Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas

3.3.5. Uji Multikolinearitas

Asumsi ini menyatakan bahwa adanya korelasi yang kuat pada sesama variabel bebas. Jika ada hubungan linier antara dua atau lebih variabel bebas maka dikatakan terjadi multikolinearitas, dan itu merupakan penyimpangan asumsi. Tingkat multikolinearitas dianalisis menggunakan matriks korelasi dengan melihat nilai antar variabel independennya. Jika nilai antar variabel independennya lebih besar dari │0,8│ maka terjadi masalah multikolinearitas, namun menurut uji Klien jika nilai antar variabel independennya lebih besar dari │0,8│ maka masalah multikolinearitas dapat diabaikan selama nilai korelasi antar variabel bebasnya tidak melebihi nilai Adjusted R-squared. Selain itu, dapat pula dilihat melalui besarnya nilai VIF Variance Inflation Factor. Jika nilai VIF sangat besar mendekati sepuluh maka terjadi hubungan linier antar variabel multikoliniearitas. Rumus dari VIF yaitu: VIF = j = 1,2,...,k dimana, VIF = Variance Inflation Factor R j 2 = Koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j

3.3.6. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Uji ini digunakan untuk menguji apakah hasil estimasi model tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance term. Untuk 1 1- R j 2 mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan uji Durbin Watson DW atau melalui hipotesis: H : ρ = 0 H 1 : ρ ≠ 0 Kriteria uji: Probability ObsR-Squared α, maka tolak H yang artinya terjadi autokorelasi positif ataupun negatif dalam model. Probability ObsR-Squared α, maka terima H yang artinya tidak ada autokorelasi.

3.3.7. Uji Heteroskedastisitas

Jika adanya gejala heteroskedastisitas dalam model, maka model tersebut tidak memenuhi kriteria yang baik. Kriteria model yang baik harus memenuhi kriteria homoskedastisitas atau memenuhi ragam error yang sama nilai-nilai pada variabel dependen bervariasi dalam satuan yang sama, baik untuk nilai variabel independen tinggi atau rendah. Untuk mengetahui adanya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan uji White Heteroskedastisitas yang ditunjukkan oleh Probability ObsR-Squared. Hipotesis: H : μ = 0 H 1 : μ ≠ 0 Kriteria uji: Probability ObsR-Squared α, maka terima H yang artinya tidak ada heteroskedastisitas homoskedastisitas terpenuhi, begitu juga sebaliknya.

IV. GAMBARAN UMUM

Perkembangan dan Tinjauan Penerapan Kebijakan Industri Ternak Pada tahun 1972, budi daya ternak komersil mulai beroperasi. Pada saat itu, budi daya ternak dianggap sebagai awal berdirinya usaha ternak terutama ternak unggas. Budi daya ternak itu sendiri mempengaruhi perkembangan industri pakan ternak, walaupun dalam hal memasarkan hasil produksi pakan pada masa itu masih terbatas. Namun, untuk tahun selanjutnya budi daya ternak ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, karena karakteristik pasar dari industri peternakan bersifat turunan dari kebutuhan pokok masyarakat, sehingga industri pakan ternak memiliki peran yang semakin kuat. Dalam perkembangannya tersebut, industri pakan ternak mengalami hambatan baik secara mikro maupun makro. Diantaranya, ketergantungan bahan baku impor, ketersediaan bahan baku domestik dalam jumlah maupun kontinuitasnya, wabah flu burung, pinjaman modal serta kenaikan harga BBM disetiap tahunnya. Pada tahun 1967 dikeluarkan UU Peternakan 1967 mengenai kebijaksanaan pemerintah tentang pengembangan industri ternak, dimana pertenakan merupakan usaha rakyat, usaha komersil tidak diperkenankan masuk, tujuannya agar dapat meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan peternak skala kecil. Setelah itu, pada tahun 1970-an pemerintah memberikan izin adanya Penanaman Modal Asing PMA terhadap pengembangan pembibitan ayam ras dari negara Jepang dan Amerika, tetapi hal tersebut justru membuat usaha ternak skala besar semakin berperan. Pada tahun 1980, kebijakan tersebut diikuti dengan