motivasi dasar perusahaan Jaya, 2001. Penggunaan PCM sebagai variabel kinerja suatu industri pertama kali oleh Collins dan Presto 1968-1969. Selain
PCM, pengukuran kinerja juga dapat digunakan dengan metode-metode lain, seperti rasio dari kelebihan profit terhadap penjualan, tingkat pengembalian dari
asset atau modal dan yang terakhir yaitu dengan mengukur nilai pasar dari surat- surat berharga perusahaan.
2.3. Hubungan Struktur dan Faktor-faktor lain yang Mempengaruhi
Kinerja Keterkaitan antar struktur, perilaku dan kinerja yang saling berinteraksi
mempengaruhi proses alokasi hasil produksi kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja ini bukan hanya sekedar
bersifat searah, tetapi juga dapat berhubungan timbal balik. Pertama, struktur mempengaruhi perilaku, semakin rendah konsentrasi maka akan semakin tinggi
tingkat persaingan di pasar. Kedua, perilaku mempengaruhi kinerja, semakin tinggi tingkat persaingan maka akan semakin rendah market power atau semakin
rendah keuntungan perusahaan. Ketiga, struktur mempengaruhi kinerja, semakin rendah tingkat konsentrasi pasar maka akan semakin tinggi tingkat persaingan,
dan market power pun semakin rendah. Hubungan antara struktur pasar dan kinerja industri dapat dijelaskan
dengan tiga macam hipotesis. Pertama, traditional hypothesis yang menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positif antara konsentrasi industri dengan
profitabilitas. Kedua, efficient structure hypothesis yang menyatakan bahwa konsentrasi industri tidak terjadi secara acak, melainkan lebih merupakan hasil
dari efisiensi perusahaan. Ketiga, product differentiation yang menyebutkan
bahwa besarnya pangsa pasar disebabkan oleh adanya diferensiasi produk Sunengsih, 2009.
2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Agustina 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Struktur- Perilaku-Kinerja Industri Pakan Ternak Indonesia
” periode 1981 sampai 2005 menyimpulkan bahwa struktur pasar industri pakan ternak di Indonesia
merupakan oligopoli longgar yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai rasio konsentrasi pasar sebesar 41,33 persen. Selain itu, nilai rata-rata Minimum
Efficiency Scale didapatkan sebesar 16,61 persen, berarti hambatan masuk pasar
termasuk tinggi. Kinerja menggunakan ukuran PCM dengan rata-rata sebesar 19,56 persen dan X-Eff sebesar 30,88 persen. Hal ini mencerminkan perusahaan
pakan ternak belum dikelola dengan baik. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan pada industri pakan ternak Indonesia adalah
konsentrasi rasio CR
4
, hambatan masuk MES, pertumbuhan produksi Growth dan efisiensi Xeff.
Perbedaanya dengan penelitian ini yaitu menggunakan data time series tahunan dari tahun 1984 sampai 2008. Dalam mengukur kinerja digunakan PCM,
X-eff, dan Growth. Selain itu, variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PCM industri pakan ternak di
Indonesia selain konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar CR
4
, pertumbuhan nilai output Growth, efisiensi X-eff, dan hambatan masuk MES, ditambahkan
juga variabel nilai impor bahan baku IM.
Sunengsih 2009 dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Struktur,
Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia” tahun 1980 sampai
2005 menyatakan bahwa struktur pasarnya adalah oligopoli sedang dengan nilai rata-rata konsentrasi empat perusahaan terbesar sebesar 44,08 persen. Selain itu,
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PCM yang berpengaruh signifikan yaitu X-eff dan usaha, sedangkan variabel nilai CR
4
dan Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap PCM.
Winsih 2007 dalam penelitiannya yang berjud ul ”Analisis Struktur,
Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia” menyimpulkan bahwa
industri manufaktur Indonesia mempunyai struktur pasar oligopoli yang tingkatannya bervariasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di Indonesia yaitu dengan pendekatan panel data, hasilnya menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh
besar terhadap PCM yaitu produktifitas dan effisiensi-X, sementara CR
4
, Growth, ekspor dan impor tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.
Widyastuti 2006 dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Structure-
Conduct-Performance Industri Komponen Sepeda Motor di Indonesia”
menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh positif secara siginifikan terhadap PCM adalah CR
4
, pertumbuhan nilai produksi yang mewakili kondisi permintaan pasar GRS, XEFF dan nilai ekspor LX. Sedangkan nilai
produktifitas PROD signifikan pada taraf nyata 10 persen namun berpengaruh negatif terhadap PCM diduga karena adanya kenaikan upah tenaga kerja yang
mengurangi keuntungan perusahaan. Selain itu, nilai impor LM tidak mempengaruhi PCM secara signifikan.
2.5. Kerangka Pemikiran