikit larva cumi-cumi yang terpikatnya dibandingkan warna kuning, biru dan hijau. Warna biru dan hijau adalah warna yang dominan disukai oleh larva cumi-cumi, dimana jumlah larva cumi-cumi yang terpikatnya terbesar. Tabel 22 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Banyak Waktu n Merah Biru Kuning Hijau Lampu Pengamatan 4 18.00-21.00 1 17 23 20 26 4 21.00-24.00 2 12 19 15 20 4 24.00-03.00 3 15 21 18 23 4 03.00-05.00 4 13 18 15 20 Tabel 23 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Warna lampu yang dibandingkan p Merah vs. Biru 0.008692 Merah vs. Kuning 0.147042 Merah vs. Hijau 0.004522 Biru vs. Kuning 0.096713 Biru vs. Hijau 0.312549 Kuning vs. Hijau 0.031933 Tabel 24 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh Merah Biru Kuning Hijau Merah Biru Kuning Hijau Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah Ho yaitu jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata, μ 1 = μ 2 dan Ha yaitu jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata, μ 1 ≠ μ 2 . Perbandingan lampu warna merah dengan biru, merah dengan hijau dan kuning dengan hijau hasilnya Ho ditolak dan Ha diterima. Maka jumlah larva cumi yang terpikat berbeda nyata, dimana nilai p lebih kecil dari 0.05. Sedangkan perbandingan antara warna merah dengan kuning, biru dengan kuning dan biru dengan hijau hasilnya sebaliknya. 4.2.16 T-test total larva cumi yang terpikat pada waktu pengamatan yang berbeda dengan asumsi jumlah lampu tidak berpengaruh Hasil uji t atau t-test pada perbedaan waktu pengamatan memperlihatkan bahwa pukul 18.00-21.00 yang paling banyak terpikat larva cumi-cuminya. Tabel 25 Tabel gabungan hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan Banyak Warna 18.00 - 21.00 21.00 - 24.00 24.00 - 03.00 03.00 - 05.00 Lampu Lampu Suka Suka Suka Suka 1 Merah 10 7 9 6 2 Merah 14 9 12 10 3 Merah 16 13 15 13 4 Merah 17 12 15 13 Jumlah 57 41 51 42 1 Biru 17 11 14 12 2 Biru 19 15 18 15 3 Biru 21 17 20 16 4 Biru 23 19 21 18 Jumlah 80 62 73 61 1 Kuning 14 10 12 10 2 Kuning 16 12 14 11 3 Kuning 19 16 17 15 4 Kuning 20 15 18 15 Jumlah 69 53 61 51 1 Hijau 19 13 16 13 2 Hijau 21 17 19 16 3 Hijau 24 18 22 18 4 Hijau 26 20 23 20 Jumlah 90 68 80 67 Tabel 26 Hubungan antara waktu pengamatan dan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh Warna Lampu n 18.00 - 21.00 21.00 - 24.00 24.00 - 03.00 03.00 - 06.00 Merah 1 57 41 51 42 Biru 2 80 62 73 61 Kuning 3 69 53 61 51 Hijau 4 90 68 80 67 Tabel 27 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh Waktu yang dibandingkan p 18.00-21.00 vs. 21.00-24.00 0.0987 18.00-21.00 vs. 24.00-03.00 0.4493 18.00-21.00 vs. 03.00-06.00 0.0822 21.00-24.00 vs. 24.00-03.00 0.2835 21.00-24.00 vs. 03.00-06.00 0.9289 24.00-03.00 vs. 03.00-06.00 0.2414 Tabel 28 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah : Ho : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata Ha : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata Ho : μ 1 = μ 2 Ha : μ 1 ≠ μ 2 Pada perbandingan antara seluruh waktu pengamatan didapat hasil bahwa Ho diterima dan Ha ditolak maka tidak terdapat perbedaan secara signifikan.

