Hal  ini  mengakibatkan  perbedaan  komposisi  baik  flora  dan  fauna  pada  setiap zonasi. TNGGP memiliki 3 zonasi atau tipe hutan, yaitu sub montana 100-1500
mdpl, montana 1500-2400 mdpl dan sub alpin 2400 m dpl BTNGP 1996. Hutan submontana memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.
Ketinggian juga berpengaruh pada penyebaran amfibi. Hasil ulasan Morrison Hero  2003  menunjukkan  bahwa  populasi  amfibi  pada  daerah  yang  tinggi
cenderung untuk memiliki periode aktivitas dan musim  kawin yang pendek, fase larva atau berudu yang lebih panjang, masa metamorfosis atau perubahan bentuk
yang  lebih  lama,  masa  dewasa  yang  lama  sehingga  mencapai  kematangan reproduksi pada umur yang lebih tua, jumlah telur tergantung ukuran tubuh serta
menghasilkan telur yang lebih besar.
b.  Suhu
Temperatur  merupakan  faktor  yang  penting  di  wilayah  biosfer,  karena pengaruhnya  sangat  besar  pada  segala  bentuk  kehidupan.  Beberapa  kegiatan
organisme  seperti  reproduksi,  pertumbuhan  dan  kematian  dipengaruhi  oleh  suhu lingkungannya  Alikodra  2002.  Disamping  itu,  temperatur  pada  umumnya
mempengaruhi  perilaku  satwaliar  serta  berpengaruh  terhadap  ukuran  tubuh  serta bagian-bagiannya  Alikodra  2002.  Organisme  berdarah  panas  yang  memiliki
organ  yang  dapat  memproduksi  dan  mengelola  suhu  tubuhnya  seperti  mamalia biasanya  beraktivitas  di  siang  hari  sedangkan  organisme  yang  tidak  memiliki
mekanisme khusus pengaturan suhu tubuhnya biasanya beraktivitas di malam hari nokturnal seperti pada amfibi dan sebagian dari kelas reptil.
Kebanyakan  amfibi  dapat  beraktivitas  pada  kondisi  suhu  yang  beragam. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan suhu pada amfibi, tergantung pada
jenis,  umur  dan  fase  kehidupan,  serta  pengalaman  suhu  harian  pada  masing- masing  individu  yang  berbeda  Stebbins    Cohen  1995.  Suhu  pada  amfibi
dipengaruhi oleh lingkungannya karena amfibi tidak memiliki organ khusus untuk memproduksi  panas  dan  mengatur  panas  pada  tubuhnya.  Oleh  karena  itu  suhu
juga mempengaruhi kehidupan dan penyebaran amfibi. Amfibi memiliki kisaran toleransi  suhu  yang besar. Perbedaan toleransi  ini
mengakibatkan  perbedaan  kebutuhan  suhu  yang  berbeda  pada  lingkungannya.
Beberapa  jenis  dapat  bertahan  hidup  di  daerah  yang  dingin  dan  beberapa  jenis lainnya  dapat  hidup  pada  suhu  yang  ekstrim  tinggi.  Beberapa  jenis  salamander
dapat  ditemukan  beraktivitas  pada  suhu  sekitar  0 C  bahkan  dibawah  0
C Duellman   Trueb 1994, dan beberapa jenis amfibi lainnya dapat  hidup  diatas
suhu 28 C bahkan ada satu  jenis amfibi  yang dapat  hidup  pada suhu 40
C  yakni jenis  African  Foam-Nest  Frog  Chiromantis  Shoemaker  et  al.  1989  dalam
Stebbins  Cohen 1995. Menurut  Kusrini  2007a  suhu  udara  di  Taman  Nasional  Gunung  Gede
Pangrango berkisar antara 10 -23
C dan kelembabannya 43-100.
c.  Jarak dari sungai atau sumber air