Tujuan Penyebaran dan Habitat Cumi-Cumi Sephiateutis sp. Tingkah Laku Berkumpulnya Ikan

Kegiatan penangkapan ikan berhubungan erat dengan ada atau tidaknya kawanan ikan di suatu perairan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang pola tingkah laku pengumpulan ikan menjadi semakin penting untuk menemukan metode- metode dalam mengontrol tingkah laku ikan, terutama dalam hubungannya untuk membuat operasi penangkapan menjadi semakin produktif Radakov, 1972. Tingkah laku ikan di sekitar daerah iluminasi cahaya dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kecerahan, arus, gelombang, dan keberadaan makanan atau predator. Hal ini juga berubah berdasarkan kondisi biologis ikan seperti umur, kematangan gonad, dan kandungan makanan dalam perut ikan. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengetahui tingkah laku berkumpulnya cumi-cumi secara keseluruhan, terutama ketika ikan mendapat rangsangan iluminasi cahaya. Pengamatan terhadap tingkah laku ikan akan memudahkan kita dalam pengembangan penangkapan ikan. Pengembangan dalam usaha penangkapan dan budidaya ikan diutamakan kepada ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, akan tetapi budidaya ikan berekonomis tinggi belum dilakukan besar-besaran, saat ini masih dalam tahap penelitian.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1. Preferensi larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana terhadap perbedaan warna dan intensitas cahaya. 2. Preferensi larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana terhadap cahaya pada waktu yang berbeda. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Identifikasi Cumi-Cumi Sepioteuthis lessoniana, LESSON

2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi cumi-cumi sirip Sepioteuthis lessoniana, LESSON dalam Nateewathana 1997 adalah sebagai berikut : Filum : Mollusca Kelas : Cephalopoda Cuvier, 1798 Sub-kelas : Coleoida Bather,1888 Ordo : Teuthida Naef, 1916 Sub-ordo : Myopsida Orbigny, 1845 Famili : Loliginidae Steenstrup, 1861 Sub-famili : Sepioteuthinae Naef, 1921 Genus : Sepioteuthis Blainville, 1823 Spesies : Sepioteuthis lessoniana, Lesson, 1830 Nama FAO : Bigfin reef squid Inggris, Calmar tonnelet Perancis, dan Calamar manopla Spanyol Nama daerah : Corak Banten dan Cumi lamun NTB Gambar 1 Cumi-cumi sirip besar dewasa Sepioteuthis lessoniana.