4.2.17 T-test 1 lampu dengan perlakuan perbedaan waktu pengamatan

Hasil uji t atau t-test satu lampu pada perbedaan waktu pengamatan memperlihatkan bahwa pukul 18.00-21.00 paling banyak larva cumi-cumi Tabel 29 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Banyak Warna n 18.00 - 21.00 21.00 - 24.00 24.00 - 03.00 03.00 - 05.00 Jumlah Lampu Lampu 1 Merah 1 10 7 9 6 32 1 Biru 2 17 11 14 12 54 1 Kuning 3 14 10 12 10 46 1 Hijau 4 19 13 16 13 61 Tabel 30 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Waktu yang dibandingkan p 18.00-21.00 vs. 21.00-24.00 0.0868 18.00-21.00 vs. 24.00-03.00 0.3960 18.00-21.00 vs. 03.00-06.00 0.1057 21.00-24.00 vs. 24.00-03.00 0.2465 21.00-24.00 vs. 03.00-06.00 1 24.00-03.00 vs. 03.00-06.00 0.2891 Tabel 31 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah : Ho : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata, μ 1 = μ 2 Ha : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata, μ 1 ≠ μ 2 Pada perbandingan antara seluruh waktu-waktu pengamatan dengan menggunakan 1 lampu dimana diasumsikan bahwa perbedaan warna lampu yang dipakai tidak berpengaruh, didapat hasil bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat diantara waktu-waktu pengamatan yang dibandingkan tersebut dimana nilai p lebih besar dari 0.05 atau 5

4.2.18 T-test 2 lampu perlakuan perbedaan waktu pengamatan

Hasil uji t atau t-test dua lampu pada perbedaan waktu pengamatan memperlihatkan bahwa pukul 18.00-21.00 paling banyak larva cumi-cumi Tabel 32 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Banyak Warna n 18.00 – 21.00 21.00 - 24.00 24.00 - 03.00 03.00 - 05.00 Jumlah Lampu Lampu 2 Merah 1 14 9 12 10 45 2 Biru 2 19 15 18 15 67 2 Kuning 3 16 12 14 11 53 2 Hijau 4 21 17 19 16 73 Tabel 33 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Waktu yang dibandingkan p 18.00-21.00 vs. 21.00-24.00 0.119338 18.00-21.00 vs. 24.00-03.00 0.469720 18.00-21.00 vs. 03.00-06.00 0.080261 21.00-24.00 vs. 24.00-03.00 0.338930 21.00-24.00 vs. 03.00-06.00 0.916509 24.00-03.00 vs. 03.00-06.00 0.260288 Tabel 34 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah : Ho : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata, μ 1 = μ 2 Ha : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata, μ 1 ≠ μ 2 Pada perbandingan antara seluruh waktu-waktu pengamatan dengan menggunakan 2 lampu dimana diasumsikan bahwa perbedaan warna lampu yang dipakai tidak berpengaruh, bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka tidak terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat.

4.2.19 T-test 3 lampu perlakuan perbedaan waktu pengamatan

Hasil uji t atau t-test tiga lampu pada perbedaan waktu pengamatan memperlihatkan bahwa pukul 18.00-21.00 paling banyak larva cumi-cumi Tabel 35 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Banyak Warna n 18.00 - 21.00 21.00 - 24.00 24.00 - 03.00 03.00 - 05.00 Jumlah Lampu Lampu 3 Merah 1 16 13 15 13 57 3 Biru 2 21 17 20 16 74 3 Kuning 3 19 16 17 15 67 3 Hijau 4 24 18 22 18 82 Tabel 36 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Waktu yang dibandingkan p 18.00-21.00 vs. 21.00-24.00 0.092426 18.00-21.00 vs. 24.00-03.00 0.536963 18.00-21.00 vs. 03.00-06.00 0.063336 21.00-24.00 vs. 24.00-03.00 0.234746 21.00-24.00 vs. 03.00-06.00 0.750223 24.00-03.00 vs. 03.00-06.00 0.159931 Tabel 37 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah : Ho : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata Ha : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata Ho : μ 1 = μ 2 Ha : μ 1 ≠ μ 2 Pada perbandingan antara seluruh waktu-waktu pengamatan dengan menggunakan 3 lampu dimana diasumsikan bahwa perbedaan warna lampu yang dipakai tidak berpengaruh, didapat hasil bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat diantara waktu-waktu pengamatan yang dibandingkan tersebut dimana nilai p lebih besar dari 0.05 atau 5

