Preferensi Larva Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda.

(1)

PREFERENSI LARVA CUMI - CUMI SIRIP BESAR

TERHADAP PERBEDAAN WARNA DAN TINGKAT INTENSITAS

CAHAYA PADA WAKTU PENGAMATAN YANG BERBEDA

MARRYSA NURINA DEREC


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

Preferensi Larva

Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir.

Bogor, Februari 2009


(3)

ABSTRAK

MARRYSA NURINA DEREC, C54102070. Preferensi Larva Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tingkah laku (preferensi) larva cumi-cumi sirip besar berhubungan dengan pengoperasian alat tangkap yang menggunakan cahaya lampu. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan stimulasi lampu LED pada larva cumi-cumi, diharapkan dapat diketahui tingkat kesukaan larva cumi-cumi terhadap perbedaan warna cahaya, intensitas cahaya dan waktu pengamatan.

Warna cahaya yang diberikan adalah merah, kuning, hijau dan biru, dengan jumlah lampu 1, 2, 3 dan 4 buah untuk mendapatkan perbedaan intensitas cahayanya, sedangkan waktu pengamatan dilakukan dari mulai matahari terbenam hingga jam enam pagi esok harinya. Pengamatan dilakukan selama bulan Juni hingga Oktober 2006 di Pulau Pari dan di Laboratorium Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Jl. Pasir Putih Ancol dengan menggunakan larva cumi-cumi dan dipelihara selama penelitian. Tingkat kesukaan (preferensi) larva cumi-cumi ditunjukkan dengan tingkah lakunya mendekati cahaya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa warna lampu hijau lebih disukai dibandingkan warna lainnya. Hal ini dapat dilihat pada uji t-test dan grafik batang yang berturut-urut menampilkan batang yang tertinggi adalah warna hijau. Pada urutan selanjutnya terdapat warna biru, kemudian warna kuning, dan yang berada diurutan terakhir adalah warna merah. Sedangkan untuk pengamatan preferensi larva cumi-cumi dengan perlakuan perbedaan jumlah lampu yang dipakai, terlihat hasilnya bahwa semakin banyak jumlah lampu yang digunakan maka semakin banyak jumlah larva cumi-cumi yang tertarik pada lampu tersebut. Pada pengamatan dengan pelakuan perbedaan waktu pengamatan dapat terlihat bahwa tingkat kesukaan larva cumi-cumi berubah-ubah sesuai dengan waktu pengamatan. Preferensi larva cumi-cumi tertinggi terjadi tepat setelah matahari terbenam (pukul 18.00-21.00), kemudian terjadi penurunan pada pukul 21.00-24.00. Pada saat pengamatan tengah malam (pukul 24.00-03.00) preferensi larva cumi-cumi kembali meninggi, dan diikuti penurunan preferensi larva cumi-cumi kembali pada pukul 03.00-06.00.


(4)

PREFERENSI LARVA CUMI – CUMI SIRIP BESAR

TERHADAP PERBEDAAN WARNA DAN TINGKAT INTENSITAS

CAHAYA PADA WAKTU PENGAMATAN YANG BERBEDA

MARRYSA NURINA DEREC

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(5)

Judul : Preferensi Larva Cumi – Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda

Nama : Marrysa Nurina Derec NRP : C 54102070

Disetujui: Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. NIP. 131788591

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 130 805 031


(6)

KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul penelitian ini adalah Preferensi Larva Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2009


(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih atas bantuan dan dukungan selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi kepada :

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan.

2. Keluargaku Ny. Tri Widowati (Ibunda), dan adikku tersayang Sabella Kale Derec.

3. Prof. Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc selaku dosen pembimbing.

4. Dr.Ir. Totok Hstrianoto, M.Sc dan Dr.Ir. Ronny, M.Sc selaku dosen penguji. 5. PRPT (Pusat Riset Perikanan Tangkap) dan FPIK IPB

6. Dr. Ir. Tri iji selaku komisi pendidikan

7. Dr.Ir. Sulaeman Martasuganda, M.Sc selaku pembimbing akademik.

8. Prof. Dr.Ir. Indra Jaya, M.Sc, Bapak Mardi, Bu Yanti dan Ba Ratih Deswati. 9. Dosen, Staf dan Laboran Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

IPB. Serta Laboran Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan khususnya Laboratarium Penginderaan Jauh dan Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB di Pelabuhan Ratu dan di Ancol, dan LIPI di Pulau Pari dan di Ancol,

Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

10.Kepada Syamsu Priyo Suyitno dan Drh. Zulfikhar.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Februari 2009


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Maret 1985 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Tommy Gun Putera Tamtamayudha dan Ibu Tri Widowati. Pendidikan formal penulis dimulai pada sekolah dasar di SD Dharma Karya UT, Kelurahan Pondok Cabe Udik, Kecamatan Cinangka dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 1999, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 12 Wijaya, Jakarta Selatan.

Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 6 Mahakam, Jakarta Selatan. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Preferensi Larva Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda”.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Klasifikasi dan Identifikasi Cumi-cumi (Sepioteuthis lessoniana, LESSON)... ... 4

2.1.1 Klasifikasi ... 4

2.1.2 Morfologi ... 4

2.1.3 Sistem reproduksi ... 8

2.1.4 Proses pemijahan dan perkawinan ... 9

2.2 Penyebaran dan Habitat Cumi-cumi (Sephiateutis sp.) ... 12

2.3 Tingkah Laku Berkumpulnya Ikan ... 13

2.4 Lampu LED ... 15

2.5 Karakteristik Cahaya ... 16

2.6 Sensitifitas Ikan Terhadap Cahaya ... 19

2.7 Reaksi Ikan Terhadap Rangsangan Cahaya ... 20

2.8 Pemanfaatan Cahaya dalam Operasi Penangkapan Ikan ... 22

3 METODOLOGI ... 25

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.2.1 Alat ... 26

3.2.2 Bahan ... 27

3.3 Metode Penelitian ... 27


(10)

viii 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31 4.1 Penelitian Pendahuluan... ... 31 4.2 Penelitian Utama ... 32

4.2.1 Hubungan antara warna lampu dengan larva cumi yang

terpikat dalam pengamatan menggunakan 1 lampu ... 33 4.2.2 Hubungan antara warna lampu dengan larva cumi yang

terpikat dalam pengamatan menggunakan 2 lampu ... 34 4.2.3 Hubungan antara warna lampu dengan larva cumi yang

terpikat dalam pengamatan menggunakan 3 lampu ... 35 4.2.4 Hubungan antara warna lampu dengan larva cumi yang

terpikat dalam pengamatan menggunakan 4 lampu ... 37 4.2.5 Rerata sebaran hubungan antara larva cumi yang terpikat

dengan keseluruhan warna biru hijau kuning dan merah ... 39 4.2.6 Hubungan antara banyak lampu dan waktu pengamatan

dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna merah ... 45 4.2.7 Hubungan antara banyak lampu dan waktu pengamatan

dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna kuning ... 49 4.2.8 Hubungan antara banyak lampu dan waktu pengamatan

dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna hijau ... 52 4.2.9 Hubungan antara banyak lampu dan waktu pengamatan

dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna biru ... 55 4.2.10 Kurva gabungan panjang gelombang cahaya lampu LED

merah, kuning, hijau dan biru ... 59 4.2.11 Pola sebaran intensitas cahaya lampu LED merah, kuning,

hijau dan biru ... 60 4.2.12 T-test 1 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya

lampu ... 61 4.2.13 T-test 2 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya

lampu ... 63 4.2.14 T-test 3 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya

lampu ... 64 4.2.15 T-test 4 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya

lampu ... 66 4.2.16 T-test total larva cumi yang terpikat pada waktu pengamatan

yang berbeda dengan asumsi jumlah jampu tidak

berpengaruh ... 67 4.2.17 T-test 1 lampu dengan perlakuan perbedaan waktu

pengamatan... 69 4.2.18 T-test 2 lampu dengan perlakuan perbedaan waktu

pengamatan... 70 4.2.19 T-test 3 lampu dengan perlakuan perbedaan waktu


(11)

PREFERENSI LARVA CUMI - CUMI SIRIP BESAR

TERHADAP PERBEDAAN WARNA DAN TINGKAT INTENSITAS

CAHAYA PADA WAKTU PENGAMATAN YANG BERBEDA

MARRYSA NURINA DEREC


(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

Preferensi Larva

Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir.

Bogor, Februari 2009


(13)

ABSTRAK

MARRYSA NURINA DEREC, C54102070. Preferensi Larva Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tingkah laku (preferensi) larva cumi-cumi sirip besar berhubungan dengan pengoperasian alat tangkap yang menggunakan cahaya lampu. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan stimulasi lampu LED pada larva cumi-cumi, diharapkan dapat diketahui tingkat kesukaan larva cumi-cumi terhadap perbedaan warna cahaya, intensitas cahaya dan waktu pengamatan.

Warna cahaya yang diberikan adalah merah, kuning, hijau dan biru, dengan jumlah lampu 1, 2, 3 dan 4 buah untuk mendapatkan perbedaan intensitas cahayanya, sedangkan waktu pengamatan dilakukan dari mulai matahari terbenam hingga jam enam pagi esok harinya. Pengamatan dilakukan selama bulan Juni hingga Oktober 2006 di Pulau Pari dan di Laboratorium Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Jl. Pasir Putih Ancol dengan menggunakan larva cumi-cumi dan dipelihara selama penelitian. Tingkat kesukaan (preferensi) larva cumi-cumi ditunjukkan dengan tingkah lakunya mendekati cahaya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa warna lampu hijau lebih disukai dibandingkan warna lainnya. Hal ini dapat dilihat pada uji t-test dan grafik batang yang berturut-urut menampilkan batang yang tertinggi adalah warna hijau. Pada urutan selanjutnya terdapat warna biru, kemudian warna kuning, dan yang berada diurutan terakhir adalah warna merah. Sedangkan untuk pengamatan preferensi larva cumi-cumi dengan perlakuan perbedaan jumlah lampu yang dipakai, terlihat hasilnya bahwa semakin banyak jumlah lampu yang digunakan maka semakin banyak jumlah larva cumi-cumi yang tertarik pada lampu tersebut. Pada pengamatan dengan pelakuan perbedaan waktu pengamatan dapat terlihat bahwa tingkat kesukaan larva cumi-cumi berubah-ubah sesuai dengan waktu pengamatan. Preferensi larva cumi-cumi tertinggi terjadi tepat setelah matahari terbenam (pukul 18.00-21.00), kemudian terjadi penurunan pada pukul 21.00-24.00. Pada saat pengamatan tengah malam (pukul 24.00-03.00) preferensi larva cumi-cumi kembali meninggi, dan diikuti penurunan preferensi larva cumi-cumi kembali pada pukul 03.00-06.00.


(14)

PREFERENSI LARVA CUMI – CUMI SIRIP BESAR

TERHADAP PERBEDAAN WARNA DAN TINGKAT INTENSITAS

CAHAYA PADA WAKTU PENGAMATAN YANG BERBEDA

MARRYSA NURINA DEREC

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(15)

Judul : Preferensi Larva Cumi – Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda

Nama : Marrysa Nurina Derec NRP : C 54102070

Disetujui: Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. NIP. 131788591

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 130 805 031


(16)

KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul penelitian ini adalah Preferensi Larva Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2009


(17)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih atas bantuan dan dukungan selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi kepada :

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan.

2. Keluargaku Ny. Tri Widowati (Ibunda), dan adikku tersayang Sabella Kale Derec.

3. Prof. Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc selaku dosen pembimbing.

4. Dr.Ir. Totok Hstrianoto, M.Sc dan Dr.Ir. Ronny, M.Sc selaku dosen penguji. 5. PRPT (Pusat Riset Perikanan Tangkap) dan FPIK IPB

6. Dr. Ir. Tri iji selaku komisi pendidikan

7. Dr.Ir. Sulaeman Martasuganda, M.Sc selaku pembimbing akademik.

8. Prof. Dr.Ir. Indra Jaya, M.Sc, Bapak Mardi, Bu Yanti dan Ba Ratih Deswati. 9. Dosen, Staf dan Laboran Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

IPB. Serta Laboran Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan khususnya Laboratarium Penginderaan Jauh dan Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB di Pelabuhan Ratu dan di Ancol, dan LIPI di Pulau Pari dan di Ancol,

Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

10.Kepada Syamsu Priyo Suyitno dan Drh. Zulfikhar.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Februari 2009


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Maret 1985 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Tommy Gun Putera Tamtamayudha dan Ibu Tri Widowati. Pendidikan formal penulis dimulai pada sekolah dasar di SD Dharma Karya UT, Kelurahan Pondok Cabe Udik, Kecamatan Cinangka dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 1999, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 12 Wijaya, Jakarta Selatan.

Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 6 Mahakam, Jakarta Selatan. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Preferensi Larva Cumi-Cumi Sirip Besar terhadap Perbedaan Warna dan Tingkat Intensitas Cahaya pada Waktu Pengamatan yang Berbeda”.


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Klasifikasi dan Identifikasi Cumi-cumi (Sepioteuthis lessoniana, LESSON)... ... 4

2.1.1 Klasifikasi ... 4

2.1.2 Morfologi ... 4

2.1.3 Sistem reproduksi ... 8

2.1.4 Proses pemijahan dan perkawinan ... 9

2.2 Penyebaran dan Habitat Cumi-cumi (Sephiateutis sp.) ... 12

2.3 Tingkah Laku Berkumpulnya Ikan ... 13

2.4 Lampu LED ... 15

2.5 Karakteristik Cahaya ... 16

2.6 Sensitifitas Ikan Terhadap Cahaya ... 19

2.7 Reaksi Ikan Terhadap Rangsangan Cahaya ... 20

2.8 Pemanfaatan Cahaya dalam Operasi Penangkapan Ikan ... 22

3 METODOLOGI ... 25

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.2.1 Alat ... 26

3.2.2 Bahan ... 27

3.3 Metode Penelitian ... 27


(20)

viii 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31 4.1 Penelitian Pendahuluan... ... 31 4.2 Penelitian Utama ... 32

4.2.1 Hubungan antara warna lampu dengan larva cumi yang

terpikat dalam pengamatan menggunakan 1 lampu ... 33 4.2.2 Hubungan antara warna lampu dengan larva cumi yang

terpikat dalam pengamatan menggunakan 2 lampu ... 34 4.2.3 Hubungan antara warna lampu dengan larva cumi yang

terpikat dalam pengamatan menggunakan 3 lampu ... 35 4.2.4 Hubungan antara warna lampu dengan larva cumi yang

terpikat dalam pengamatan menggunakan 4 lampu ... 37 4.2.5 Rerata sebaran hubungan antara larva cumi yang terpikat

dengan keseluruhan warna biru hijau kuning dan merah ... 39 4.2.6 Hubungan antara banyak lampu dan waktu pengamatan

dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna merah ... 45 4.2.7 Hubungan antara banyak lampu dan waktu pengamatan

dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna kuning ... 49 4.2.8 Hubungan antara banyak lampu dan waktu pengamatan

dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna hijau ... 52 4.2.9 Hubungan antara banyak lampu dan waktu pengamatan

dengan larva cumi-cumi yang terpikat dengan menggunakan lampu warna biru ... 55 4.2.10 Kurva gabungan panjang gelombang cahaya lampu LED

merah, kuning, hijau dan biru ... 59 4.2.11 Pola sebaran intensitas cahaya lampu LED merah, kuning,

hijau dan biru ... 60 4.2.12 T-test 1 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya

lampu ... 61 4.2.13 T-test 2 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya

lampu ... 63 4.2.14 T-test 3 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya

lampu ... 64 4.2.15 T-test 4 lampu dengan perlakuan perbedaan warna cahaya

lampu ... 66 4.2.16 T-test total larva cumi yang terpikat pada waktu pengamatan

yang berbeda dengan asumsi jumlah jampu tidak

berpengaruh ... 67 4.2.17 T-test 1 lampu dengan perlakuan perbedaan waktu

pengamatan... 69 4.2.18 T-test 2 lampu dengan perlakuan perbedaan waktu

pengamatan... 70 4.2.19 T-test 3 lampu dengan perlakuan perbedaan waktu


(21)

4.2.20 T-test 4 lampu dengan perlakuan perbedaan waktu

pengamatan... 73

4.2.21 T-test total larva cumi yang terpikat pada perlakuan perbedaan warna cahaya lampu dengan asumsi jumlah lampu tidak berpengaruh ... 74

5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(22)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Warna dan panjang gelombang cahaya ... 16 2 Nilai I / I0 dan Id / I0 terhadap 0 ... 18 3 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat

pada pengamatan menggunakan 1 lampu ... 33 4 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat

pada pengamatan menggunakan 2 lampu ... 34 5 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat

pada pengamatan menggunakan 3 lampu ... 36 6 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat

pada pengamatan menggunakan 4 lampu ... 37 7 Rerata sebaran hubungan antara larva cumi yang terpikat dengan

keseluruhan warna lampu biru, hijau, kuning dan merah ... 39 8 Hubungan antara waktu pengamatan dan banyak lampu dengan jumlah

larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu

warna merah ... 46 9 Hubungan antara waktu pengamatan dan banyak lampu dengan jumlah

larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu

warna kuning ... 50 10 Hubungan antara waktu pengamatan dan banyak lampu dengan jumlah

larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu

warna hijau ... 53 11 Hubungan antara waktu pengamatan dan banyak lampu dengan jumlah

larva cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu

warna biru ... 56 12 Polasebaran intensitas cahaya lampu LED merah, kuning,


(23)

13 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi waktu

pengamatan tidak berpengaruh ... .. 61 14 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva

cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan

asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh ... .. 62 15 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test

berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak

berpengaruh ... .. 62 16 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat

pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi waktu

pengamatan tidak berpengaruh ... .. 63 17 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva

cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan

asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh ... .. 63 18 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test

berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak

berpengaruh ... .. 63 19 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat

pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi waktu

pengamatan tidak berpengaruh ... .. 64 20 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva

cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan

asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh ... .. 65 21 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test

berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak

berpengaruh ... .. 65 22 Hubungan antara warna lampu dengan jumlah larva cumi yang terpikat

pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi waktu

pengamatan tidak berpengaruh ... .. 66 23 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva

cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan


(24)

xii 24 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test

berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi waktu pengamatan tidak

berpengaruh ... .. 66 25 Tabel gabungan hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva

cumi yang terpikat pada pengamatan ... .. 67 26 Hubungan antara waktu pengamatan dan jumlah larva cumi yang terpikat

pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak

berpengaruh ... .. 68 27 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan

jumlah lampu tidak berpengaruh ... .. 68 28 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan t-test

berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan

asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh ... .. 68 29 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang

terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi

warna lampu tidak berpengaruh ... .. 69 30 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva

cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan

asumsi warna lampu tidak berpengaruh ... .. 69 31 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan

t-test berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan

menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh .. 69 32 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang

terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi

warna lampu tidak berpengaruh ... .. 70 33 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu

dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh ... .. 70 34 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan t-test

berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan

menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh .. 71 35 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang

terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi


(25)

36 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu

dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh ... .. 72 37 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan t-test

berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan

menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh .. 72 38 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi yang

terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi

warna lampu tidak berpengaruh ... .. 73 39 Perhitungan t-test antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan

asumsi warna lampu tidak berpengaruh ... .. 73 40 Hasil perbandingan antara 2 waktu pengamatan menggunakan t-test

berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan

menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh .. 73 41 Tabel gabungan hubungan antara warna lampu dengan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan ... .. 74 42 Hubungan antara warna lampu dan jumlah larva cumi yang terpikat

pada pengamatan dengan asumsi jumlah lampu dan waktu pengamatan

tidak berpengaruh ... .. 75 43 Perhitungan t-test antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi

yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi jumlah lampu dan waktu pengamatan tidak berpengaruh ... .. 75 44 Hasil perbandingan antara 2 warna lampu menggunakan t-test

berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan


(26)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Cumi-cumi sirip besar dewasa (Sepioteuthis lessoniana) ... 4 2 Larva cumi-cumi sirip besar ( Sepioteuthis lessoniana) ... 8 3 Telur cumi-cumi sirip besar (Sepioteuthis lessoniana) ... 9 4 Simbol LED ... 15 5 LED dan contoh rangkaian LED ... 15 6 Plexiglass ... 27 7 Grafik sebaran arah renang larva cumi-cumi menggunakan 1 buah

lampu LED untuk setiap warna biru, hijau, kuning, dan merah ... 33 8 Grafik sebaran arah renang larva cumi-cumi menggunakan 2 buah

lampu LED untuk setiap warna biru, hijau, kuning, dan merah ... 35 9 Grafik sebaran arah renang larva cumi-cumi menggunakan 3 buah

lampu LED untuk setiap warna biru, hijau, kuning, dan merah ... 36 10 Grafik sebaran arah renang larva cumi-cumi menggunakan 4 buah

lampu LED untuk setiap warna biru, hijau, kuning, dan merah ... 38 11 Rerata sebaran hubungan antara larva cumi yang terpikat

dengan keseluruhan warna lampu biru, hijau, kuning dan merah ... 40 12 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna merah ... 46 13 Panjang gelombang cahaya lampu LED merah ... 49 14 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna kuning ... 50 15 Panjang gelombang cahaya lampu LED kuning ... 52 16 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi


(27)

17 Panjang gelombang cahaya lampu LED hijau ... 55 18 Hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah larva cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan lampu warna biru ... 56 19 Panjang gelombang cahaya lampu LED biru ... 58 20 Grafik pola sebaran intensitas cahaya lampu LED merah, kuning,

hijau dan biru ... 59 21 Kurva gabungan panjang gelombang cahaya lampu LED merah,


(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 83 2 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 84 3 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 85 4 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 86 5 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 87 6 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 88 7 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 89 8 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 90 9 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 91 10 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 21.00 –


(29)

11 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 93 12 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 94 13 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 95 14 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 96 15 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 97 16 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 98 17 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 99 18 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 100 19 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 101 20 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 102 21 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 103 22 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 21.00 –


(30)

xviii 23 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 105 24 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 106 25 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 107 26 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 108 27 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 109 28 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 110 29 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 111 30 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 112 31 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 113 32 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 114 33 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 115 34 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 21.00 –


(31)

35 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 117 36 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 118 37 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 119 38 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 120 39 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 121 40 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 122 41 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 123 42 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 124 43 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 125 44 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 126 45 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 127 46 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 21.00 –


(32)

xx 47 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 129 48 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 130 49 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 131 50 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 132 51 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 133 52 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 134 53 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 135 54 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 136 55 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 137 56 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 138 57 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 139 58 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 24.00 –


(33)

59 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 141 60 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 142 61 Tabel hubungan antara warna lampu hijau dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 24.00 –

03.00 ... 143 62 Tabel hubungan antara warna lampu merah dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 03.00 –

06.00 ... 144 63 Tabel hubungan antara warna lampu biru dengan jumlah cumi-cumi

yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 18.00 –

21.00 ... 145 64 Tabel hubungan antara warna lampu kuning dengan jumlah cumi-cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu pukul 21.00 –

24.00 ... 146 65 Tabel keseluruhan jumlah cumi-cumi yang terpikat terhadap perbedaan warna dan intensitas cahaya pada waktu pengamatan yang berbeda ... 147 66 Uji-t (t-test) antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi waktu

pengamatan tidak berpengaruh... 148 67 Uji-t (t-test) antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi waktu

pengamatan tidak berpengaruh... 148 68 Uji-t (t-test) antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi waktu

pengamatan tidak berpengaruh... 148 69 Uji-t (t-test) antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi waktu

pengamatan tidak berpengaruh... 148 70 Uji-t (t-test) antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah


(34)

xxii 71 Uji-t (t-test) antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi

warna lampu tidak berpengaruh... 149 72 Uji-t (t-test) antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi

warna lampu tidak berpengaruh... 149 73 Uji-t (t-test) antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi

warna lampu tidak berpengaruh... 149 74 Uji-t (t-test) antara 2 waktu pengamatan berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi

warna lampu tidak berpengaruh... 150 75 Uji-t (t-test) antara 2 warna lampu berdasarkan jumlah larva cumi

yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi jumlah lampu dan

waktu pengamatan tidak terpengaruh... 150 76 Uji peringkat antara warna lampu merah dan biru berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 150 77 Uji peringkat antara warna lampu merah dan kuning berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 151 78 Uji peringkat antara warna lampu merah dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 151 79 Uji peringkat antara warna lampu kuning dan biru berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 151 80 Uji peringkat antara warna lampu biru dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 152 81 Uji peringkat antara warna lampu kuning dan hijau berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 152 82 Uji peringkat antara warna lampu merah dan biru berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu


(35)

83 Uji peringkat antara warna lampu merah dan kuning berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 153 84 Uji peringkat antara warna lampu merah dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 153 85 Uji peringkat antara warna lampu kuning dan biru berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 153 86 Uji peringkat antara warna lampu biru dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 154 87 Uji peringkat antara warna lampu kuning hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 154 88 Uji peringkat antara warna lampu merah dan biru berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 154 89 Uji peringkat antara warna lampu merah dan kuning berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 155 90 Uji peringkat antara warna lampu merah dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 155 91 Uji peringkat antara warna lampu kuning dan biru berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 155 92 Uji peringkat antara warna lampu biru dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 156 93 Uji peringkat antara warna lampu kuning dan hijau berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 156 94 Uji peringkat antara warna lampu merah dan biru berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu


(36)

xxiv 95 Uji peringkat antara warna lampu merah dan kuning berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 157 96 Uji peringkat antara warna lampu merah dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 157 97 Uji peringkat antara warna lampu kuning dan biru berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 157 98 Uji peringkat antara warna lampu biru dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 158 99 Uji peringkat antara warna lampu kuning dan hijau berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu

dengan asumsi waktu pengamatan tidak berpengaruh... 158 100 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

21.00-24.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak

berpengaruh... 158 101 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

24.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak

berpengaruh... 159 102 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak

berpengaruh... 159 103 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan

24.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak

berpengaruh... 159 104 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak


(37)

105 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dan 03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak

berpengaruh... 160 106 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

21.00-24.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 160 107 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

24.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 161 108 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 161 109 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

24.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 161 110 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 162 111 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 1 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 162 112 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

21.00-24.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 162 113 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

24.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 163


(38)

xxvi 114 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 163 115 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan

24.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 163 116 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 164 117 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 2 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 164 118 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

21.00-24.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 164 119 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

24.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 165 120 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 165 121 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan

24.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 165 122 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 166


(39)

123 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dan 03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 3 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 166 124 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

21.00-24.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 166 125 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

21.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 167 126 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 18.00-21.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 167 127 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan

24.00-03.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 167 128 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 168 129 Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dan

03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu

tidak berpengaruh... 168 130 Uji peringkat antara warna lampu merah dan biru berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna

lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh... 168 131 Uji peringkat antara warna lampu merah dan kuning berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna

lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh... 169 132 Uji peringkat antara warna lampu merah dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna


(40)

xxviii 133 Uji peringkat antara warna lampu kuning dan biru berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna

lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh... 169 134 Uji peringkat antara warna lampu biru dan hijau berdasarkan jumlah

larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna

lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh... 170 135 Uji peringkat antara warna lampu kuning dan hijau berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna

lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh... 170 136 Peralatan yang digunakan dalam penelitian ... 171


(41)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara maritim yang terdiri atas 17.500 pulau dengan panjang sekitar 81.000 km. Tujuh puluh persen wilayah Negara Republik Indonesia tertutup oleh lautan. Dengan perkiraan luas perairan laut 5,8 juta km2 (termasuk ZEE). Dikarenakan kondisi tersebut maka Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya pesisir dan laut yang berlimpah baik hayati maupun nonhayati, yang sangat bermanfaat untuk pembangunan perekonomian dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 1983 potensi perikanan laut diperkirakan sebesar 6,6 juta ton per tahun. Pada tahun 1989 potensi sumberdaya hayati laut diperkirakan berkisar antara 5,76 hingga 7,04 juta ton. Berubahnya perkiraan besarnya potensi sumberdaya hayati laut tersebut dikarenakan pada perhitungan tahun 1983 potensi dari moluska, teripang dan rumput laut belum dimasukan dalam perhitungan (Naamin, 1993).

Salah satu jenis sumberdaya perikanan laut di Indonesia adalah cumi-cumi. Cumi-cumi merupakan salah satu sumber makanan bergizi yang banyak diminati oleh masyarakat. Cumi-cumi (Cephalopda) didalam dunia perdagangan telah dapat mengisi pasaran internasional sebagai salah satu hasil perikanan, disamping ikan dan udang (Sudjoko, 1988). Cumi-cumi menempati urutan ke tiga didalam dunia perikanan setelah ikan dan udang (Sudjoko, 1988). Kenyataan ini telah terbukti dengan adanya pengiriman hewan tersebut dari India ke Jepang. Menurut laporan jenis cumi-cumi yang dikirim dari India antara lain adalah Loligo duvaucelii, Doryteuthis sp dan Sepioteuthis lessoniana SHENOY (Sudjoko, 1988). Hal ini disebabkan karena hewan ini merupakan salah satu produk perikanan yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi.

Cumi-cumi terdiri dari berbagai macam spesies. Salah satu diantaranya cumi-cumi sirip besar (Sepioteuthis lessoniana, LESSON) yang merupakan anggota famili Loliginidae yang mempunyai nilai ekonomis (Bardach et al.,


(42)

2

tergantung pada ukuran per ekor dan musimnya (Danakusuma, 1995). Harga pasaran sekarang berkisar antara Rp 18.000,- sampai Rp. 24.000,- per kilo (Danakusuma, 1995).

