Kepadatan perifiton a. Stasiun I Vegetasi tunggal

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 1. Kerapatan lamun dan kepadatan perifiton yang paling tinggi terdapat pada

Stasiun II yang merupakan padang lamun vegetasi campuran yang memiliki empat jenis lamun. 2. Hasil identifikasi perifiton pada semua stasiun penelitian diperoleh 38 genus dari 6 kelas yaitu BacillariophyceaeDiatom, Cyanophyceae, Chlorophyceae, Dinophyceae, Protozoa, Crustaceae. Semua stasiun penelitian didominasi oleh kelas BacillariophyceaeDiatom. 3. Komunitas perifiton di perairan Pulau Pari berada dalam kondisi kurang baik, ditandai dengan keanekaragaman, keseragaman dan dominansi generanya yang rendah, serta sebaran yang relatif merata pada daun lamun di setiap stasiun pengamatan. 4. Faktor fisika-kimia yang mempengaruhi kerapatan lamun adalah arus, nitrat dan fosfat, sedangkan keberadaan dan kepadatan perifiton dipengaruhi oleh kerapatan lamun.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara perifiton dengan karakteristik padang lamun pada berbagai substrat. DAFTAR PUSTAKA Abelson A, Danny M. 1997. Settlement of marine organisms in flow. Annu. Rev. Ecol. Syst. 28: 317-339. Abdelrhman MA. 2003. Effect of eelgrass Zostera marina canopies on flow and transport. Mar Ecol Prog Series 248: 67-83. Agawin NSR, Duarte CM. 2002. Evidence of direct particle trapping by a tropical seagrass meadow. Estuaries 25: 1205-1209. Arinardi OH, Sutomo AB, Yusuf SA, Trimaningsih, Asnaryanti E, dan Riyono SH. 1997. Kisaran kelimpahan dan komposisi plankton predominan di perairan kawasan timur Indonesia. P2O-LIPI. Jakarta Asmus H, Asmus R. 1985. The importance of grazing food chain for energy flow and production in three intertidal sand bottom communities of the northern Wadden Sea. Helgolnder Meeresunters 39: 273-301. Azkab MH. 1994. Komunitas Padang Lamun pada Tiga Pulau dari Kepulauan Seribu dengan Kegiatan Manusia yang Berbeda. Makalah Penunjang pada Seminar Pemantauan Pencemaran Laut, 7-9 Februari 1994. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta Bach SS, Borum J, Fortes MD, Duarte CM. 1998. Species Composition and Plant Performance of Mixed Seagrass Beds along a Siltation Gradient of Cape Balinao, The Philippines. Mar Ecol Prog Series .174: 147-156. Baron C, Middelburg JJ, Duarte CM. 2006. Phytoplankton trapped within seagrass Posidonia oceanica sediments are a nitrogen source: An in situ isotope labeling experiment. Limnology and Oceanogrphy 514: 1648- 1653. Bengen DG, Eidman M, Boer M. 2001. Struktur komunitas ikan di Pantai Utara kabupaten Subang, Jawa Barat. Jurnal Pesisir dan Lautan 33. Borowitzka MA, Lethbrigde RC. 1989. Seagrass Epiphytes, pp. 458-499. In: Larkum, AWD, McComb AJ, Shepherd SA eds, Biology of Seagrasses: a Treatise on the Biology of Seagrasses with Special Reference to the Australian Region. Aquatic Plant Studies 2. Els Sc Pub B. V., Amsterdam Brower JE, Zar JH, Ende von CN. 1990. Field and laboratory methods for general ecology. Dubuque: WCB Publishers. Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.