2.1.2 Morfologi

Cumi-cumi termasuk dalam kelas Cephalopoda hewan yang memiliki sejumlah lengankaki di kepala, kelas yang paling berkembang dalam filum moluska Buchsbaum et al.,1994. Cumi-cumi ini dapat mencapai ukuran yang besar sekali, dimana contohnya adalah cumi-cumi raksasa, Architeuthis di laut Atlantik Utara. Cumi-cumi ini dapat mencapai panjang total 20 m termasuk tentakelnya 6 m dan lingkaran tubuh 4 m. Pada cumi-cumi, rostrum dan phragmacone dengan sekat-sekatnya lenyap, dan cangkangnya terdiri atas sisa pro-ostracum yang ringan dan transparan terdiri dari zat tanduk, disebut pen. Cumi-cumi merupakan hewan pelagis yang berenang dengan gaya dorong jet jet propulsion untuk memburu mangsa yang juga perenang. Kecepatan berenang mundur lebih cepat dari pada berenang maju. Cumi-cumi menurut perenang tercepat diantara hewan avertebrata lainnya Suwignyo et al., 1998. Salah satu genus dari famili Loliginidae, yaitu genus Sepioteuthis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tubuh gemuk dan agak mampat kompres secara dorsoventral, meruncing ke ujung ayang tumpul. Sirip individu yang dewasa dan yang mendekati dewasa biasanya besar, tersusun oleh daging atau otot, meluas hampir ke seluruh panjang mantel hingga ke ujung ekor. Hektokotilus pada lengan kiri dari spesies ini tidak memiliki fotofor Nateewathana, 1997. Roper et al. 1984 mendeskripsikan ciri-ciri cumi-cumi Sepioteuthis lessoniana , LESSON sebagai berikut: mantel panjang dan kokoh dengan lebar mantel sekitar 40 dari panjang. Sirip fin sangat besar dengan ukuran sekitar 90 hingga 100 panjang mantel, lebarnya hampir mencapai 75 panjang mantel, bagian lebar terbesar terdapat pada posterior sampai bagian pertengahan. Tentakel panjang dan besar serta memiliki alat penghisap sucker yang menyerupai cicin dengan 14 – 23 gigi-gigi tajam. Cincin penghisap suckering lengan memiliki18 – 29 gigi yang tajam dan berbentuk segitiga, tentakel panjang dan kuat lengan kiri keempat pada individu jantan merupakan alat yang berfungsi sebagai hektokopilus untuk memindahkan spermatofora. Cumi-cumi mempunyai 10 buah tangan, 4 pasang disebut tangan dan sepasang sangat panjang disebut tentakel. Pada permukaan dalam tangan dan ujung tentakel cumi-cumi terdapat mangkuk penghisap yang bertangkai, dan adakalanya sekitar tepi mangkuk diperkuat dengan zat tanduk ataukait-kait. Cumi- cumi memangsa ikan dan udang pelagis dengan cara berenang cepat ke arah kedalam sekawanan ikan mackerel muda, dan menangkap seekor ikan dengan tentakelnya Suwignyo et al., 1998 Nateewathana 1997 mendeskripsikan spesies Sepioteuthis lessoniana, LESSON secara lebih lengkap, berdasarkan bagian-bagian tubuh : • Warna : dalam larutan alkohol berwarna krem, permukaan dorsal mantel, sirip, kepala dan lengan di tutupi oleh sejumlah kromatofor sel-sel yang mengandung pigmen yang besar dan padat; Pada permukaan ventral, mantel lebih sedikit bahkan pada bagian sirip ventral tidak terdapat komatofor sama sekali. Pada masing-masing mata terdapat bintik berwarna gelap seperti pada dorsal. • Mantel : panjang, kokoh, menyatu dan agak meruncing pada ujung posterior, pertengahan cuping antero-dorsal bulat dan agak menonjol; bagian ujung cuping ventro-lateral sangat menonjol; tepi mantel ventral cekung. • Sirip : besar, tebal dengan panjang 83 – 94 panjang mantel; cuping bagian anterior sempit dan bagian paling lebar sekitar 13 dari ujung posterior, oval dan lebar, lebarnya sekitar 54 – 71 dari panjang mantel. Sirip bersatu pada ujung posterior. • Kepala : besar namun sedikit lebih kecil dari lebar mantel anterior, leher dan mantel pada bagian dorsal dihubungkan oleh otot penghubung kepala nuchal locking apparatus . Memiliki mata yang besar dan ditutupi seluruhnya oleh kornea kedua yang transparan, pori-pori yang unik lacrimal terdapat pada bagian depan mata, puncak olfaktori terlihat menonjol pada belakang mata. • ‘Funnel’corong : kokoh dan berbentuk keruut yang membesar kedalam permukaan ventral kepala; katup corong berada pada posisi subterminal dan telah berkembang dengan baik; organ corong dorsal berbentuk ‘V’ terbalik dengan dua bujur bantalan. Tulang rawan nuchal berbentuk ‘biola’ dan lebih sederhana, lurus dan agak melengkung pada bagian luar di dekat pasterior, sebuah lekuk yang dalam terdapat pada bagian pertengahan; tulang rawan • Lengan : gemuk dengan ujung yang agak tajam, ukurannya tidak sama dan berada pada tingkatan ukuran III,IV,II,I. Lengan I pendek berbentuk segitiga dengan selaput otot’keel’ aboral sepanjang lengannya. Lengan II datar dengan dasar keel berenang aboral, yang mana bagian terluas terdapat pada pertengahan lengan. Lengan III besar dengan dasar keel aboral yang tebal. Lengan IV tidak memiliki keel aboral, besar dan memiliki selaput sepanjang tepi dorsal. Selaput pelinung yang kuat melapisi lengan II-III dan lebih lemah pada lengan IV. Penghisap seri ganda terdapat pada seluruh lengan; berdiameter kurang dari 2 mm, ukurannya mengecil ke arah ujung. Penghisap terbesar terdapa pada jarak 1,25 dari ujung proxial lengan; penghisap terbesar terdapat pada lengan III dan terkecil pada lengan I pada individu jantan dan betina. Cincin penghisap terdiri atas 17 – 28 gigi yang tajam dan runcing. • Lengan kiri IV : pejantan berungsi sebagai hektokotilus, yang mana bagian yang termodifikasi sampai pada bagian 20 -30 . Ukuran dan bentuk lengan kiri umumnya sama dengan lengan kanan. Bagian proximal lengan yang tidak termodifikasi terdiri atas 25 – 30 pasangan penghisap yang tersusun dalam dua baris. • Tentakel : berbentuk batang yang panjang, kokoh , dan compres secara lateral. Bagian pentung club agak lebih besar dengan bagian tepi dilapisi oleh selaput yang telah berkembang dengan baik, kokoh dengan dilengkapi penyokong yang menonjol, bagian permukaan aboral memiliki keel yang kuat. • Gladiuspen : dengan rachistulang yang kokoh, melebarpada anterior dan mengecil pada posterior, pada bagian tengah berbentuk lingkaran, tebal secara lateral. Bagian vane lebar dengan bagian terlebar pada 13 dari ujung posterior, tebal pada bagian ¾ posterior namun bagian tepinya tipis. • Paruh bawah : pendek dan kuat dengan ujung taring yang melengkung, memiliki kepala yang pendek dan sayap yang yang besar. Bagian ujung taring dan tepi pemotong bagian anterior sayap berwarna hitam, bagian puncak melengkung tanpa adanya pigmen warna. • Radula : terdiri atas tujuh gigi melintang dansama pada individu betina maupun jantan; gigi rasidian pendek dan kuat dengan taring samping yang rendah, gigi samping pertama dan kedua sama dengan gigi rasidian namun sedikit lebih besar, gigi samping ke tiga berbentuk pelat oval dengan kait yang tipis. • Spermatofor : dengan ukuran panjang 4,5 mm dan lebar 0,15 mm, terdiri batas kumpulan sperma sepanjang ¾ total panjang spermatofor. Tubuh semen dengan penyempitan terdapat bagian pertengahan tubuh spermatofor, hampir terpisah menjadi dua bagian, bagian aboral lebih besar dari pada bagian oral. Alat ejakulasi terdiri atas beberapa gulungan besar dan rapat sekali di bagian ujung oral spermatofor. • Kantong tinta : bentuk pirifrom tanpa fotofor, dengan lapisan luar berwarna hijau-biru keperakan dengan gari-garis pada sisi ventral massa isi rongga perut. Gambar 2 Larva cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana.