Produksi cumi-cumi hingga saat ini praktis hanya berasal dari hasil tangkapan di laut. Daerah penangkapan cumi-cumi famili Loliginidae terdapat hampir disemua perairan Indonesia. Potensi sumberdaya cumi-cumi yang relatif besar dengan kegiatan penangkapan yang terus-menerus dapat menyebabkan ‘over fishing’ bila tanpa memperhatikan batas potensi sumberdaya cumi-cumi yang ada. Untuk meningkatkan produksi sumberdaya dan mempertahankan kelestarian sumberdaya cumi-cumi serta daya dukung lingkungan maka perlu adanya upaya ‘restoking’ dan budidaya dengan metode yang tepat guna, selain upaya pengaturan kegiatan penangkapan yang memperhatikan batas potensi sumberdaya, kelestarian sumberdaya dan tidak merusak lingkungan agar tetap terjaga dan pemanfaatannya berkelanjutan.

Umumnya cumi-cumi ditangkap dengan menggunakan bagan dan pancing. Kenyataan yang perlu kita ketahui adalah bahwa sebagian besar ikan masih saja dapat meloloskan diri dari suatu alat penangkap yang dianggap baik sekalipun. Apabila tingkah laku ikan di sekitar alat tangkap serta dalam hubungannya dengan berbagai faktor dapat kita ketahui, maka kita akan dapat mengetahui cara-cara untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kegunaan alat tangkap tersebut. Lebih jauh dari itu, mungkin akan timbul suatu ide untuk menciptakan suatu alat penangkapan baru yang lebih sesuai dan bersifat ramah lingkungan.

Keberhasilan usaha penangkapan ikan tergantung pada pengetahuan yang cukup mengenai tingkah laku ikan. Hal ini merupakan dasar bagi pengembangan metode-metode penangkapan, juga merupakan kunci bagi perbaikan metode penangkapan yang telah diketahui, serta penemuan metode-metode yang baru (Gunarso, 1985).

Metode penangkapan ikan yang dilakukan tidak hanya berarti bagaimana mengoperasikan suatu alat tangkap, namun juga bagaimana menemukan ikan dan mempengaruhi tingkah laku ikan sehingga dapat meningkatkan efisiensi penangkapannya (Penturi et al, 1987).


(43)

3

Kegiatan penangkapan ikan berhubungan erat dengan ada atau tidaknya kawanan ikan di suatu perairan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang pola tingkah laku pengumpulan ikan menjadi semakin penting untuk menemukan metode-metode dalam mengontrol tingkah laku ikan, terutama dalam hubungannya untuk membuat operasi penangkapan menjadi semakin produktif (Radakov, 1972).

Tingkah laku ikan di sekitar daerah iluminasi cahaya dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kecerahan, arus, gelombang, dan keberadaan makanan atau predator. Hal ini juga berubah berdasarkan kondisi biologis ikan seperti umur, kematangan gonad, dan kandungan makanan dalam perut ikan.

Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengetahui tingkah laku berkumpulnya cumi-cumi secara keseluruhan, terutama ketika ikan mendapat rangsangan iluminasi cahaya.

Pengamatan terhadap tingkah laku ikan akan memudahkan kita dalam pengembangan penangkapan ikan. Pengembangan dalam usaha penangkapan dan budidaya ikan diutamakan kepada ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, akan tetapi budidaya ikan berekonomis tinggi belum dilakukan besar-besaran, saat ini masih dalam tahap penelitian.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Preferensi larva cumi-cumi sirip besar (Sepioteuthis lessoniana) terhadap perbedaan warna dan intensitas cahaya.

2. Preferensi larva cumi-cumi sirip besar (Sepioteuthis lessoniana) terhadap cahaya pada waktu yang berbeda.


(44)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Identifikasi Cumi-Cumi (Sepioteuthis lessoniana,

LESSON)

2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi cumi-cumi sirip (Sepioteuthis lessoniana, LESSON) dalam Nateewathana (1997) adalah sebagai berikut :

Filum : Mollusca

Kelas : Cephalopoda (Cuvier, 1798) Sub-kelas : Coleoida (Bather,1888) Ordo : Teuthida (Naef, 1916) Sub-ordo : Myopsida (Orbigny, 1845) Famili : Loliginidae (Steenstrup, 1861) Sub-famili : Sepioteuthinae (Naef, 1921) Genus : Sepioteuthis (Blainville, 1823)

Spesies : Sepioteuthis lessoniana, (Lesson, 1830)

Nama FAO : Bigfin reef squid (Inggris), Calmar tonnelet (Perancis), dan Calamar manopla (Spanyol)

Nama daerah : Corak (Banten) dan Cumi lamun (NTB)

Gambar 1 Cumi-cumi sirip besar dewasa (Sepioteuthis lessoniana).

2.1.2 Morfologi

Cumi-cumi termasuk dalam kelas Cephalopoda (hewan yang memiliki sejumlah lengan/kaki di kepala), kelas yang paling berkembang dalam filum moluska (Buchsbaum et al.,1994). Cumi-cumi ini dapat mencapai ukuran yang besar sekali, dimana contohnya adalah cumi-cumi raksasa, Architeuthis di laut


(45)

5

Atlantik Utara. Cumi-cumi ini dapat mencapai panjang total 20 m termasuk tentakelnya 6 m dan lingkaran tubuh 4 m. Pada cumi-cumi, rostrum dan phragmacone dengan sekat-sekatnya lenyap, dan cangkangnya terdiri atas sisa pro-ostracum yang ringan dan transparan terdiri dari zat tanduk, disebut pen.

Cumi-cumi merupakan hewan pelagis yang berenang dengan gaya dorong jet (jet propulsion) untuk memburu mangsa yang juga perenang. Kecepatan berenang mundur lebih cepat dari pada berenang maju. Cumi-cumi menurut perenang tercepat diantara hewan avertebrata lainnya (Suwignyo et al., 1998).

Salah satu genus dari famili Loliginidae, yaitu genus Sepioteuthis

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tubuh gemuk dan agak mampat (kompres) secara dorsoventral, meruncing ke ujung ayang tumpul. Sirip individu yang dewasa dan yang mendekati dewasa biasanya besar, tersusun oleh daging atau otot, meluas hampir ke seluruh panjang mantel hingga ke ujung ekor. Hektokotilus pada lengan kiri dari spesies ini tidak memiliki fotofor (Nateewathana, 1997).

Roper et al. (1984) mendeskripsikan ciri-ciri cumi-cumi (Sepioteuthis lessoniana, LESSON) sebagai berikut: mantel panjang dan kokoh dengan lebar mantel sekitar 40% dari panjang. Sirip (fin) sangat besar dengan ukuran sekitar 90% hingga 100% panjang mantel, lebarnya hampir mencapai 75% panjang mantel, bagian lebar terbesar terdapat pada posterior sampai bagian pertengahan. Tentakel panjang dan besar serta memiliki alat penghisap (sucker) yang menyerupai cicin dengan 14 – 23 gigi-gigi tajam. Cincin penghisap (suckering) lengan memiliki18 – 29 gigi yang tajam dan berbentuk segitiga, tentakel panjang dan kuat lengan kiri keempat pada individu jantan merupakan alat yang berfungsi sebagai hektokopilus untuk memindahkan spermatofora.

