Kecepatan arus secara tidak langsung memberi pengaruh pada nutrisi serapan oleh akar lamun. Transport oksigen ke akar secara aerobik dapat mengakibatkan
proses metabolisme sehingga terjadi peningkatan serapan hara. Dimana saat ini kecepatan lebih tinggi, nutrisi beberapa sedimen menumpuk dan tanaman
berkembang lebih besar Kenworthy 1981; Kenworthy et al, 1982; Short et al, 1985 dalam Fonseca and Kenworthy, 1987. Akar dan rimpang yang lebih besar
dalam pengembangan terbuka, daerah energi tinggi, dan peningkatan luas permukaan akar serap mungkin berarti lebih efisien dalam penggunaan nutrien
secara rendah. Selain itu, pertumbuhan lamun yang lebat memberikan perlindungan ke permukaan sedimen dengan mengarahkan kembali aliran dan re-
scaling turbulensi. Hal ini mendukung pengamatan bahwa pertumbuhan tanaman yang lebih besar dengan akar yang luas dan sistem rimpang akan menguntungkan
metabolisme. serapan hara dan produksi harus mempertimbangkan pengaruh dari ketersediaan hara baik di kolom air dan sedimen.
Kenworthy et al., 1982 dalam Kiswara dan Winardi 1999 menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam sedimen yang ditumbuhi lamun
mempunyai kadar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan sedimen yang tidak ditumbuhi lamun. Dengan tingginya bahan organik maka akan
mempengaruhi kelimpahan biota termasuk perifiton yang ber asosiasi pada lamun.
4.3. Struktur Komunitas Lamun 4.3.1. Komposisi spesies lamun
Vegetasi lamun yang ada di tiga lokasi penelitian termasuk dalam vegetasi homogen, yang terdiri dari satu spesies lamun dan vegetasi campuran mixed
vegetation, yang terdiri atas lebih dari satu spesies lamun. Komposisi lamun yang teridentifikasi pada ketiga lokasi, terbagi dalam dua famili yaitu Cymodoceaceae
dan Hydrocharitaceae, yang terdiri atas 4 spesies, yaitu Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Spesies E.
acoroides ditemukan di setiap stasiun penelitian, T.hemprichii ditemukan pada Stasiun II dan III, sedangkan C.rotundata dan H. ovalis hanya ditemukan pada
Stasiun II yang merupakan lokasi yang campuran. Komposisi jenis lamun pada tiap lokasi penelitian ditunjukkan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi jenis lamun menurut lokasi pengamatan Jenis lamun
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Enhalus acoroides ada ada ada
Thalassia hemprichii - ada
ada Cymodoceae rotundata
- ada - Halophila ovalis
- ada - Tipe vegetasi yang ditemukan pada ketiga lokasi penelitian sangat umum
ditemukan di perairan tropis termasuk Indonesia Kiswara 1994a dalam Erina 2006. Umumnya komposisi lamun yang terbentuk terdiri dari empat sampai tujuh
spesies, seperti Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, dan Enhalus
acoroides. Biasanya padang lamun tersebut didominasi oleh E.acoroides dan T. hemprichii Nienhuis et al. 1989.
Distribusi lamun tidak hanya merupakan hasil dari kemampuan mereka untuk berhasil menyebar ke berbagai jenis lingkungan, tetapi juga kemampuan
mereka untuk bertahan selama mereka hidup di perairan.
4.3.2 Kerapatan lamun
Kehadiran lamun di suatu lokasi sangat berkaitan dengan ruang dan tipe substrat dasar Hemminga dan Duarte, 2000. Jika tipe substrat cocok untuk
pertumbuhan lamun, maka populasi lamun dapat berkembang dengan baik. Kebanyakan spesies lamun sangat cocok dengan tipe substrat berpasir sampai
berlumpur, namun ada beberapa spesies yang mampu tumbuh di atas karang seperti Phyllospadix spp, Thalassodendron spp dan Posidonia aceanica Den
Hartog 1970 dalam Hemminga dan Duarte, 2000. Kerapatan lamun berbeda pada setiap stasiun. Kerapatan lamun ditentukan
oleh perbedaan jenis setiap lamun, perbedaan morfologi dan struktur komunitasnya serta faktor-faktor lingkungan tempat tumbuhnya kedalaman,
kecerahan, dan tipe substrat Kiswara, 1997. Kerapatan spesies lamun yang ada di setiap lokasi penelitian memiliki
kisaran nilai yang bervariasi, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8. Kerapatan tertinggi terdapat pada Stasiun II dimana lamun di lokasi ini merupakan padang
lamun dengan vegetasi campuran mixing seagrass beds, yang terdiri atas spesies
lamun seperti Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis. Kerapatan spesies tertinggi di stasiun ini adalah Thalassia
hemprichii 196 tegakan m¯². Hal ini diduga terkait dengan jenis substratnya Kiswara, 1992 T.hemprichii tumbuh baik di perairan dengan dasar pasir atau
puing karang mati dan dapat juga tumbuh pada dasar lumpur berpasir atau lumpur lembek.
