Rawa Gayonggong berkisar 0,17-0,20 mdt, sungai ini termasuk berarus lambat. Lebar sungai pada lokasi penelitian berkisar 1,0-8,7 m. Rawa Gayonggong
memiliki sungai tersempit dengan kisaran 1-1,5 m yang berada di bawah jembatan menuju Curug Cibeureum. Kodok merah hampir selalu dijumpai di
permukaan tanah, walaupun pernah ditemukan di atas permukaan batu dengan ketinggian dari permukaan dasar sungai mencapai 2,9 meter. Dua lokasi tempat
ditemukannya kodok merah Rawa Gayonggong dan Curug Cibereum sangat dekat dengan aktifitas manusia, sementara di Rawa Denok jarak lokasi sangat jauh
dari aktivitas manusia mencapai 300 m dari jalan patrolijalur manusia. Jenis subsrat dianalisis dengan menggunakan uji beda chi-square untuk
melihat seberapa besar perbedaan subsrat antara lokasi ditemukannya kodok merah dengan lokasi tidak ditemukannya kodok merah Tabel 16 . Hasil uji beda
chi-square pada tabel di atas menunjukan adanya perbedaan nyata subsrat antara lokasi adatidak dijumpai kodok merah p 0,05.
Tabel 16 Uji beda chi-square antara substrat dengan adatidak ditemukannya kodok merah
Adatidak ada kodok merah
Subsrat Chi-Square
12,600 64,686
Df 1
2 Asymp sig
000 000
b. Komponen Biotik
Hasil pengamatan dan identifikasi jenis vegetasi pada masing-masing lokasi penelitian sebagai berikut :
1. Rawa Denok Dari 40 kuadrat plot di lokasi penelitian ini ternyata jenis Famili
Hepaticopsida lumut menempati 28 lokasi kuadrat plot, diikuti oleh jenis Bryopsida lumut yaitu 23 lokasi kuadrat plot. Jenis yang paling sedikit
menempati kuadrat plot tersebut adalah Ficus recurva, Acer laurinum, dan Coniogrammae sp, masing-masing hanya menempati satu kuadrat plot saja. Jenis
dan frekuensi vegetasi yang terdapat pada lokasi Rawa Denok dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19 Jenis dan frekuensi vegetasi di Rawa Denok
2. Rawa Gayonggong Jumlah kuadrat plot di Rawa Gayonggong adalah paling sedikit yaitu
hanya 10 kuadrat plot. Jenis vegetasi yang frekuensi terbanyak di Rawa Gayonggong adalah jenis Bryopsida lumut, Hepaticopsida lumut dan Marumia
muscosa masing-masing menempati keseluruhan kuadrat plot. Jenis vegetasi yang frekuensinya paling sedikit adalah jenis pisang-pisangan Musa sp. Jenis dan
frekuensi vegetasi yang terdapat pada lokasi Rawa Gayonggong dapat dilihat pada Gambar 20.
5 10
15 20
25 30
Hepaticopsida Bryopsida
Elatostem m a sp Strobilanthus sp
Begonia sp Im patiens platypetala
Cyrtandra picta Selaginella sp
Cyathea sp Diplazium sp
Eupatorium pallescens Asplenium sp
Medinilla hasseltii Prochris laevigata
Argostem m a m ontanum Bryonopsis laciniosa
Ficus sp Frecynetia sp
Pilea trinervia Eupatorium riparium
Pandanus sp Pilea sp
Cyperus sp Diplazium repandum
Peperom ia pellucida Schefflera arom atica
Curculigo recurvata Piper aduncum
Ficus recurva Acer laurinum
Coniogram m ae sp
Je ni
s
Frekuensi
2 4
6 8
10 12
Bryopsida Hepaticopsida
Marum ia m uscosa Diplazium sp
Prochris laevigata Eupatorium riparium
Peperom ia pellucida Musa sp
Je ni
s
Fre kue ns i
Gambar 20 Jenis dan frekuensi vegetasi di Rawa Gayonggong 3. Curug Cibeureum
Jenis vegetasi yang menempati kuadrat plot terbanyak di Curug Cibeureum adalah jenis Selaginella sp, sedangkan jenis yang paling sedikit
menempati kuadrat plot dilokasi penelitian ini adalah jenis Pilea trinervia, Pilea sp dan jenis Marumia muscosa. Jenis dan frekuensi vegetasi yang terdapat pada
lokasi penelitian Curug Cibeureum dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21 Jenis dan frekuensi vegetasi di Curug Cibeureum 4. Lebak Saat
Jumlah kuadrat plot di Lebak Saat adalah 14 kuadrat plot. Pada lokasi ini tidak ditemukan kodok merah, jenis vegetasi terbanyak di lokasi ini adalah
Impatiens platipetala. Jenis dan frekuensi vegetasi pada lokasi ini dapat dilihat pada Gambar 22.
5 1 0
1 5 2 0
2 5 3 0
3 5 4 0
S ela g in ella sp Hep a tico p sid a
Bryo p sid a Cya th ea sp
Ela to stem m a sp Pro ch ris la evig a ta
Im p a tien s p la typ eta la Eu p a to riu m rip a riu m
Pep ero m ia p ellu cid a Dip la ziu m sp
Eu p a to riu m p a llescen s Ma ru m ia m u sco sa
Pilea sp Pilea trin ervia
Je nis
Frek uens i
Gambar 22 Jenis dan frekuensi vegetasi di Lebak Saat
5. Bedogol Jumlah kuadrat plot di Bedogol adalah 30 kuadrat plot. Di lokasi ini tidak
ditemukan kodok merah. Jenis vegetasi terbanyak di lokasi ini adalah Selaginella sp. Jenis vegetasi yang hanya menempati satu kuadrat plot adalah Begonia sp,
calocasia esculenta, Cyrtandra picta, Drynarian sp, Ficus sp, Laportea stimulans, Perstrophe hysopyfolia. Jenis dan frekuensi vegetasi di lokasi ini dapat dilihat
pada Gambar 23.
5 10
15 20
Selaginella sp Diplazium sp
Elatostem m a sp Im patiens platypetala
Piper aduncum Schism atoglotis sp
Marum ia m uscosa Pilea trinervia
Eupatorium pallescens Hepaticopsida
Bam busa sp Cyathea sp
Prochris laevigata Begonia sp
Coffea sp Diplazium esculentum
Medinilla hasseltii Am om um coccineum
Asplenium sp Bryopsida
Caliiandra sp Crocus sp
Cyrtandra picta Cyrtandra reticosa
Dicksonia blum ei Ficus recurva
Acer laurinum Colocasia esculenta
Curculigo recurvata Drynariansp
Ficus sp Laportea stim ulans
Peristrophe hysopyfolia Pilea sp
Strobilanthus sp
Je ni
s
Jumlah ind
Gambar 23 Jenis dan frekuensi vegetasi di Bedogol
Secara keseluruhan jenis vegetasi yang terdapat pada lokasi ditemukannya kodok merah Rawa Denok, Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum dapat
dilihat dapat Gambar 24. Gambar 25 menerangkan jenis dan frekuensi vegetasi tidak ditemukannya kodok merah Lebak Saat dan Bedogol.
2 4
6 8
10 12
14 16
Selaginella sp Elatostemma sp
Diplazium sp Schismatoglotis sp
Marumia muscosa Bambusa sp
Eupatorium pallescens Piper aduncum
Coffea sp Diplazium esculentum
Prochris laevigata Amomum coccineum
Caliiandra sp Crocus sp
Cyathea sp Cyrtandra reticosa
Dicksonia blumei Begonia sp
Colocasia esculenta Cyrtandra picta
Drynariansp Ficus sp
Laportea stimulans Peristrophe hysopyfolia
Je n
is
Frekuensi
Gambar 24 Jenis vegetasi dan frekuensi pada pada habitat ditemukannya kodok merah Rawa Denok, Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum
10 20
30 40
50 60
70 80
Hepaticopsida Bryopsida
Selaginella sp Elatostem m a sp
Cyathea sp Prochris laevigata
Im patiens platypetala Diplazium sp
Eupatorium riparium Peperom ia pellucida
Eupatorium pallescens Begonia sp
Marum ia m uscosa Strobilanthus sp
Cyrtandra picta Medinilla hasseltii
Pilea trinervia Asplenium sp
Bryonopsis laciniosa Ficus sp
Pilea sp Frecynetia sp
Pandanus sp Argostem m a m ontanum
Curculigo recurvata Cyperus sp
Diplazium repandum Musa sp
Schefflera arom atica Piper aduncum
Acer laurinum Coniogram m ae sp
Ficus recurva
Je n
is
Jumlah ind
Gambar 25 Jenis vegetasi dan frekuensi pada pada habitat tidak ditemukannya kodok merah Lebak Saat dan Bedogol
Analisis data untuk mengetahui jenis yang paling membedakan antara lokasi ditemukannya kodok merah dengan lokasi tidak ditemukannya kodok merah,
berdasarkan persamaan regresi logistik dilakukan dengan perangkat lunak SPSS 16. Hasil analisis regresi logistik metode forward stepwise terhadap keseluruhan
variabel didapatkan bahwa jenis yang sangat berpengaruh terhadap kehadiran kodok merah dengan variabel yang memiliki taraf nyata secara statistika p 0,05
adalah Bryopsida, Marumia mucosa, Pilea trinervia dan Piper aduncum.