Cumi-cumi mempunyai 10 buah tangan, 4 pasang disebut tangan dan sepasang sangat panjang disebut tentakel. Pada permukaan dalam tangan dan ujung tentakel cumi-cumi terdapat mangkuk penghisap yang bertangkai, dan adakalanya sekitar tepi mangkuk diperkuat dengan zat tanduk ataukait-kait. Cumi-cumi memangsa ikan dan udang pelagis dengan cara berenang cepat ke arah kedalam sekawanan ikan mackerel muda, dan menangkap seekor ikan dengan tentakelnya (Suwignyo et al., 1998)


(46)

6

Nateewathana (1997) mendeskripsikan spesies Sepioteuthis lessoniana, LESSON secara lebih lengkap, berdasarkan bagian-bagian tubuh :

Warna : dalam larutan alkohol berwarna krem, permukaan dorsal mantel, sirip, kepala dan lengan di tutupi oleh sejumlah kromatofor (sel-sel yang mengandung pigmen) yang besar dan padat; Pada permukaan ventral, mantel lebih sedikit bahkan pada bagian sirip ventral tidak terdapat komatofor sama sekali. Pada masing-masing mata terdapat bintik berwarna gelap seperti pada dorsal.

Mantel : panjang, kokoh, menyatu dan agak meruncing pada ujung posterior, pertengahan cuping antero-dorsal bulat dan agak menonjol; bagian ujung cuping ventro-lateral sangat menonjol; tepi mantel ventral cekung.

Sirip : besar, tebal dengan panjang 83 – 94% panjang mantel; cuping bagian anterior sempit dan bagian paling lebar sekitar 1/3 dari ujung posterior, oval dan lebar, lebarnya sekitar 54 – 71% dari panjang mantel. Sirip bersatu pada ujung posterior.

Kepala : besar namun sedikit lebih kecil dari lebar mantel anterior, leher dan mantel pada bagian dorsal dihubungkan oleh otot penghubung kepala (nuchal locking apparatus). Memiliki mata yang besar dan ditutupi seluruhnya oleh kornea kedua yang transparan, pori-pori yang unik (lacrimal) terdapat pada bagian depan mata, puncak olfaktori terlihat menonjol pada belakang mata. • ‘Funnel’/corong : kokoh dan berbentuk keruut yang membesar kedalam

permukaan ventral kepala; katup corong berada pada posisi subterminal dan telah berkembang dengan baik; organ corong dorsal berbentuk ‘V’ terbalik dengan dua bujur bantalan. Tulang rawan nuchal berbentuk ‘biola’ dan lebih sederhana, lurus dan agak melengkung pada bagian luar di dekat pasterior, sebuah lekuk yang dalam terdapat pada bagian pertengahan; tulang rawan • Lengan : gemuk dengan ujung yang agak tajam, ukurannya tidak sama dan

berada pada tingkatan ukuran III,IV,II,I. Lengan I pendek berbentuk segitiga dengan selaput otot/’keel’ aboral sepanjang lengannya. Lengan II datar dengan dasar keel berenang aboral, yang mana bagian terluas terdapat pada pertengahan lengan. Lengan III besar dengan dasar keel aboral yang tebal. Lengan IV tidak memiliki keel aboral, besar dan memiliki selaput sepanjang


(47)

7

tepi dorsal. Selaput pelinung yang kuat melapisi lengan II-III dan lebih lemah pada lengan IV. Penghisap seri ganda terdapat pada seluruh lengan; berdiameter kurang dari 2 mm, ukurannya mengecil ke arah ujung. Penghisap terbesar terdapa pada jarak 1,25 dari ujung proxial lengan; penghisap terbesar terdapat pada lengan III dan terkecil pada lengan I pada individu jantan dan betina. Cincin penghisap terdiri atas 17 – 28 gigi yang tajam dan runcing. • Lengan kiri IV : pejantan berungsi sebagai hektokotilus, yang mana bagian

yang termodifikasi sampai pada bagian 20 -30 %. Ukuran dan bentuk lengan kiri umumnya sama dengan lengan kanan. Bagian proximal lengan yang tidak termodifikasi terdiri atas 25 – 30 % pasangan penghisap yang tersusun dalam dua baris.

Tentakel : berbentuk batang yang panjang, kokoh , dan compres secara lateral. Bagian pentung (club) agak lebih besar dengan bagian tepi dilapisi oleh selaput yang telah berkembang dengan baik, kokoh dengan dilengkapi penyokong yang menonjol, bagian permukaan aboral memiliki keel yang kuat.

Gladius/pen : dengan rachis/tulang yang kokoh, melebarpada anterior dan mengecil pada posterior, pada bagian tengah berbentuk lingkaran, tebal secara lateral. Bagian vane lebar dengan bagian terlebar pada 1/3 dari ujung posterior, tebal pada bagian ¾ posterior namun bagian tepinya tipis.

Paruh bawah : pendek dan kuat dengan ujung taring yang melengkung, memiliki kepala yang pendek dan sayap yang yang besar. Bagian ujung taring dan tepi pemotong bagian anterior sayap berwarna hitam, bagian puncak melengkung tanpa adanya pigmen warna.

Radula : terdiri atas tujuh gigi melintang dansama pada individu betina maupun jantan; gigi rasidian pendek dan kuat dengan taring samping yang rendah, gigi samping pertama dan kedua sama dengan gigi rasidian namun sedikit lebih besar, gigi samping ke tiga berbentuk pelat oval dengan kait yang tipis.

Spermatofor : dengan ukuran panjang 4,5 mm dan lebar 0,15 mm, terdiri batas kumpulan sperma sepanjang ¾ total panjang spermatofor. Tubuh semen dengan penyempitan terdapat bagian pertengahan tubuh spermatofor, hampir terpisah menjadi dua bagian, bagian aboral lebih besar dari pada bagian oral.


(48)

8

Alat ejakulasi terdiri atas beberapa gulungan besar dan rapat sekali di bagian ujung oral spermatofor.

Kantong tinta : bentuk pirifrom tanpa fotofor, dengan lapisan luar berwarna hijau-biru keperakan dengan gari-garis pada sisi ventral massa isi rongga perut.

Gambar 2 Larva cumi-cumi sirip besar ( Sepioteuthis lessoniana).

2.1.3 Sistem reproduksi

Cumi-cumi reproduksinya bersifat dioecius, yang berarti dapat dibedakan antara jantan dan betina. Perbedaan terletak pada lengan keempat cumi-cumi jantan yang mengalami modifikasi menjadi hektokotilus. Selain itu ukuran tubuh cumi-cumi jantan biasanya lebih kecil daripada betinanya (Purchon, 1968).

Sistem genital betina terdiri atas : indung telur (ovary), saluran telur (oviduct), oviducal, nimadamental, dan kelenjar nidamental tambahan. Indung telur tunggal dan menempati bagian posterior rongga mantel. Bentuknya sesuai dengan ronga kerangka. Oviduct sepasang pada beberapa jenis cumi-cumi oseanik (Oegopsida) dan octopus, dan tidak berpasangan pada seluruh sotong, myopsida dan octopus bersirip. Keseluruhan cephalopoda memiliki kelenjar oviducal yang mengekresikan substansi adhesive tipis yang akan membentuk selubung ketiga telur pada decapoda (selubung pertama merupakan selaput telur dan slubung kedua merupakan chorion) dan membentuk ujung tangakai telur dan semen yang akan melekatkan telur ke subtrat. Kelenjar nidamental merupakan organ seks sekunder yang menghasilkan lapisan agar-agar pelindung telur ketika telur ditempelkan. Sotong dan Myopsida memiliki kelenjar nidamental tambahan kecil didaerah kelenjar nidamental pada oviduct yang berfungsi untuk memberikan lapisan tambahan pada telur (Arnold, 1984).