4.2.20 T-test 4 lampu perlakuan perbedaan waktu pengamatan

Hasil uji t atau t-test pada perbedaan waktu pengamatan dengan jumlah empatbuah memperlihatkan bahwa pukul 18.00-21.00 paling banyak larva cumi- cumi yang terpikatnya dibandingkan waktu pengamatan lainnya Tabel 38 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Banyak Warna n 18.00 - 21.00 21.00 - 24.00 24.00 - 03.00 03.00 - 05.00 Jumlah Lampu Lampu 4 Merah 1 17 12 15 13 57 4 Biru 2 23 19 21 18 81 4 Kuning 3 20 15 18 15 68 4 Hijau 4 26 20 23 20 89 Tabel 39 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Waktu yang dibandingkan p 18.00-21.00 vs. 21.00-24.00 0.111029 18.00-21.00 vs. 24.00-03.00 0.421775 18.00-21.00 vs. 03.00-06.00 0.090718 21.00-24.00 vs. 24.00-03.00 0.321478 21.00-24.00 vs. 03.00-06.00 1.000000 24.00-03.00 vs. 03.00-06.00 0.284571 Tabel 40 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 18.00-21.00 21.00-24.00 24.00-03.00 03.00-06.00 Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah Ho yaitu jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata, μ 1 = μ 2 dan Ha yaitu jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata, μ 1 ≠ μ 2 . Pada perbandingan antara seluruh waktu-waktu pengamatan dengan menggunakan 4 lampu dimana diasumsikan bahwa perbedaan warna lampu yang dipakai tidak berpengaruh, didapat hasil bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat diantara waktu-waktu pengamatan yang dibandingkan tersebut dimana nilai p lebih besar dari 0.05 atau 5. 4.2.21 T-test total larva cumi yang terpikat pada perlakuan perbedaan warna cahaya lampu dengan asumsi jumlah lampu tidak berpengaruh Hasil uji t atau t-test pada perbedaan warna cahaya memperlihatkan bahwa warna merah paling sedikit larva cumi-cumi yang terpikatnya dibandingkan warna biru dan hijau. Warna biru dan hijau adalah warna yang dominan disukai oleh larva cumi-cumi. Tabel 41 Tabel gabungan hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan Warna Waktu Jumlah Lampu JUMLAH Pengamatan 1 2 3 4 Merah 18.00-21.00 10 14 16 17 57 21.00-24.00 7 9 13 12 41 24.00-03.00 9 12 15 15 51 03.00-06.00 6 10 13 13 42 Biru 18.00-21.00 17 19 21 23 80 21.00-24.00 11 15 17 19 62 24.00-03.00 14 18 20 21 73 03.00-06.00 12 15 16 18 61 Kuning 18.00-21.00 14 16 19 20 69 21.00-24.00 10 12 16 15 53 24.00-03.00 12 14 17 18 61 03.00-06.00 10 11 15 15 51 Hijau 18.00-21.00 19 21 24 26 90 21.00-24.00 13 17 18 20 68 24.00-03.00 16 19 22 23 80 03.00-06.00 13 16 18 20 67 Tabel 42 Hubungan antara warna lampu dan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi jumlah lampu dan waktu pengamatan tidak berpengaruh Banyak Waktu n Merah Biru Kuning Hijau Lampu Pengamatan 1,2,3,4 18.00-21.00 1 57 80 69 90 1,2,3,4 21.00-24.00 2 41 62 53 68 1,2,3,4 24.00-03.00 3 51 73 61 80 1,2,3,4 03.00-05.00 4 42 61 51 67 Tabel 43 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi jumlah lampu dan waktu pengamatan tidak berpengaruh Warna yang dibandingkan p Merah vs. Biru 0.011759 Merah vs. Kuning 0.103840 Merah vs. Hijau 0.005192 Biru vs. Kuning 0.138319 Biru vs. Hijau 0.347262 Kuning vs. Hijau 0.040722 Tabel 44 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi jumlah lampu dan waktu pengamatan tidak berpengaruh Merah Biru Kuning Hijau Merah Biru Kuning Hijau Keterangan : = p dibawah taraf kesalahan 0.1 = p dibawah taraf kesalahan 0.05 = p dibawah taraf kesalahan 0.01 Pada selang kepercayaan 95 dengan alpha taraf