Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Pakan Ternak di Indonesia

diabaikan karena tidak berpengaruh terhadap pendugaan koefisien, dimana koefisien tetap tidak bias dan konsisten. Selain itu, pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear antara dua atau lebih variabel bebas multikolinearitas. Pada penelitian ini, uji multikolinearitas di analisis menggunakan matriks korelasi dengan melihat nilai antar variabel independennya. Ternyata nilai antar variabel independennya lebih kecil dari │0,8│ yang berarti model tidak mengalami masalah multikolinearitas Lampiran 8. Pengujian autokorelasi pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test , dimana nilai Probability ObsR- Squared yang dihasilkan sebesar 0,1030. Nilai tersebut ternyata lebih besar dari taraf nyata 10 persen, sehingga model yang dirumuskan tidak terjadi gejala autokorelasi Lampiran 9. Sementara yang terakhir adalah pengujian heteroskedastisitas, pengujian ini dilakukan menggunakan Breusch-Pagan-Godfrey dengan melihat nilai-p. Hasil uji yang dilakukan diketahui bahwa nilai Probability ObsR-Squared lebih besar dari taraf nyata 10 persen yaitu 0,6733. Artinya model yang dirumuskan pada penelitian ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, melainkan asumsi homoskedastisitas terpenuhi Lampiran 10. Kesimpulannya bahwa model penelitian ini dapat memenuhi kriteria yang baik.

5.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Pakan Ternak di Indonesia

Berdasarkan hasil regresi model pada Tabel 5.3. menunjukkan bahwa variabel X-eff, Growth, MES, IM dan AR1 berpengaruh positif, sedangkan CR 4 berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan PCM industri pakan ternak. Namun, telah dijelaskan bahwa variabel IM tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan keuntungan pada industri pakan ternak. Selain itu, adanya variabel AR1 pada model penelitian ini digunakan untuk mengatasi adanya autokorelasi. Untuk itu, didapatkan model PCM yang dirumuskan ke dalam persamaan regresi sebagai berikut: PCM = 7,481082 – 0,574927CR 4 + 0,529934X-eff + 0,045963Growth + 0,551553MES + 0,401673IM + 0,582676AR1 Variabel CR 4 berpengaruh negatif terhadap PCM sebesar 0,574927 yang artinya peningkatan CR 4 sebesar 1 persen akan menurunkan PCM industri pakan ternak sebesar 0,574927 persen, dimana variabel lain dianggap tetap cateris paribus . Hubungan PCM dengan CR 4 pada penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal. Ketidaksesuaian ini diduga terjadi karena harga jual pakan yang semakin meningkat, namun permintaan pakan terus meningkat yang mengakibatkan semakin meningkatknya keuntungan industri pakan ternak, sehingga hal ini akan mengundang perusahaan baru untuk masuk ke dalam pasar untuk memenuhi tingginya permintaan konsumen. Oleh karena itu, pangsa pasar empat perusahaan terbesar direbut oleh perusahaan lain yang mengakibatkan konsentrasi pasar empat perusahaan terbesar semakin menurun akibat bertambahnya jumlah perusahaan yang relatif cukup besar dan diperkuat dengan impor bahan baku yang semakin meningkat, sehingga keuntungan industri pakan ternak mengalami peningkatan yang diperkuat dengan adanya perusahaan- perusahaan yang ada pada industri pakan ternak merupakan perusahaan- perusahaan besar sekaligus mempunyai daya saing yang tinggi. Hal ini memperjelas bahwa hubungan PCM dan CR 4 negatif. Variabel X-eff berpengaruh positif terhadap PCM sebesar 0,529934 yang berarti peningkatan X-eff sebesar 1 persen akan meningkatkan PCM sebesar 0,529934 persen, dimana variabel lain dianggap tetap cateris paribus. Hubungan antara PCM dan X-eff dalam penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal, dimana efisiensi akan meningkatkan keuntungan industri pakan ternak di Indonesia. Semakin efisien suatu perusahaan maka memungkinkan perusahaan tersebut untuk memproduksi produk dengan sumber daya yang lebih sedikit atau sama, karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka panjang akan lebih murah. Variabel Growth mempunyai hubungan positif dengan PCM sebesar 0,045963 yang artinya peningkatan Growth sebesar 1 persen akan turut meningkatkan PCM sebesar 0,045963 persen, dimana variabel lain dianggap tetap Hipotesis CR 4 memiliki pengaruh positif terhadap PCM.  Semakin rendah CR 4 maka semakin kecil PCM. Akibat dari bertambahnya jumlah perusahaan, sehingga keuntungan akan berkurang karena semakin banyak perusahaan yang ikut menikmati. Hasil Analisis CR 4 memiliki pengaruh negatif terhadap PCM.  Semakin rendah CR 4 maka semakin besar PCM. Akibat dari bertambahnya jumlah perusahaan yang relatif cukup besar sehingga keuntungan disini justru bertambah karena perusahaan yang ada pada industri pakan ternak merupakan perusahaan-perusahaan yang besar dan mempunyai daya saing yang tinggi. Gambar 4.3. Pengaruh CR 4 terhadap PCM cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal, bahwa peningkatan Growth yang merupakan pertumbuhan nilai output akan meningkatkan keuntungan industri pakan ternak di Indonesia. Variabel MES merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap PCM dibandingkan variabel lainnya yaitu sebesar 0,551553. Hubunganya tersebut berpengaruh positif yang berarti peningkatan MES sebesar 1 persen akan turut meningkatkan PCM sebesar 0,551553 persen, dimana variabel lain dianggap tetap cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa peningkatan MES dapat meningkatkan nilai PCM industri pakan ternak di Indonesia. Sementara, variabel nilai impor bahan baku IM tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan PCM industri pakan ternak Indonesia. Hal ini terjadi karena tingginya ketergantungan terhadap barang impor terutama bahan baku pakan, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan biaya produksi yang berdampak pada meningkatnya harga jual pakan. Semakin meningkatnya jumlah impor maka akan semakin meningkatkan persaingan industri lokal, sehingga keuntungan yang diperoleh akan semakin menurun.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada industri pakan ternak di Indonesia dari tahun 1984 sampai tahun 2008 maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Industri pakan ternak di Indonesia mempunyai struktur pasar yang bersifat oligopoli longgar, dimana rata-rata konsentrasi empat perusahaan terbesar CR 4 yang dihasilkan sebesar 38,33 persen. Selain itu, hambatan masuk pasar MES yang dihasilkan termasuk tinggi sebesar 14,23 persen. 2. Perilaku pasar dari industri pakan ternak di Indonesia dilihat dari strategi harga, produk, promosi, distribusi, dan bisnis. Penetapan harga tergantung pada harga bahan baku pakan. Untuk produk dilakukan peningkatan mutu produk sesuai SNI. Strategi promosi dilakukan melalui iklan dalam majalah maupun internet. Selain itu, dilakukan strategi bisnis melalui integrasi bisnis dan kemitraan yang dapat meningkatkan efisiensi usaha. 3. Kinerja industri pakan ternak di Indonesia dilihat dari faktor tingkat keuntungan PCM, efisiensi internal X-eff dan pertumbuhan nilai output Growth. Dari hasil penelitian, rata-rata PCM yang dihasilkan masih rendah yaitu sebesar 20,43 persen. Hal tersebut disebabkan adanya peningkatan biaya input yang digunakan untuk proses produksi terutama bahan baku pakan. Selain itu, rata-rata X-eff pun masih rendah yaitu sebesar 31,96 persen, yang artinya kemampuan industri pakan ternak untuk meminimumkan jumlah biaya input untuk produksi belum dapat