17
ditentukan dalam suatu kontrak, yang bukan merupakan unsur yang esensialia dalam kontrak tersebut.
13
3. Asas-Asas Hukum Perjanjian
Dari sekian banyak asas hukum yang ada,fokus perhatian harus diberikan pada tiga asas pokok. Asas-asas pokok tersebut yang dipandang
sebagai tiang penyangga hukum kontrak akan mengungkap latar belakang pola pikir yang melandasi hukum kontrak. Mengingat sifat dasariah dari
asas-asas pokok utama tersebut,sering disebut juga sebagai asas-asas dasar grondbeginselen.
14
a. Asas Konsensualisme
Asas-asas pokok yang melingkupi hukum kontrak adalah :
Arti asas konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik
tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan lain,perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah
diperlukan sesuatu formalitas.
15
1.
Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
Ketentuan yang mengatur mengenai konsesualitas ini dapat kita temui dalam rumusan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata,yang berbunyi : “Untuk sahnya perjanjian-perjanjian,diperlukan empat syarat :
2.
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
13
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 31-32
14
Herlien Budiono, Asas-asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 95
15
Subekti, op. cit. hlm. 15
18
3.
Suatu pokok persoalan tertentu;
4.
Suatu sebab yang tidak terlarang”.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak memberikan rumusan lebih jauh mengenai formalitas kesepakatan yang harus
dipenuhi,kecuali dalam berbagai ketentuan khusus,seperti misalnya mengenai hibah yang diatur dalam Pasal 1683 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata
16
b. Asas Kekuatan Mengikat Perjanjian verbindende Kracht der
Overeenkomst
Bahwa para pihak harus memenuhi apa yang mereka sepakati dalam perjanjian yang mereka buat.
17
Asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian mengakibatkan suatu kewajiban hukum dan para pihak terikat untuk melaksanakan
kesepakatan kontraktual, serta bahwa suatu kesepakatan harus dipenuhi, dianggap sudah terberi dan kita tidak mempertanyakannya
kembali. Kehidupan kemasyarakatan hanya mungkin berjalan dengan baik jika seseorang dapat mempercayai perkataan orang lain. Ilmu
Di dalam ketentuan Pasal 1339 KUH Perdata ditemukan pengungkapan dari asas kekuatan mengikat:
“Persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat untuk apa-apa yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya,tetapi juga untuk segala sesuatu
yang menurut sifat persetujuan,diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.
16
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, op. Cit. hlm. 35
17
Herlien Budiono, loc. Cit.
19
pengetahuan kiranya tidak mungkin dapat memberikan penjelasan lebih,terkecuali bahwa kontrak memang mengikat karena merupakan
suatu janji,serupa dengan undang-undang karena undang-undang tersebut dipandang sebagai perintah pembuat undang-undang. Jika
kepastian terpenuhinya kesepakatan kontraktual ditiadakan, hal itu akan sekaligus menghancurkan seluruh sistem pertukaran benda-jasa
yang ada dalam masyarakat. Oleh sebab itu, “kesetiaan pada janji yang diberikan merupakan bagian dari persyaratan yang dituntut akal budi
alamiah”.
18
c. Asas Kebebasan berkontrak