Sistem reproduksi jantan terdiri atas tetis, vas deferens, organ spermatoforik, kelenjar tambahan tambahan (prostat), kantong sperma (Nedham’s sac), dan penis. Organ sexual jantan tidak berpasangan pada hampir seluruh cephalopoda.


(49)

9

Testis berbentuk triangular atau cerutu pada ordo decapoda, terletak pada bagian dalam posterior mantel. Sperma dihasilkan oleh testis dan dilepaskan ke vas deferens yang berbentuk gulungan dan terus menuju ke seminal vesicle di anterior. Berbagai kelenjar seperti kelenjar tambahan saling membantu dalam memaketkan sperma menjadi spermatofor yang besar, yang disimpan di dalam penampungan besar yang disebut Needham’s sac. Spermatofor dari kantong dilepaskan ke dalam rongga mantel melalui saluran sperma dan penis.

Gambar 3 Telur cumi-cumi sirip besar (Sepioteuthis lessoniana).

2.1.4 Proses pemijahan dan perkawinan

Menurut Field (1963), daerah pemijahan cumi-cumi biasanya di teluk-teluk atau perairan yang terlindung. Selanjutnya Kreuzer (1984) menegaskan bahwa cumi-cumi akan melakukan ruaya ke perairan yang lebih dangkal pada saat akan memijah dan ruaya cumi-cumi tersebut erat kaitannya denan perubahan suhu perairan. Gunarso (1998) menyatakan bahwa cumi-cumi sirip besar akan menunda pemijahan bila kondisi laut dan lingkuang belum sesuai. Wilbur dan Yoge (1996) menyatakan bahwa kematangan gonad cumi-cumi bergantung pada produksi kelenjar optik. Sekresi kelenjar ini diatur oleh daerah cuping dasar bagian dorsal dan dipicu oleh rangsangan luar yang terdeteksi oleh mata.


(50)

10

Pengambilan bagian dasar dorsal maupun pembutaan akan mengakibatkan kelenjar optik dan gonad matang terlalu cepat/belum saatnya.

Danakusumah et al., (1995) melaporkan bahwa bulan Juni-Juli merupakan musim pemijahan cumi sirip besar. Walaupun demikian, cumi-cumi sirip besar yang di pelihara dalam keramba memijah sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Juni. Diperairan Jepang, musim pemijahan spesies ini adalah dari pertengahan Juni sampai akhir Agustus (Sagawa, 1987).

Roper et al., (1995) menyatakan bahwa inividu jantan mencapai kematangan gonad pada umur 10 – 14 bulan, individu betina mencapai kematangan gonad pada umur 12 – 17 bulan. Umur individu tertua adalah 2,5 tahun. Nabhitabhata (1996) menyatakan bahwa cumi-cumi sirip besar mengalami matang gonad dan mulai berpasangan pada umur 60 hari dan perkawinan terjadi pada umur sekitar 90 hari. Cumi yang telah matang gonad akan menunjukkan pola warna yang spesifik yang menunjukkan kesiapan individu untuk kawin.

Proses perkawinan dimulai dengan memilih individu jantan secara bebas terhadap pasangannya dengan dasar yang sama – sama uka. Umumnya individu jantan akan memilih betina yang berukuran besar, berenang disisi pasangannya, terus berpasangan dan menjaga pasangannya dari individu jantan lainnya. Pola tingkah laku kawin dimulai dengan individu jantan berenang di atas pasangannya, menukik dan memegang tangan individu betina dari atas. Kemudian individu jantan turun ke tingkat yang sama dengan individu betina dan kopulasi dimulai dalam posisi kepala-kepala atau posisi Aristoteles. Setelah 2 – 5 detik, individu betina berenang mundur sementara jantan melepaskan tangannya dan memisah. Proses perkawinan dapat berlangsung beberapa kali sehari dan biasanya berlangsung pada tempat yang remang-remang atau dibawah bayangan (Nabhitabhata, 1996).

Pemijahan terjadi satu minggu setelah kawin pada umur sekitar 90 – 166 hari. Individu betina berenang dan meraba berbagai macam substrat untuk mengenal permukaan dan bentuk substrat menempel kapsul-kapsul telur. Tetapi di antara banyak faktor yang menyebabkan cumi-cumi meletakkan telurnya di suatu tempat, faktor yang paling utama adalah tempat itu terlindung dan aman dari gangguan faktor alam seperti gelombang dan arus, serta ancaman dari predator.


(51)

11

Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis substrat, permukaan substrat, dan bentuk substrat tersebut apakah dapat menjadi tempat penempelan telur cumi-cumi. Setiap individu betina dapat meletakkan 2 – 400 kapsul dalam 1 kelompok, atau 1 – 3 kelompok dapat ditempelkan individu betina selama 10 hari. Kapsul-kapsul telur disingkirkan oleh individu jantan lain bila individu jantan pasangan individu betina yang sedang memijah mengadakan perlawanan. Setelah kawin, individu jantan yang masih sehat akan beralih ke individu betina lainnya meskipun individu tersebut telah kawin. Individu jantan yang berukuran besar akan memiliki kemungkinan berhasil yang cukup tinggi jika kondisinya cukup sehat (Nabhitabhata, 1996).

Nabhitabhata (1996) juga menyatakan bahwa jangka hidup cumi-cumi sirip besar ditentukan oleh waktu reproduksi karena kematian terjadi setelah pemijahan. Umur individu betina sekitar 104 – 167 hari dan berakhir skitar 14 hari setelah pemijahan. Umur individu jantan lebih panjang sekitar 108 – 176 hari.

Segawa (1987) menyatakan bahwa proses perkawinan di mulai dengan individu betina melayang dengan lengan yang terjulur secara horizontal. Individu jantan terus-menerus mendekati individu betina dari belakang bagian bawah dengan lengan yang terjulur ke arah individu betina. Kemudian mereka merubah warna tubuh mereka secara cepat dari pucat ke merah kecoklatan. Individu jantan mengikuti didekat sisi ventral individu betina dengan arah yang sama, lengan I individu jantan melingkari sisi abdomen dan lengan II memegang tubuh individu betina diantara mata dan tepi mantel. Kemudian lengan tangan kiri IV dimasukkan ke dalam rongga mantel individu betina. Kopulasi terjadi dalam posisi pararel. Inividu betina tetap tenang dalam pola warna pucat selama proses kopulasi, dengan lengan yang terjuntai bebas kebawah dan sirip bergerak secara perlahan. Proses ini berlangsung selama 3 – 4 menit. Segera setelah kopulasi individu betina turun kedasar pada kedalaman 10 – 20 cm di atas dasar dan diam di situ selama 2 – 3 menit, kemudian mulai menempelkan telurnya pada ranting-ranting rumput laut di kedalaman 30 – 50 cm di atas dasar. Individu jantan tetap mengawal didekat individu betina. Setelah individu betina selesai menempelkan telurnya mereka bersama-sama berenang menjauh meninggalkan telur tersebut.


(52)

12

Roper et al. (1984) menyatakan bahwa kapsul-kapsul telur berbntuk jari dan terdiri atas 3 – 7 individu telur, di tempelkan dalam kelompok-kelompok pada rumput laut, patahan ranting, dan batu atau koral. Segawa, 1987 melaporkan bahwa cumi-cumi sirip besar dalam masa pemijahan 27 Juni – 30 Agustus 1987 di perairan kominato dan sekitarnya, menempelkan telurnya pada ubstrat rumput laut: Sargassum ringgoldianum (14 kali), Sargassum patens (2 kali), Sargassum serratifolium (sekali), dan Padina arborescens (sekali) serta pada karung plastik (sekali). Kapsul-kapsul telur sering ditemukan pada kedalaman 3 meter. Choe dan Oshima (1961) melaporkan bahwa di perairan tengah Honshu cumi ini menggunakan substrat batu kecil, kulit kerang, dan alga coklat (Chorda filum) sebagai tempat menempelkan kapsul-kapsul telurnya. Cumi-cumi sirip besar memilih berbagai macam substrat untuk menempelkan telurnya diperairan dengan kedalaman tidak lebih dari 10 meter (Segawa, 1987).