2.1.3 Sistem reproduksi

Cumi-cumi reproduksinya bersifat dioecius, yang berarti dapat dibedakan antara jantan dan betina. Perbedaan terletak pada lengan keempat cumi-cumi jantan yang mengalami modifikasi menjadi hektokotilus. Selain itu ukuran tubuh cumi-cumi jantan biasanya lebih kecil daripada betinanya Purchon, 1968. Sistem genital betina terdiri atas : indung telur ovary, saluran telur oviduct, oviducal, nimadamental, dan kelenjar nidamental tambahan. Indung telur tunggal dan menempati bagian posterior rongga mantel. Bentuknya sesuai dengan ronga kerangka. Oviduct sepasang pada beberapa jenis cumi-cumi oseanik Oegopsida dan octopus, dan tidak berpasangan pada seluruh sotong, myopsida dan octopus bersirip. Keseluruhan cephalopoda memiliki kelenjar oviducal yang mengekresikan substansi adhesive tipis yang akan membentuk selubung ketiga telur pada decapoda selubung pertama merupakan selaput telur dan slubung kedua merupakan chorion dan membentuk ujung tangakai telur dan semen yang akan melekatkan telur ke subtrat. Kelenjar nidamental merupakan organ seks sekunder yang menghasilkan lapisan agar-agar pelindung telur ketika telur ditempelkan. Sotong dan Myopsida memiliki kelenjar nidamental tambahan kecil didaerah kelenjar nidamental pada oviduct yang berfungsi untuk memberikan lapisan tambahan pada telur Arnold, 1984. Sistem reproduksi jantan terdiri atas tetis, vas deferens, organ spermatoforik, kelenjar tambahan tambahan prostat, kantong sperma Nedham’s sac, dan penis. Organ sexual jantan tidak berpasangan pada hampir seluruh cephalopoda. Testis berbentuk triangular atau cerutu pada ordo decapoda, terletak pada bagian dalam posterior mantel. Sperma dihasilkan oleh testis dan dilepaskan ke vas deferens yang berbentuk gulungan dan terus menuju ke seminal vesicle di anterior. Berbagai kelenjar seperti kelenjar tambahan saling membantu dalam memaketkan sperma menjadi spermatofor yang besar, yang disimpan di dalam penampungan besar yang disebut Needham’s sac. Spermatofor dari kantong dilepaskan ke dalam rongga mantel melalui saluran sperma dan penis. Gambar 3 Telur cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana.

