Latar Belakang Preferensi Larva Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda.

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara maritim yang terdiri atas 17.500 pulau dengan panjang sekitar 81.000 km. Tujuh puluh persen wilayah Negara Republik Indonesia tertutup oleh lautan. Dengan perkiraan luas perairan laut 5,8 juta km 2 termasuk ZEE. Dikarenakan kondisi tersebut maka Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya pesisir dan laut yang berlimpah baik hayati maupun nonhayati, yang sangat bermanfaat untuk pembangunan perekonomian dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 1983 potensi perikanan laut diperkirakan sebesar 6,6 juta ton per tahun. Pada tahun 1989 potensi sumberdaya hayati laut diperkirakan berkisar antara 5,76 hingga 7,04 juta ton. Berubahnya perkiraan besarnya potensi sumberdaya hayati laut tersebut dikarenakan pada perhitungan tahun 1983 potensi dari moluska, teripang dan rumput laut belum dimasukan dalam perhitungan Naamin, 1993. Salah satu jenis sumberdaya perikanan laut di Indonesia adalah cumi-cumi. Cumi-cumi merupakan salah satu sumber makanan bergizi yang banyak diminati oleh masyarakat. Cumi-cumi Cephalopda didalam dunia perdagangan telah dapat mengisi pasaran internasional sebagai salah satu hasil perikanan, disamping ikan dan udang Sudjoko, 1988. Cumi-cumi menempati urutan ke tiga didalam dunia perikanan setelah ikan dan udang Sudjoko, 1988. Kenyataan ini telah terbukti dengan adanya pengiriman hewan tersebut dari India ke Jepang. Menurut laporan jenis cumi-cumi yang dikirim dari India antara lain adalah Loligo duvaucelii , Doryteuthis sp dan Sepioteuthis lessoniana SHENOY Sudjoko, 1988. Hal ini disebabkan karena hewan ini merupakan salah satu produk perikanan yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi. Cumi-cumi terdiri dari berbagai macam spesies. Salah satu diantaranya cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana, LESSON yang merupakan anggota famili Loliginidae yang mempunyai nilai ekonomis Bardach et al., 1972. Sudjoko juga menyatakan hal yang sama bahwa di Indonesia spesies ini termasuk dalam salah satu spesies Cephalopoda ekonomis penting. Harga pada pasar dalam negeri bervariasi antara Rp 6000,- sampai 14.000,- per kilo tergantung pada ukuran per ekor dan musimnya Danakusuma, 1995. Harga pasaran sekarang berkisar antara Rp 18.000,- sampai Rp. 24.000,- per kilo Danakusuma, 1995. Produksi cumi-cumi hingga saat ini praktis hanya berasal dari hasil tangkapan di laut. Daerah penangkapan cumi-cumi famili Loliginidae terdapat hampir disemua perairan Indonesia. Potensi sumberdaya cumi-cumi yang relatif besar dengan kegiatan penangkapan yang terus-menerus dapat menyebabkan ‘over fishing’ bila tanpa memperhatikan batas potensi sumberdaya cumi-cumi yang ada. Untuk meningkatkan produksi sumberdaya dan mempertahankan kelestarian sumberdaya cumi-cumi serta daya dukung lingkungan maka perlu adanya upaya ‘restoking’ dan budidaya dengan metode yang tepat guna, selain upaya pengaturan kegiatan penangkapan yang memperhatikan batas potensi sumberdaya, kelestarian sumberdaya dan tidak merusak lingkungan agar tetap terjaga dan pemanfaatannya berkelanjutan. Umumnya cumi-cumi ditangkap dengan menggunakan bagan dan pancing. Kenyataan yang perlu kita ketahui adalah bahwa sebagian besar ikan masih saja dapat meloloskan diri dari suatu alat penangkap yang dianggap baik sekalipun. Apabila tingkah laku ikan di sekitar alat tangkap serta dalam hubungannya dengan berbagai faktor dapat kita ketahui, maka kita akan dapat mengetahui cara-cara untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kegunaan alat tangkap tersebut. Lebih jauh dari itu, mungkin akan timbul suatu ide untuk menciptakan suatu alat penangkapan baru yang lebih sesuai dan bersifat ramah lingkungan. Keberhasilan usaha penangkapan ikan tergantung pada pengetahuan yang cukup mengenai tingkah laku ikan. Hal ini merupakan dasar bagi pengembangan metode-metode penangkapan, juga merupakan kunci bagi perbaikan metode penangkapan yang telah diketahui, serta penemuan metode-metode yang baru Gunarso, 1985. Metode penangkapan ikan yang dilakukan tidak hanya berarti bagaimana mengoperasikan suatu alat tangkap, namun juga bagaimana menemukan ikan dan mempengaruhi tingkah laku ikan sehingga dapat meningkatkan efisiensi penangkapannya Penturi et al, 1987. Kegiatan penangkapan ikan berhubungan erat dengan ada atau tidaknya kawanan ikan di suatu perairan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang pola tingkah laku pengumpulan ikan menjadi semakin penting untuk menemukan metode- metode dalam mengontrol tingkah laku ikan, terutama dalam hubungannya untuk membuat operasi penangkapan menjadi semakin produktif Radakov, 1972. Tingkah laku ikan di sekitar daerah iluminasi cahaya dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kecerahan, arus, gelombang, dan keberadaan makanan atau predator. Hal ini juga berubah berdasarkan kondisi biologis ikan seperti umur, kematangan gonad, dan kandungan makanan dalam perut ikan. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengetahui tingkah laku berkumpulnya cumi-cumi secara keseluruhan, terutama ketika ikan mendapat rangsangan iluminasi cahaya. Pengamatan terhadap tingkah laku ikan akan memudahkan kita dalam pengembangan penangkapan ikan. Pengembangan dalam usaha penangkapan dan budidaya ikan diutamakan kepada ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, akan tetapi budidaya ikan berekonomis tinggi belum dilakukan besar-besaran, saat ini masih dalam tahap penelitian.

1.2 Tujuan