Analisis Data Tingkat kesesuaian dan freferensi habitat Leptophryne cruentata, Tschudi 1838 di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

I. Analisis Data

1. Principal Component Analysis PCA Berdasarkan pada letak titik perjumpaan dengan kodok merah pada masing- masing peta tematik, maka dilakukan tabulasi data habitat ketinggian, kemiringan lereng, suhu, jarak dari tepi sungai terdekat dan kerapatan tajuk di setiap perjumpaan dengan kodok merah. Selanjutnya dari data tersebut dilakukan PCA untuk mengetahui bobot dari masing-masing variabel habitat sehingga dapat diketahui variabel habitat mana yang paling berpengaruh pada penyebaran kodok merah jenis ini. Tahapan pengolahan PCA sebagai berikut : a. Mengubah data format Excell menjadi format SPSS sehingga diperoleh data setiap titik dan kelima variabel habitat menjadi format spss. b. Mentranspose data tersebut dengan Log 10 sehingga data tersebut proporsional satu sama lain. c. Menganalisis data hasil Log 10 sehingga menghasilkan nilai PCA yang diharapkan. Hasil dari analisis PCA digunakan untuk menentukan bobot masing-masing variabel habitat yang diteliti untuk analisis spasial, sehingga menghasilkan persamaan seperti berikut : Y = aFK1+bFK2+cFK3+dFK4+eFK5 Keterangan : a-e = Nilai bobot setiap variabel, FK1 = Faktor kerapatan tajukLAI, FK2 = Faktor ketinggian, FK3 = Faktor kemiringan lereng, FK4 = Faktor suhu, FK5 = Faktor jarak dari sungai. 2. Analisis spasial Analisis spasial menggunakan sistem informasi geografis berdasarkan metode tumpang tindih overlay, pengkelasan class, pembobotan weighting, dan pengharkatan scoring. Komponen lingkungan yang digunakan dalam analisis kesesuaian ini difokuskan pada faktor-faktor yang menentukan kualitas habitat kodok merah, yaitu kerapatan tajuk, ketinggian, kemiringan lereng, suhu dan jarak dari sungai. Pemberian bobotperingkat didasarkan atas nilai kepentingan atau nilai kesesuaian bagi habitat kodok merah. Pemberian nilai bobot terdiri dari 3 nilai bobot, dimana nilai tertinggi menunjukan faktor yang paling berpengaruh dan nilai terendah menunjukan faktor yang kurang berpengaruh. Pemberian peringkat kelas terdiri dari 3 kelas yaitu: 1 rendah, 2 sedang dan 3 tinggi. Model matimatika yang digunakan adalah : a. Nilai skor klasifikasi kesesuaian habitat kodok merah SKOR = Σ Wi x Fki Wi = Bobot untuk setiap parameter Fki = Faktor kelas setiap variabel SKOR = Nilai kesesuaian habitat. b. Nilai selang skor klasifikasi kesesuaian habitat ditentukan berdasarkan sebaran nilai pixel dalam peta kesesuaian habitat. Nilai selang tersebut diperoleh dari informasi piksel Picture Element pada peta model kesesuaian habitat yang telah dibuat. Nilai selang piksel disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Piksel info model kesesuaian kodok merah Piksel info Min Max Mean Median Mode Std.deviasi 3. Validasi Data Validasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap model yang dibangun. Validasi model dapat dilakukan dengan mudah jika kita memiliki dua gugus data yang sama, yaitu dengan melakukan penyusunan dan pendugaan model pada gugus pertama kemudian memeriksa ketepatannya pada gugus data yang lainnya Aunuddin 1988. Pemilihan lokasi untuk validasi model dipilih sesuai dengan klasifikasi model kesesuaian habitat yang telah dibuat. Tiap kelas kesesuaian habitat diambil satu lokasi sampel untuk validasi. Lokasi atau titik untuk validasi adalah beberapa lokasi penyebaran kodok merah dan beberapa lokasi yang bukan lokasi penyebarannya. Berikut adalah cara perhitungan validasi klasifikasi habitat kodok merah : Validasi = nN x 100 n = Jumlah titik pertemuan kodok merah pada satu kelas kesesuaian N = Jumlah total pertemuan kodok merah hasil survey Validasi = Persentase kepercayaan terhadap model yang dibangun. Titik yang digunakan untuk membangun model adalah sebanyak 97 titik pertemuan kodok merah. Titik yang digunakan untuk validasi sebanyak 20 titik yang terdiri dari titik pertemuan kodok merah dan titik tidak ditemukannya kodok merah. 4. Preferensi Habitat Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi kehadiran kodok merah dengan tipe habitat digunakan pendekatan uji Chi-square dengan persamaan Johnson Bhattacharyya 1992 sebagai berikut ; E E O hit X 2 2 Keterangan: O = frekuensi pengamatan E = frekuensi harapan Hipotesis yang dibangun adalah: H o = semua habitat digunakan dalam proporsi ketersediaannya tidak ada seleksi H 1 = tidak semua habitat digunakan dalam proporsi ketersediaannya ada seleksi. Keputusan yang diambil sebagai berikut : 1 Jika X 2 hit X 2 0.05,k-1 , maka tolak H o artinya terdapat pemilihanseleksi habitat 2. Jika X 2 hit ≤ X 2 0.05,k-1 , maka terima H o artinya tidak terdapat pemilihanseleksi habitat. 5. Faktor Dominan Komponen Habitat Penentuan faktor dominan penggunaan habitat terpilih oleh kodok merah akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis faktor yang diolah dengan bantuan software SPSS 16. Berdasarkan pada letak titik perjumpaan dengan kodok merah, maka dilakukan tabulasi data habitat ketinggian tempat, subsrat, suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan arus sungai, lebar sungai, jarak dari permukaan tanahair, jarak dari jalur manusia, keberadaan lubang dan jarak dari sumber airsungai di setiap perjumpaan dengan kodok merah. Untuk memperjelas perbedaan antara variabel jarak dari sumber air dan jarak dari jalur manusiapatroli dilakukan uji beda dengan analisis Kruskal Wallis untuk mengetahui variabel habitat mana yang paling berpengaruh pada penyebaran kodok merah jenis ini. 5. Logistic Regression Analisis Logistic Regression dilakukan berdasarkan pada perbandingan jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada lokasi ditemukannya kodok merah dan lokasi yang diduga tidak ada ditemukannya kodok merah. Rumus yang digunakan untuk menggambarkan fungsi regresi logistik LR = Logistic Regression sebagai berikut : P adalah peluang, X ji adalah variabelpeubah bebas covariate, i adalah pixel, adalah konstanta dan adalah koefisien hasil pengukuran dan k adalah jumlah variabel.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN