Testis berbentuk triangular atau cerutu pada ordo decapoda, terletak pada bagian dalam posterior mantel. Sperma dihasilkan oleh testis dan dilepaskan ke vas
deferens yang berbentuk gulungan dan terus menuju ke seminal vesicle di anterior. Berbagai kelenjar seperti kelenjar tambahan saling membantu dalam
memaketkan sperma menjadi spermatofor yang besar, yang disimpan di dalam penampungan besar yang disebut Needham’s sac. Spermatofor dari kantong
dilepaskan ke dalam rongga mantel melalui saluran sperma dan penis.
Gambar 3 Telur cumi-cumi sirip besar Sepioteuthis lessoniana.
2.1.4 Proses pemijahan dan perkawinan
Menurut Field 1963, daerah pemijahan cumi-cumi biasanya di teluk-teluk atau perairan yang terlindung. Selanjutnya Kreuzer 1984 menegaskan bahwa
cumi-cumi akan melakukan ruaya ke perairan yang lebih dangkal pada saat akan memijah dan ruaya cumi-cumi tersebut erat kaitannya denan perubahan suhu
perairan. Gunarso 1998 menyatakan bahwa cumi-cumi sirip besar akan menunda pemijahan bila kondisi laut dan lingkuang belum sesuai. Wilbur dan
Yoge 1996 menyatakan bahwa kematangan gonad cumi-cumi bergantung pada produksi kelenjar optik. Sekresi kelenjar ini diatur oleh daerah cuping dasar
bagian dorsal dan dipicu oleh rangsangan luar yang terdeteksi oleh mata.
Pengambilan bagian dasar dorsal maupun pembutaan akan mengakibatkan kelenjar optik dan gonad matang terlalu cepatbelum saatnya.
Danakusumah et al., 1995 melaporkan bahwa bulan Juni-Juli merupakan musim pemijahan cumi sirip besar. Walaupun demikian, cumi-cumi sirip besar
yang di pelihara dalam keramba memijah sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Juni. Diperairan Jepang, musim pemijahan spesies ini adalah dari
pertengahan Juni sampai akhir Agustus Sagawa, 1987. Roper et al.
, 1995 menyatakan bahwa inividu jantan mencapai kematangan gonad pada umur 10 – 14 bulan, individu betina mencapai kematangan gonad
pada umur 12 – 17 bulan. Umur individu tertua adalah 2,5 tahun. Nabhitabhata 1996 menyatakan bahwa cumi-cumi sirip besar mengalami matang gonad dan
mulai berpasangan pada umur 60 hari dan perkawinan terjadi pada umur sekitar 90 hari. Cumi yang telah matang gonad akan menunjukkan pola warna yang
spesifik yang menunjukkan kesiapan individu untuk kawin. Proses perkawinan dimulai dengan memilih individu jantan secara bebas
terhadap pasangannya dengan dasar yang sama – sama uka. Umumnya individu jantan akan memilih betina yang berukuran besar, berenang disisi pasangannya,
terus berpasangan dan menjaga pasangannya dari individu jantan lainnya. Pola tingkah laku kawin dimulai dengan individu jantan berenang di atas pasangannya,
menukik dan memegang tangan individu betina dari atas. Kemudian individu jantan turun ke tingkat yang sama dengan individu betina dan kopulasi dimulai
dalam posisi kepala-kepala atau posisi Aristoteles. Setelah 2 – 5 detik, individu betina berenang mundur sementara jantan melepaskan tangannya dan memisah.
Proses perkawinan dapat berlangsung beberapa kali sehari dan biasanya berlangsung pada tempat yang remang-remang atau dibawah bayangan
Nabhitabhata, 1996. Pemijahan terjadi satu minggu setelah kawin pada umur sekitar 90 – 166
hari. Individu betina berenang dan meraba berbagai macam substrat untuk mengenal permukaan dan bentuk substrat menempel kapsul-kapsul telur. Tetapi di
antara banyak faktor yang menyebabkan cumi-cumi meletakkan telurnya di suatu tempat, faktor yang paling utama adalah tempat itu terlindung dan aman dari
gangguan faktor alam seperti gelombang dan arus, serta ancaman dari predator.
Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis substrat, permukaan substrat, dan bentuk substrat tersebut apakah dapat menjadi tempat penempelan telur cumi-
cumi. Setiap individu betina dapat meletakkan 2 – 400 kapsul dalam 1 kelompok, atau 1 – 3 kelompok dapat ditempelkan individu betina selama 10 hari. Kapsul-
kapsul telur disingkirkan oleh individu jantan lain bila individu jantan pasangan individu betina yang sedang memijah mengadakan perlawanan. Setelah kawin,
individu jantan yang masih sehat akan beralih ke individu betina lainnya meskipun individu tersebut telah kawin. Individu jantan yang berukuran besar
akan memiliki kemungkinan berhasil yang cukup tinggi jika kondisinya cukup sehat Nabhitabhata, 1996.
Nabhitabhata 1996 juga menyatakan bahwa jangka hidup cumi-cumi sirip besar ditentukan oleh waktu reproduksi karena kematian terjadi setelah
pemijahan. Umur individu betina sekitar 104 – 167 hari dan berakhir skitar 14 hari setelah pemijahan. Umur individu jantan lebih panjang sekitar 108 – 176 hari.
Segawa 1987 menyatakan bahwa proses perkawinan di mulai dengan individu betina melayang dengan lengan yang terjulur secara horizontal. Individu
jantan terus-menerus mendekati individu betina dari belakang bagian bawah dengan lengan yang terjulur ke arah individu betina. Kemudian mereka merubah
warna tubuh mereka secara cepat dari pucat ke merah kecoklatan. Individu jantan mengikuti didekat sisi ventral individu betina dengan arah yang sama, lengan I
individu jantan melingkari sisi abdomen dan lengan II memegang tubuh individu betina diantara mata dan tepi mantel. Kemudian lengan tangan kiri IV dimasukkan
ke dalam rongga mantel individu betina. Kopulasi terjadi dalam posisi pararel. Inividu betina tetap tenang dalam pola warna pucat selama proses kopulasi,
dengan lengan yang terjuntai bebas kebawah dan sirip bergerak secara perlahan. Proses ini berlangsung selama 3 – 4 menit. Segera setelah kopulasi individu betina
turun kedasar pada kedalaman 10 – 20 cm di atas dasar dan diam di situ selama 2 – 3 menit, kemudian mulai menempelkan telurnya pada ranting-ranting rumput
laut di kedalaman 30 – 50 cm di atas dasar. Individu jantan tetap mengawal didekat individu betina. Setelah individu betina selesai menempelkan telurnya
mereka bersama-sama berenang menjauh meninggalkan telur tersebut.
Roper et al. 1984 menyatakan bahwa kapsul-kapsul telur berbntuk jari dan terdiri atas 3 – 7 individu telur, di tempelkan dalam kelompok-kelompok pada
rumput laut, patahan ranting, dan batu atau koral. Segawa, 1987 melaporkan bahwa cumi-cumi sirip besar dalam masa pemijahan 27 Juni – 30 Agustus 1987 di
perairan kominato dan sekitarnya, menempelkan telurnya pada ubstrat rumput laut: Sargassum ringgoldianum 14 kali, Sargassum patens 2 kali, Sargassum
serratifolium sekali, dan Padina arborescens sekali serta pada karung plastik
sekali. Kapsul-kapsul telur sering ditemukan pada kedalaman 3 meter. Choe dan Oshima 1961 melaporkan bahwa di perairan tengah Honshu cumi ini
menggunakan substrat batu kecil, kulit kerang, dan alga coklat Chorda filum sebagai tempat menempelkan kapsul-kapsul telurnya. Cumi-cumi sirip besar
memilih berbagai macam substrat untuk menempelkan telurnya diperairan dengan kedalaman tidak lebih dari 10 meter Segawa, 1987.
2.2 Penyebaran dan Habitat Cumi-Cumi Sephiateutis sp.