kesalahan 5 dan hipotesis yang diajukan adalah : Ho : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu tidak berbeda nyata Ha : Jumlah larva cumi-cumi yang terpikat antara dua warna lampu berbeda nyata Ho : μ 1 = μ 2 Ha : μ 1 ≠ μ 2 Untuk perbandingan antara lampu warna merah dengan biru, merah dengan hijau dan kuning dengan hijau didapat hasil bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat diantara kedua lampu yang dibandingkan tersebut dimana nilai p lebih kecil dari 0.05 atau 5 . Sedangkan untuk perbandingan antara warna merah dengan kuning, biru dengan kuning dan biru dengan hijau didapat hasil bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan secara signifikan jumlah larva cumi-cumi yang terpikat diantara kedua lampu yang dibandingkan tersebut dimana nilai p lebih besar dari 0.05 atau 5 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa warna hijau lebih disukai daripada warna lainnya, berturut-turut diperlihatkan bahwa tingkat kesukaan tertinggi adalah warna hijau, biru, kuning dan merah. Berdasarkan pada jumlah lampu yang digunakan, terlihat bahwa semakin banyak jumlah lampu, semakin bertambah jumlah larva cumi-cumi yang terpikat oleh cahaya lampu. Tingkat kesukaan terhadap warna lampu terlihat berubah-ubah sesuai dengan waktu pengamatan. Tingkat kesukaan tertinggi terjadi tepat setelah matahari terbenam 18:00-21:00, kemudian terjadi penurunan. Tingkat kesukaan kembali meninggi pada saat pengamatan tengah malam 24:00-03:00, kemudian diiukti dengan penurunan tingkat kesukaan. Kesukaan larva cumi-cumi pada cahaya hijau, diperkirakan disebabkan oleh jenis larva cumi-cumi berasal dari jenis cumi-cumi pantai coastal, yang erat hubungannya dengan ekosistem terumbu karang. Cumi-cumi tersebut berupaya untuk mencapai tingkat kedalaman yang lebih dalam, dalam usaha mecari tempat persembunyian dari predator. Warna hijau merupakan warna yang dominan setelah warna kuning dan merah hilang dari kolom air. Warna merah mencerminkan daerah yang sangat dekat dengan permukaan. Warna kuning merupakan warna yang dominan setelah warna merah tereserap oleh kedalaman air. Warna hijau terletak di bawah lapisan air warna kuning. Ditempat yang lebih dalam biru merupakan salah satu kedalaman yang juga diminati oleh larva cumi- cumi, akan tetapi juga dihindari oleh mereka untuk mencegah predator yang datang dari tempat lebih dalam. Perbedaan waktu jam aktifitas merupakan pencerminan bahwa larva cumi- cumi segera bergerak aktif mencari tempat berlindung diwaktu matahari baru saja terbenam. Pada saat remang-remang twilight, umumnya predator mengalami kesulitan penglihatan karena terjari perubahan sel retina dari sel kerucut menjadi sel batang. Perioda peralihan fungsi sel penglihatan pada predator, digunakan secara maksimal oleh larva cumi-cumi untuk bergerak menuju tempat perlindungan. Kemudian larva cumi-cumi mengurangi aktifitas renangnya. Aktifitas yang kembali meningkat pada waktu paruh ketiga 24:00-03:00. Hal ini diduga bahwa larva cumi-cumi kembali aktif dengan harapan bahwa pada saat tengah malam predator telah kenyang atau memasuki saat istirahat untuk kembali aktif di pagi hari. Preferensi larva cumi-cumi terhadap jumlah lampu yang digunakan menunjukan bahwa semakin tinggi intensitas yang digunakan hingga batas intensitas maksimum yang dimiliki oleh larva cumi-cumi tersebut, maka semakin banyak jumlah larva cumi-cumi yang terpikat.

5.2 Saran