5 10
15 20
Selaginella sp Diplazium sp
Elatostem m a sp Im patiens platypetala
Piper aduncum Schism atoglotis sp
Marum ia m uscosa Pilea trinervia
Eupatorium pallescens Hepaticopsida
Bam busa sp Cyathea sp
Prochris laevigata Begonia sp
Coffea sp Diplazium esculentum
Medinilla hasseltii Am om um coccineum
Asplenium sp Bryopsida
Caliiandra sp Crocus sp
Cyrtandra picta Cyrtandra reticosa
Dicksonia blum ei Ficus recurva
Acer laurinum Colocasia esculenta
Curculigo recurvata Drynariansp
Ficus sp Laportea stim ulans
Peristrophe hysopyfolia Pilea sp
Strobilanthus sp
Je ni
s
Jumlah ind
Dengan menggunakan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan signifikansi sebesar 0,987 p 0,05. Dinyatakan layak dengan uji Hosmer-Lemeshow jika
signifikansi model p 0,05. Nilai Nagelkerke R
2
sebesar 76 merupakan gambaran sejauh mana variabel-variabel vegetasi menjelaskan hubungan varian
vegetasi dan kehadiran kodok merah. Sisanya yaitu sebesar 24 dijelaskan oleh vegetasi lain yang tidak masuk di dalam jenis yang terbentuk.
Dari lima lokasi penelitian ternyata ada pemilihan habitat oleh kodok merah. Pengujian terhadap indeks pemilihan habitat dilakukan menggunakan uji
Chi-square
2 hit
dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran akan ada tidaknya pemilihan seleksi atas habitat tertentu. Kriteria uji yang digunakan adalah jika
2 hit
2 0.05,k-1
maka terdapat pemilihan habitatseleksi dan jika
2 hit
≤
2 0.05,k-1
maka tidak terdapat pemilihan habitat Tabel 17. Tabel 17 Nilai Chi-square pemilihan habitat tertentu oleh kodok merah
Lokasi a
m
2
p n
i
=O
i
E
i
=∑n
i.
p
i
O
i
- E
i
O
i
-E
i 2
E
i 2
0.05,4
Rawa Denok 14400 0,16
14 5,28
0,72 14,40
Rawa Gayonggong 12000 0,13
4 4,40
-0,40 0,04
Curug Cibeureum 12000 0,13
15 4,40
10,60 25,54
Lebak Saat 15600 0,17
5,72 -5,72
5,72 Bedogol
36000 0,40 13,2
-13,2 13,2
Jumlah 90000 1.00
33 33
58,89 9,49
Keterangan:
a=luas areal pengamatan, p=proporsi luas areal pengamatan, Oi=jumlah kodok yang ditemukan, Ei=harapan jumlah kodok merah
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa nilai
2 hit
2 0.05,k-1,
yaitu 9,49 sehingga terdapat pemilihan habitat tertentu oleh kodok merah. Kodok
merah dapat ditemukan di lokasi Rawa Denok, Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum, sedangkan pada lokasi Lebak Saat dan Bedogol pada saat penelitian
tidak ditemukan sama sekali. Analisis faktor digunakan untuk menentukan faktor mikrohabitat yang
paling dominan. Hasil analisis diperoleh variabel mikro habitat yang paling berpengaruh dalam menentukan frekuensi perjumpaan kodok merah adalah jarak
dari air, jarak dari jalur dan variabel ketinggian tempat. Vektor ciri yang mempengaruhi perjumpaan kodok merah dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Vektor ciri PCA mikrohabitat kodok merah
Komponen Utama
Akar Ciri Total
Keragaman Kumulatif
1 2,001
66,687 66,687
2 0,973
31,421 99,108
3 0,027
0,892 100,00
Hasil analisis PCA Tabel 18 menjelaskan bahwa dengan menggunakan satu komponen utama sudah dapat menjelaskan varian sebanyak 66,68 sedangkan
33,32 lainnya dijelaskan oleh faktor lain. Berdasarkan analisis faktor dapat dijelaskan bahwa dengan satu komponen cukup untuk mereduksi variabel bebas
yang ada sehingga hanya satu faktor yang terbentuk dengan komponen matrik seperti pada Tabel 19. Sebelum uji beda nyata dilakukan uji homogenitas data
seperti yang terlihat pada Tabel 20. Tabel 19 Komponen matrik faktor yang mempengaruhi perjumpaan kodok merah
Variabel Komponen
Jarak dari sumber air m 0,232
Jarak dari jalur m 0,988
Ketinggian tempat m 0,985
Tabel 20 Uji homogenitas variabel jarak dari air dan jarak dari jalur kodok merah Variabel
Levene Statistic df1 df2
df3 Jarak dari air m
8,528 2
94 000
Jarak dari jalur manusia m 51,208
4 135
000
Hasil Tabel 20 menunjukan bahwa data kedua variabel menunjukan syarat kemohogenan data p 0,05. Kemudian perlu dilakukan uji beda nyata analisis
Kruskal Wallis untuk menentukan variabel yang paling dominan Tabel 21. Berdasarkan pada Tabel 21, diperoleh faktor yang paling dominan menentukan
ditemukannya kodok merah adalah jarak dari jalur manusia p 0,05.
Tabel 21 Uji Kruskal Wallis antara jarak dari sumber air dan jarak dari jalur manusia terhadap ada tidaknya ditemukan kodok merah
Jarak dari sumber air m Jarak dari jalur manusia m Chi-Square
0,841 78,327
df 2
2 Asymp sig
0,657 000
B. Pembahasan 1. Tingkat Kesesuaian Habitat