2.1.4 Proses pemijahan dan perkawinan

Menurut Field 1963, daerah pemijahan cumi-cumi biasanya di teluk-teluk atau perairan yang terlindung. Selanjutnya Kreuzer 1984 menegaskan bahwa cumi-cumi akan melakukan ruaya ke perairan yang lebih dangkal pada saat akan memijah dan ruaya cumi-cumi tersebut erat kaitannya denan perubahan suhu perairan. Gunarso 1998 menyatakan bahwa cumi-cumi sirip besar akan menunda pemijahan bila kondisi laut dan lingkuang belum sesuai. Wilbur dan Yoge 1996 menyatakan bahwa kematangan gonad cumi-cumi bergantung pada produksi kelenjar optik. Sekresi kelenjar ini diatur oleh daerah cuping dasar bagian dorsal dan dipicu oleh rangsangan luar yang terdeteksi oleh mata. Pengambilan bagian dasar dorsal maupun pembutaan akan mengakibatkan kelenjar optik dan gonad matang terlalu cepatbelum saatnya. Danakusumah et al., 1995 melaporkan bahwa bulan Juni-Juli merupakan musim pemijahan cumi sirip besar. Walaupun demikian, cumi-cumi sirip besar yang di pelihara dalam keramba memijah sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Juni. Diperairan Jepang, musim pemijahan spesies ini adalah dari pertengahan Juni sampai akhir Agustus Sagawa, 1987. Roper et al. , 1995 menyatakan bahwa inividu jantan mencapai kematangan gonad pada umur 10 – 14 bulan, individu betina mencapai kematangan gonad pada umur 12 – 17 bulan. Umur individu tertua adalah 2,5 tahun. Nabhitabhata 1996 menyatakan bahwa cumi-cumi sirip besar mengalami matang gonad dan mulai berpasangan pada umur 60 hari dan perkawinan terjadi pada umur sekitar 90 hari. Cumi yang telah matang gonad akan menunjukkan pola warna yang spesifik yang menunjukkan kesiapan individu untuk kawin. Proses perkawinan dimulai dengan memilih individu jantan secara bebas terhadap pasangannya dengan dasar yang sama – sama uka. Umumnya individu jantan akan memilih betina yang berukuran besar, berenang disisi pasangannya, terus berpasangan dan menjaga pasangannya dari individu jantan lainnya. Pola tingkah laku kawin dimulai dengan individu jantan berenang di atas pasangannya, menukik dan memegang tangan individu betina dari atas. Kemudian individu jantan turun ke tingkat yang sama dengan individu betina dan kopulasi dimulai dalam posisi kepala-kepala atau posisi Aristoteles. Setelah 2 – 5 detik, individu betina berenang mundur sementara jantan melepaskan tangannya dan memisah. Proses perkawinan dapat berlangsung beberapa kali sehari dan biasanya berlangsung pada tempat yang remang-remang atau dibawah bayangan Nabhitabhata, 1996. Pemijahan terjadi satu minggu setelah kawin pada umur sekitar 90 – 166 hari. Individu betina berenang dan meraba berbagai macam substrat untuk mengenal permukaan dan bentuk substrat menempel kapsul-kapsul telur. Tetapi di antara banyak faktor yang menyebabkan cumi-cumi meletakkan telurnya di suatu tempat, faktor yang paling utama adalah tempat itu terlindung dan aman dari gangguan faktor alam seperti gelombang dan arus, serta ancaman dari predator. Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis substrat, permukaan substrat, dan bentuk substrat tersebut apakah dapat menjadi tempat penempelan telur cumi- cumi. Setiap individu betina dapat meletakkan 2 – 400 kapsul dalam 1 kelompok, atau 1 – 3 kelompok dapat ditempelkan individu betina selama 10 hari. Kapsul- kapsul telur disingkirkan oleh individu jantan lain bila individu jantan pasangan individu betina yang sedang memijah mengadakan perlawanan. Setelah kawin, individu jantan yang masih sehat akan beralih ke individu betina lainnya meskipun individu tersebut telah kawin. Individu jantan yang berukuran besar akan memiliki kemungkinan berhasil yang cukup tinggi jika kondisinya cukup sehat Nabhitabhata, 1996. Nabhitabhata 1996 juga menyatakan bahwa jangka hidup cumi-cumi sirip besar ditentukan oleh waktu reproduksi karena kematian terjadi setelah pemijahan. Umur individu betina sekitar 104 – 167 hari dan berakhir skitar 14 hari setelah pemijahan. Umur individu jantan lebih panjang sekitar 108 – 176 hari. Segawa 1987 menyatakan bahwa proses perkawinan di mulai dengan individu betina melayang dengan lengan yang terjulur secara horizontal. Individu jantan terus-menerus mendekati individu betina dari belakang bagian bawah dengan lengan yang terjulur ke arah individu betina. Kemudian mereka merubah warna tubuh mereka secara cepat dari pucat ke merah kecoklatan. Individu jantan mengikuti didekat sisi ventral individu betina dengan arah yang sama, lengan I individu jantan melingkari sisi abdomen dan lengan II memegang tubuh individu betina diantara mata dan tepi mantel. Kemudian lengan tangan kiri IV dimasukkan ke dalam rongga mantel individu betina. Kopulasi terjadi dalam posisi pararel. Inividu betina tetap tenang dalam pola warna pucat selama proses kopulasi, dengan lengan yang terjuntai bebas kebawah dan sirip bergerak secara perlahan. Proses ini berlangsung selama 3 – 4 menit. Segera setelah kopulasi individu betina turun kedasar pada kedalaman 10 – 20 cm di atas dasar dan diam di situ selama 2 – 3 menit, kemudian mulai menempelkan telurnya pada ranting-ranting rumput laut di kedalaman 30 – 50 cm di atas dasar. Individu jantan tetap mengawal didekat individu betina. Setelah individu betina selesai menempelkan telurnya mereka bersama-sama berenang menjauh meninggalkan telur tersebut. Roper et al. 1984 menyatakan bahwa kapsul-kapsul telur berbntuk jari dan terdiri atas 3 – 7 individu telur, di tempelkan dalam kelompok-kelompok pada rumput laut, patahan ranting, dan batu atau koral. Segawa, 1987 melaporkan bahwa cumi-cumi sirip besar dalam masa pemijahan 27 Juni – 30 Agustus 1987 di perairan kominato dan sekitarnya, menempelkan telurnya pada ubstrat rumput laut: Sargassum ringgoldianum 14 kali, Sargassum patens 2 kali, Sargassum serratifolium sekali, dan Padina arborescens sekali serta pada karung plastik sekali. Kapsul-kapsul telur sering ditemukan pada kedalaman 3 meter. Choe dan Oshima 1961 melaporkan bahwa di perairan tengah Honshu cumi ini menggunakan substrat batu kecil, kulit kerang, dan alga coklat Chorda filum sebagai tempat menempelkan kapsul-kapsul telurnya. Cumi-cumi sirip besar memilih berbagai macam substrat untuk menempelkan telurnya diperairan dengan kedalaman tidak lebih dari 10 meter Segawa, 1987.

2.2 Penyebaran dan Habitat Cumi-Cumi Sephiateutis sp.

Cumi-cumi yang termasuk dalam kelas chepalopoda merupakan organisme yang sangat aktif. Dimana tingkat kondisi oksigen dan kondisi lingkungan seperti halnya suhu perairan, pH, oksigen terlarut, dan salinitas sangat mempengaruhi aktifitasnya. Suhu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pemanfaatan energi cumi-cumi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsumsi, pertumbuhan dan kematangan gonad Segawa, 1995. Kriteria parameter kualitas perairan bagi kehidupan cumi-cumi yang termasuk dalam cephalopoda adalah sebagai berikut : oksigen terlarut 5 mgliter, salinitas 25 – 35 ppt, suhu 28 – 32 o C, pH 7.0 – 8.5, dan jarak pandang yang sebaik mungkin Nabhitabhata, 1996. Cumi-cumi Sepioteuthis lessoniana adalah salah satu spesies dari filum moluska kelas cephalopoda. Cumi-cumi ini merupakan penghuni perairan pantai, berukuran besar yang dapat mencapai ukuran panjang mantel 26 cm dengan berat 1,8 kg Roper et al., 1984, dan merupakan bahan makanan yang hampir seluruh bagian tubuhnya 80 dapat dimakan Yamaguchi, 1991.