Table 8. Kerapatan jenis lamun tegakan m¯² menurut lokasi penelitian Jenis lamun
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Enhalus acoroides 179 4 21
Thalassia hemprichii - 196 27
Cymodoceae rotundata - 15 -
Halophila ovalis - 6 -
Total 179 221
48 Kerapatan lamun tertinggi kedua terdapat pada Stasiun I, yang merupakan
padang lamun dengan vegetasi yang tunggal yaitu terdiri dari satu jenis lamun. Pada stasiun ini hanya ditumbuhi lamun jenis Enhalus acoroides. Lamun jenis ini
memiliki daun yang lebih tebal, lebar dan panjang, sehingga memiliki ruang fotosintesa yang lebih besar per individunya. Jenis ini memiliki panjang daun
hingga 1 meter. Karena itu apabila terjadi kekeruhan di pantai dimana penetrasi cahaya terganggu sehingga proses fotosintesis terhalang.
Bagi Enhalus acoroides keadaan tersebut tampaknya tidak terlalu bermasalah karena daunnya yang panjang hingga dapat mencapai dekat
permukaan air, sehingga proses fotosintesis tetap dapat berjalan. Karena lebih tahan terhadap kekeruhan dibandingkan dengan spesies yang lain. Sangaji 1994
menyatakan bahwa Enhalus acoroides dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit bercampur lumpur dan kadang-kadang terdapat dasar yang terdiri
dari campuran pecahan karang yang telah mati. Kemudian Bengen et al., 2001 juga menyatakan bahwa Enhalus accoroides merupakan lamun yang tumbuh pada
substrat berlumpur dari perairan keruh dan dapat membentuk jenis tunggal, atau mendominasi komunitas padang lamun.
Kerapatan lamun yang terkecil terdapat pada Stasiun III, yang merupakan padang lamun dengan vegetasi yang heterogen, terdiri dari dua jenis lamun, yaitu
Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii.
4.3.3 Penutupan jenis lamun
Penutupan menggambarkan tingkat penutupanpenanganan ruang oleh komunitas lamun, informasi mengenai penutupan sangat penting artinya untuk
mengetahui kondisi ekosistem secara keseluruhan serta sejauh mana komunitas lamun mampu memanfaatkan luasan yang ada . nilai kerapatan saja belum tentu
menggambarkan tingkat penutupan suatu jenis karena nilai penutupan selain dipengaruhi oleh kerapatan juga sangat erat kaitannya dengan tipe morfologi
jenisnya. Penutupan spesies lamun yang ada di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Penutupan jenis lamun menurut lokasi penelitian Jenis lamun
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Enhalus acoroides 85 2,56 41
Thalassia hemprichii - 52
51 Cymodoceae rotundata
- 2,96 - Halophila ovalis
- 1,80 - Total 85
59,32 92
Penutupan total komunitas lamun pada lokasi penelitian berkisar 59,32- 92. Penutupan tertinggi diperoleh pada Stasiun III 92, kemudian Stasiun I
85 dan terendah pada Stasiun I 59,32. Penutupan total lamun di Stasiun III adalah 92 dengan penutupan masing-
masing spesies berturut-turut adalah E. acoroides 41, T. hemprichii 51. Penutupan di stasiun ini relatif tinggi dibandingkan stasiun lainnya karena
didukung oleh substrat dasar yang sesuai untuk pertumbuhan lamun yakni pasir halus bercampur lumpur.
Stasiun I yang merupakan padang lamun vegetasi homogen memiliki penutupan total 85. Stasiun ini hanya ditumbuhi lamun E. acoroides yang
mampu hidup di substrat yang berlumpur dan tergenang air. Stasiun II yang merupakan padang lamun vegetasi heterogen, terdiri dari empat jenis lamun
adalah 59,32 yang terdiri dari E. acoroides 2,56, T. hemprichii 52, C. rotundata 2,96 dan H. ovalis 1,80. Berdasarkan nilai penutupan lamun yang
terendah dari stasiun yang lain, dapat dikatakan bahwa lokasi stasiun II yang didominasi substrat pecahan karang kurang sesuai dengan pertumbuhan lamun.