2.2 Penyebaran dan Habitat Cumi-Cumi (Sephiateutis sp.)

Cumi-cumi yang termasuk dalam kelas chepalopoda merupakan organisme yang sangat aktif. Dimana tingkat kondisi oksigen dan kondisi lingkungan seperti halnya suhu perairan, pH, oksigen terlarut, dan salinitas sangat mempengaruhi aktifitasnya. Suhu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pemanfaatan energi cumi-cumi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsumsi, pertumbuhan dan kematangan gonad (Segawa, 1995).

Kriteria parameter kualitas perairan bagi kehidupan cumi-cumi yang termasuk dalam cephalopoda adalah sebagai berikut : oksigen terlarut > 5 mg/liter, salinitas 25 – 35 ppt, suhu 28 – 32 oC, pH 7.0 – 8.5, dan jarak pandang yang sebaik mungkin (Nabhitabhata, 1996).

Cumi-cumi Sepioteuthis lessoniana adalah salah satu spesies dari filum moluska kelas cephalopoda. Cumi-cumi ini merupakan penghuni perairan pantai, berukuran besar yang dapat mencapai ukuran panjang mantel 26 cm dengan berat 1,8 kg (Roper et al., 1984, dan merupakan bahan makanan yang hampir seluruh bagian tubuhnya (80%) dapat dimakan (Yamaguchi, 1991).


(53)

13

2.3 Tingkah Laku Berkumpulnya Ikan

Menurut Moyle (1993), kawanan (schools) adalah sekelompok ikan yang saling tertarik satu sama lain dan biasanya menghadap ke suatu arah. Kawanan ikan dapat terbentuk dari mulai sebesar kepalan tangan sampa terdiri dari jutaan ikan.

Ikan membentuk kawanan karena alasan tertentu, yaitu (Moyle, 1993): (1) untuk mengurangi resiko pemangsaan,

(2) untuk meningkatkan efisiensi pencarian makanan,

(3) untuk meningkatkan kesuksesan reproduksi, (4) untuk meningkatkan efisiensi berenang.

Dari suatu kawanan ikan kita dapat mengetahui sebuah kelompok yang bersifat sementara, biasanya terbentuk dari jenis ikan yang sama, yang berada pada suatu tahap daur hidup yang sama, memelihara hubungan diantara mereka secara aktif, dan dengan tiba-tiba dapt menunjukan gerakan yang terorganisir yang secara biologis bermanfaat bagi setiap individu anggota kawanan. Bentuk kawanan ikan dapat berubah secara berkala dan radikal tergantung dari kondisi ikan tersebut dan ituasi lingkuangan sekitarnya (Radakov, 1972).

Berkumpulnya ikan sangat tergantung kepada daya penglihatan, dimana setiap anggota kawanan mengikuti ciri-ciri kunci dari ikan disekitarnya. Ketergantungan terhadap penglihatan inilah yang menyebabkan kawanan ikan biasanya akan bubar atau setidaknya kehilangan banyak anggotanya pada malam hari (Moyle, 1993).

Hubungan antar ikan di dalam kawanan di lakukan oleh berbagai indera, terutama indera penglihatan. Tetapi, hanya dengan kontak penglihatan belumlah cukup bagi ikan untuk membentuk kawanan. Kawanan tidak akan terbentuk atau akan bubar apabila tidak ada alasan-alasan biologis yang mendukung keberadaan kawanan tersebut (Radakov, 1972).

Struktur kawanan ikan dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu (Radakov, 1972) :

(1) bergerak (semua anggota kawanan bergerak ke suatu arah),

(2) bergerombol (ikan melakukan sedikit pergerakan dan menghadap ke berbagai arah),


(1)

Lampiran 128. Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 21.00-24.00 dan 03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Waktu Pengamatan Cumi Terpikat Peringkat

21.00-24.00 12 1

03.00-06.00 13 2

03.00-06.00 15 3.5

21.00-24.00 15 3.5

03.00-06.00 18 5

21.00-24.00 19 6

21.00-24.00 20 7.5

03.00-06.00 20 7.5

Lampiran 129. Uji peringkat antara waktu pengamatan pukul 24.00-03.00 dan 03.00-06.00 berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan menggunakan 4 lampu dengan asumsi warna lampu tidak berpengaruh Waktu Pengamatan Cumi Terpikat Peringkat

03.00-06.00 13 1

03.00-06.00 15 2.5

24.00-03.00 15 2.5

24.00-03.00 18 4.5

03.00-06.00 18 4.5

03.00-06.00 20 6

24.00-03.00 21 7

24.00-03.00 23 8

Lampiran 130. Uji peringkat antara warna lampu merah dan biru berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh

Warna Lampu Cumi Terpikat Peringkat

Merah 41 1

Merah 42 2

Merah 51 3

Merah 57 4

Biru 61 5

Biru 62 6

Biru 73 7


(2)

Lampiran 131. Uji peringkat antara warna lampu merah dan kuning berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh

Warna Lampu Cumi Terpikat Peringkat

Merah 41 1

Merah 42 2

Merah 51 3.5

Kuning 51 3.5

Kuning 53 5

Merah 57 6

Kuning 61 7

Kuning 69 8

Lampiran 132. Uji peringkat antara warna lampu merah dan hijau berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh

Warna Lampu Cumi Terpikat Peringkat

Merah 41 1

Merah 42 2

Merah 51 3

Merah 57 4

Hijau 67 5

Hijau 68 6

Hijau 80 7

Hijau 90 8

Lampiran 133. Uji peringkat antara warna lampu kuning dan biru berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh

Warna Lampu Cumi Terpikat Peringkat

Kuning 51 1

Kuning 53 2

Kuning 61 3.5

Biru 61 3.5

Biru 62 5

Kuning 69 6

Biru 73 7


(3)

Lampiran 134. Uji peringkat antara warna lampu biru dan hijau berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh

Warna Lampu

Cumi Terpikat

Peringkat

Biru 61 1

Biru 62 2

Hijau 67 3

Hijau 68 4

Biru 73 5

Biru 80 6.5

Hijau 80 6.5

Hijau 90 8

Lampiran 135. Uji peringkat antara warna lampu kuning dan hijau berdasarkan jumlah larva cumi yang terpikat pada pengamatan dengan asumsi warna lampu dan jumlah lampu tidak berpengaruh

Warna Lampu

Cumi Terpikat

Peringkat

Kuning 51 1

Kuning 53 2

Kuning 61 3

Hijau 67 4

Hijau 68 5

Kuning 69 6

Hijau 80 7


(4)

Lampiran 136. Peralatan yang digunakan dalam penelitian

Lux Meter (Digital)


(5)

Lampiran 136. (lanjutan)

Plexiglass (Akurium pengamatan perlakuan cumi-cumi)

Keterangan : M = lampu merah H = hijau K = kuning B = biru

G = gelap tanpa lampu

* seluruh bagian plexiglass dilapisi plastik polibag hitam B

G

G

G G

M

K H

Sekat pembatas

15 cm

15 cm

Lampu Lampu

Biru Lampu Merah Hijau

80 cm

80 cm 15 cm 30 cm


(6)

Lampiran 136. (lanjutan)