2.3 Tingkah Laku Berkumpulnya Ikan

Menurut Moyle 1993, kawanan schools adalah sekelompok ikan yang saling tertarik satu sama lain dan biasanya menghadap ke suatu arah. Kawanan ikan dapat terbentuk dari mulai sebesar kepalan tangan sampa terdiri dari jutaan ikan. Ikan membentuk kawanan karena alasan tertentu, yaitu Moyle, 1993: 1 untuk mengurangi resiko pemangsaan, 2 untuk meningkatkan efisiensi pencarian makanan , 3 untuk meningkatkan kesuksesan reproduksi, 4 untuk meningkatkan efisiensi berenang. Dari suatu kawanan ikan kita dapat mengetahui sebuah kelompok yang bersifat sementara, biasanya terbentuk dari jenis ikan yang sama, yang berada pada suatu tahap daur hidup yang sama, memelihara hubungan diantara mereka secara aktif, dan dengan tiba-tiba dapt menunjukan gerakan yang terorganisir yang secara biologis bermanfaat bagi setiap individu anggota kawanan. Bentuk kawanan ikan dapat berubah secara berkala dan radikal tergantung dari kondisi ikan tersebut dan ituasi lingkuangan sekitarnya Radakov, 1972. Berkumpulnya ikan sangat tergantung kepada daya penglihatan, dimana setiap anggota kawanan mengikuti ciri-ciri kunci dari ikan disekitarnya. Ketergantungan terhadap penglihatan inilah yang menyebabkan kawanan ikan biasanya akan bubar atau setidaknya kehilangan banyak anggotanya pada malam hari Moyle, 1993. Hubungan antar ikan di dalam kawanan di lakukan oleh berbagai indera, terutama indera penglihatan. Tetapi, hanya dengan kontak penglihatan belumlah cukup bagi ikan untuk membentuk kawanan. Kawanan tidak akan terbentuk atau akan bubar apabila tidak ada alasan-alasan biologis yang mendukung keberadaan kawanan tersebut Radakov, 1972. Struktur kawanan ikan dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu Radakov, 1972 : 1 bergerak semua anggota kawanan bergerak ke suatu arah, 2 bergerombol ikan melakukan sedikit pergerakan dan menghadap ke berbagai arah, 3 bertahan kawanan sebagai satu unit malakukan pergerakan untuk menghindari pemangsa, 4 makan dalam suatu kawanan, ikan merubah posisi dan arah secara cepat untuk mengejar mangsa. Bentuk, ukuran, kepadatan dan struktur kawanan ikan dalam suatu waktu sangat bervariasi walaupun kawanan tersebut terbentuk dari jenis ikan yang sama. Hal ini terjadi karena karakter kawanan ikan labil adaptasinya terhadap perubahan kondisi perairan Radakov, 1972. Kawanan ikan akan bubar atau berubah ukurannya apabila terjadi hal-hal berikut ini Radakov, 1972 : 1 intensitas cahaya berkurang atau tidak ada cahaya sama sekali, 2 iluminasi cahaya berubah secara tiba-tiba, 3 adanya pemangsa, 4 ketersediaan makanan, 5 kondisi fisika kimia perairan. Komposisi kawanan ikan biasanya tidak stabil. Kawanan ikan akan membubarkan diri pada malam hari dan kemudian ikan akan membentuk kawanan dengan komposisi yang baru ketika terdapat cahaya pada pagi hati. Perubahan komposisi kawanan ikan juga sering terjadi ketika intensitas cahaya terlalu tinggi Radakov, 1972. Radakov 1972 menjelaskan bahwa kawanan ikan yang menggunakan mata sebagai indera utama kurang dapat beradaptasi dengan iluminasi cahaya yang lemah. Oleh sebab itu, kawanan ikan tersebut akan membubarkan diri pada malam hari. Tingkah laku berkumpulnya ikan berkembang sebagai suatu adaptasi, dan sebagaimana bentuk tingkah laku lainnya dari suatu jenis ikan. Selain itu tingkah laku berkumpulnya ikan juga menjamin keselarasan antara suatu jenis ikan dengan lingkungannya. Karakteristik tingkah laku berkumpulnya ikan merupakan salah satu faktor biologis yang penting untuk menentukan kebijakan dalam dunia perikanan tangkap

2.4 Lampu LED