4.4 Struktur komunitas perifiton pada padang lamun 4.4.1 Komposisi perifiton
Komunitas perifiton sangat ditentukan oleh faktor intensitas cahaya matahari, suhu, arus, tipe substrat dan ketersediaan unsur hara. Suhu air cukup
merata di seluruh kolom air dan dari faktor intensitas cahaya matahari masih efektif untuk proses fotosintesis, hal ini ditandai dengan intensitas cahaya yang
masuk sampai ke dasar perairan. Setelah dilakukan pengamatan terhadap berbagai jenis lamun, ternyata
perifiton ditemukan di semua permukaan daun lamun dengan kepadatan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, komposisi jenis
perifiton pada masing-masing jenis lamun berbeda-beda. Diperoleh 6 enam kelas yang terdiri dari genus BacillariophyceaeDiatom 28 genus, Cyanophyceae
3 genus, Chlorophyceae 3 genus, Dinophyceae 3 genus, Protozoa 1 genus, Crustaceae 1 genus.
Secara keseluruhan dari 6 kelas perifiton yang terdapat pada daun lamun, kelas Bacillariophyceae mempunyai jumlah genera yang paling banyak ditemukan
dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini disebabkan sebagian besar dari spesies dari kelas Bacillariophyceae memiliki kemampuan hidup yang tinggi, bahkan
dalam keadaan yang buruk sekalipunspesies dari kelas ini dapat bertahan dengan cara memperbanyak lendir di permukaan tubuhnya Sachlan, 1972 dalam Sari,
2003. Selain itu banyaknya spesies dari kelas Bacillariophyceae yang ditemukan disebabkan perifiton dari kelas ini mempunyai alat berupa tangkai gelatin untuk
melekatkan dirinya pada substrat tertentu, ada yang bercabang pendek dan panjang. Dengan alat ini kelas Bacillarriophyceae mempunyai kemampuan
menahan arus yang relatif kuat Osborn, 1983 dalam Sari, 2003. Selain ditentukan oleh kondisi perairannya, komposisi perifiton juga sangat dipengaruhi
oleh tipe substrat tempat penempelannya karena berhubungan erat dengan kemampuan alat penempelnya Osborn, 1983 dalam Sari, 2003.
Menurut Harlin 1980, epifit yang terutama pada daun lamun adalah dari kelas Bacillariophyceae Diatom terutama genus Nitzschia dan Cocconeis.
Dilihat dari komposisi perifiton yang hampir sama pada berbagai jenis lamun,
menunjukkan bahwa daun dari berbagai jenis lamun mempunyai karakteristik yang sama sebagai substrat perifiton.
Komposisi perifiton pada daun lamun sangat dipengaruhi oleh morfologi, umur dan letak atau tempat hidup lamunnya. Lamun dengan tipe daun yang besar
seperti E. Acoroides akan lebih disukai daripada lamun yang mempunyai daun lebih kecil, karena lamun yang dengan morfologi daun yang lebih besar kuat
akan mempunyai kondisi substrat yang lebih stabil. Demikian juga dengan umur lamun, pada lamun yang lebih tua komposisi dan kepadatan perifiton akan
berbeda dengan pada lamun yang lebih muda karena proses penempelan dan penbentukan koloni perifiton memerlukan waktu yag lama.
4.4.2 Kepadatan perifiton a. Stasiun I Vegetasi tunggal
Kepadatan perifiton di stasiun I yang merupakan lokasi penelitian yang memiliki vegetasi homogen, terdiri dari satu jenis lamun, yaitu Enhalus acoroides
termasuk kepadatan yang paling rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya. Kepadatan perifiton di stasiun ini berkisar antara 6279-8468 ind cm¯² . Pada
stasiun ini ditemukan 3 kelas perifiton dan 20 genera perifiton, kelas Bacillariophyceae merupakan kelas perifiton yang mempunyai jumlah genera
paling banyak dan terlihat cukup dominan dibandingkan dengan kelas lainnya. Genera perifiton yang paling banyak ditemukan di stasiun ini adalah nitzschia dan
cocconeis. Jenis lamun yang terdapat di stasiun ini hanya Enhalus acoroides yang
memiliki morfologi daun yang panjang, berbentuk tali atau pita yang sering membentuk kanopi atas sehingga menghambat penetrasi cahaya matahari ke
dalam kolom air dan terhadap perifiton yang berada di dalam naungannya sehingga perkembangan perifiton alga yang memerlukan cahaya untuk
kepentingan fotosintesis menjadi terhambat. Kondisi perairan di stasiun ini dangkal, selalu tergenang air dan berhadapan dengan pulau atau daratan semi
tertutup.