Hubungan Dokter dengan Pasien

51 yang obyeknya adalah pemeliharaan kesehatan pada umumnya dan pelayanan kesehatan pada khususnya. 53

1. Hubungan Dokter dengan Pasien

Dokter dan rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dan pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan. Hubungan dokter dan pasien dilihat dari aspek hukum, adalah hubungan antara subyekhukum dengan subyek hukum. Hubungan ini diatur oleh kaidah-kaidah hukum perdata. Dilihat dari hubungan hukumnya, antara dokter dan pasien terdapat apa yang dikenal saling sepakat untuk mengikatkan diri dalam melaksanakan pengobatan bagi pasien terbentuklah apa yang dikenal sebagai perikatan verbintenis. 54 Hubungan hukum antara dokter dengan pasien telah terjadi sejak dahulu zaman Yunani kuno, dokter sebagai seorang yang memberikan pengobatan terhadap orang yang membutuhkannya. Hubungan ini merupakan hubungan yang sangat pribadi karena didasarkan atas kepercayaan dari pasien terhadap dokter yang disebut dengan transaksi terapeutik. 55 Hermien Hadiati Koeswadji mengistilahkan kontrak terapeutik dengan transaksi terapeutik. Transaksi terapeutik adalah transaksi untuk menentukan-mencari terapi yang paling tepat bagi pasien oleh dokter. 56 Hubungan hukum antara dokter dengan pasien ini berawal dari pola hubungan vertikal paternalistik seperti antara bapak dengan anak 53 Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm. 1 54 Ibid., hlm. 8 55 Al Purwohadiwardoyo, Etika Medis, Kanisius, Yogyakarta, 1989, hlm. 13 56 Sunarto Adiwibowo, op. cit. hlm. 20 52 yang bertolak dari prinsip “father knows best” yang melahirkan hubungan yang bersifat paternalistik. Dalam hubungan ini kedudukan dokter dengan pasien tidak sederajat yaitu kedudukan dokter lebih tinggi dari pasien. 57 Hubungan hukum antara dokter dengan pasien juga bersumber pada kepercayaaan pasien terhadap dokter,sehingga pasien bersedia memberikan persetujuan tindakan medik informed consent, yaitu suatu persetujuan pasien untuk menerima upaya medis yang akan dilakukan terhadapnya. Hubungan hukum timbul bila pasien menghubungi dokter karena ia merasa ada sesuatu yang dirasakannya membahayakan kesehatannya. Keadaan psikobiologisnya memberikan peringatan bahwa ia merasa sakit, dan dalam hal ini dokterlah yang dianggapnya mampu menolongnya, dan memberikan bantuan pertolongan. Jadi, kedudukan dokter dianggap lebih tinggi oleh pasien, dan peranannya lebih penting daripada pasien. 58 Selain pengaturan umum dalam KUH Perdata,terdapat pula peraturan khusus mengenai consent, yaitu Permenkes No. 58589 tentang “Persetujuan Tindakan Medik”. Menurut Permenkes No. 58589,consent yang diberikan oleh pasien harus berdasarkan atas informasi yang diterima Hal terpenting agar perjanjian antara dokter dengan pasien mempunyai kekuatan mengikat, adalah harus dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang untuk sahnya perjanjian. Pasal 1320 KUH Perdata yang mengatur syarat-syarat sahnya perjanjian. 57 https:www.academia.edu9789463Makalah_Hubungan_Dokter_Pasien_dan_ Rumah_Sakit pada tanggal 3 februari 2015 58 Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 28 53 oleh pasien mengenai beberapa hal yang menyangkut tindakan medik dan informasi yang diberikan oleh dokter harus dimengerti oleh pasien. 59 Alasan lain yang menyebabkan timbulnya hubungan antara pasien dengan dokter,adalah karena keadaan pasien yang sangat mendesak untuk segera mendapatkan pertolongan dari dokter, misalnya karena terjadi kecelakaan lalu lintas,terjadi bencana alam ataupun karena adanya situasi lain yang menyebabkan keadaan pasien sudah gawat,sehingga sangat sulit bagi dokter yang menangani untuk mengetahui dengan pasti kehendak pasien. Dalam keadaan ini dokter langsung melakukan sesuatu perbuatan. 60 Perbuatan yang dibenarkan undang-undang ini ialah “Perbuatan sukarela mengurus kepentingan orang lain tanpa kuasa” zaakwarneming. Dalam hal ini undang-undang menetapkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak, seperti hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian, sesuai dengan bunyi Pasal 1354 KUH Perdata yang mengatakan : “Jika seseorang dengan sukarela, tanpa mendapat perintah untuk itu,mewakili urusan orang lain, maka ia berkewajiban untuk meneruskan serta meneyelesaikan urusan tersebut hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu. Pihak yang kepentingannya diwakili diwajibkan memenuhi perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh si wakil itu atas namanya,dan mengganti semua pengeluaran yang sudah di lakukan oleh si wakil tadi”. 61 59 Wila Chandrawila Supriadi, op. cit. hlm. 60 60 Bahder Johan Nasution, op. cit. hlm. 29 61 Sunarto Adiwibowo, op. cit. hlm. 52-53 54 Doktrin Hukum Kesehatan menentukan ada dua bentuk perikatan dilihat dari prestasi yang harus diberikan,yaitu perikatan ikhtiar inspanning verbintenis yaitu karena didasarkan atas kewajiban usaha dan perikatan hasil resultaat verbintenis yaitu merupakan perikatan dimana seorang dokter berkewajiban menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. 62

2. Hubungan Pasien dengan Rumah Sakit