parameter ini dapat dianalisis dengan menggunakan GIS dan citra satelit sehingga menghasilkan peta tematik untuk setiap variabel. Setelah itu setiap peta tematik
diberi nilai kesesuaian berdasarkan asumsi yang dipakai. Penyebaran kodok merah bergantung pada variabel-variabel di atas. Untuk
itu dibutuhkan beberapa asumsi yang tepat untuk mendapatkan model kesesuaian habitat yang tepat pula. Berikut ini adalah beberapa asumsi yang dipakai untuk
pemodelan spasial habitat kodok merah :
1. Penutupan tajuk
Katak membutuhkan penutupan tajuk yang rapat untuk melindungi tubuhnya dari kekeringan. Katak bersembunyi di daerah yang gelap seperti di
bawah rimbunan daun, di lubang-lubang pohon dan sebagainya yang tidak tersentuh sinar matahari. Penutupan tajuk berhubungan langsung dengan suhu
dan kelembaban relatif. Hutan dengan penutupan tajuk yang tinggi dapat menyediakan iklim mikro yang lebih dingin karena menyediakan naungan dan
mencegah penguapan yang berlebihan Casey 2001. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin rapat tajuk hutan maka tingkat kesesuaian semakin
tinggi. Kerapatan tajuk dapat diketahui dengan pendekatan LAI Leaf Area Index. LAI adalah suatu area penutupan daun tiap unit area permukaan tanah Watson
1947. Menurut Breda 2003 LAI berhubungan dengan iklim mikro tajuk yang menderteminasikan dan mengontrol intersepsi air dari tajuk, penutupan radiasi
matahari, pertukaran gas karbon serta merupakan suatu komponen kunci dari perputaran biogeokimia dalam ekosistem. Semakin besar nilai LAI maka
kerapatan tajuk juga akan semakin besar sehingga radiasi matahari ke bawah tajuk semakin kecil dan kelembaban di bawah tajuk akan semakin meningkat. Untuk
menganalisis kerapatan tajuk dibutuhkan peta LAI Leaf Area Index yang diperoleh dari hasil olahan peta Citra Landsat TNGGP.
2. Ketinggian dan kemiringan lereng
Ketinggian tempat elevasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Penelitian yang dilakukan pada tahun
1984, kodok merah ditemukan di Sukabumi yaitu pada ketinggian 703-814 m dpl. Kusrini et al. 2007 menyebutkan bahwa jenis kodok merah ditemukan di Rawa
Denok 1699-1795 m dpl dan di Curug Cibeureum 1685 mdpl. Menurut Kusrini et al. 2007. Laporan dari MZB tahun 1964 jenis kodok ini juga
ditemukan di Lebak Saat 2250-2500 m dpl. Ketinggian juga berdampak pada kemiringan lereng, sehingga semakin besar ketinggian maka kemiringan lereng
juga akan semakin tinggi. Untuk ketinggian pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan temuan-temukan kodok merah pada waktu lampau. Pembagian kelas
ketinggian dibagi sebagai berikut : Ketinggian 500-1000 m dpl
: kesesuaian rendah Ketinggian 2000-3000 m dpl : kesesuaian sedang
Ketinggian 1000-2000 m dpl : kesesuaian tinggi. Asumsi yang digunakan dalam pembagian kelas lereng berdasarkan pada
data penyebaran kodok merah di TNGGP. Asumsi yang digunakan dalam membangun model adalah:
Kemiringan ≥ 32 °
: kesesuaian rendah Kemiringan
23 ≥ - 32 ° : kesesuaian sedang
Kemiringan 0 ≥ - 23 °
: kesesuaian tinggi.
3. Jarak dari sumber airsungai