pakan ternak di Indonesia yang dipengaruhi adanya ketentuan standar syarat mutu produk.
5.2. Analisis Perilaku Industri Pakan Ternak di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis di atas, telah dijelaskan bahwa struktur pasar industri pakan ternak di Indonesia bersifat oligopoli longgar. Struktur pasar ini
dapat membuat perilaku setiap perusahaan sulit diperkirakan, sehingga oligopoli dikaitkan dengan strategi. Strategi yang dilakukan industri pakan ternak yaitu dari
strategi harga, produk, promosi, distribusi sampai pada strategi bisnis.
5.2.1. Strategi Harga
Industri pakan ternak di Indonesia telah diketahui memiliki masalah dalam hal penyediaan bahan baku pakan domestik terutama jagung sebagai bahan baku
utama pakan unggas. Hal ini mengakibatkan produsen pakan ternak masih banyak yang mengandalkan bahan baku pakan impor. Selain itu, diketahui bahwa harga
bahan baku pakan terutama jagung mengikuti harga pasar internasional serta pemerintah telah menetapkan tarif impor sebesar 5 persen, sehingga biaya
produksi yang perlu dikeluarkan produsen pakan semakin meningkat yang berdampak pada meningkatnya harga jual pakan. Oleh karena itu, strategi harga
yang ditetapkan oleh produsen pakan ternak di Indonesia tidak sepenuhnya berdasarkan keseimbangan permintaan dan penawaran pasar, melainkan
berdasarkan harga bahan baku pakan dan biaya-biaya input lainnya, sehingga menghasilkan sejumlah harga pakan yang beragam.
5.2.2. Strategi Produk
Pada umumnya, suatu industri perlu melakukan strategi dalam hal menghasilkan produk yang berkualitas agar dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk menghadapi persaingan diantara produsen pakan yang semakin ketat. Strategi produk yang dilakukan yaitu dengan
menghasilkan produk pakan yang bermutu sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI. Namun, sampai saat ini perusahaan yang dapat mempertahankan
kualitas produknya dengan sejumlah merk yang beragam masih didominasi oleh produsen besar seperti Charoen Pokphand dan Japfa Comfeed, sehingga banyak
produsen kecil menutup usahanya yang tidak hanya diakibatkan oleh hasil produk yang kalah bersaing, tetapi juga karena kurangnya modal dan input yang tersedia.
Contohnya, menurut Yusdja, et. al. 2004 yaitu peternakan rakyat khususnya yang tidak terintegrasi atau peternak rakyat mandiri, karena mereka membiayai
usahanya sendiri tanpa ada bantuan dan kerjasama dengan pihak lain serta lemahnya dalam melaksanakan biosekuriti agak lamban merespon dan
melakukan antisipasi khususnya masalah flu burung dan kurangnya manajemen peternakan secara baik.
5.2.3. Strategi Promosi