56
dokter melakukankesalahankelalaian, maka rumah sakit tidak dapat dimintakan tanggungjawabnya.
66
4. Hak dan Kewajiban Pasien
Setiap manusia mempunyai hak asasi untuk berbuat, menyatakan pendapat, memberikan sesuatu kepada orang lain, dan menerima sesuatu
dari orang lain atau lembaga tertentu. Hak tersebut dapat dimiliki oleh setiap orang. Dalam menuntut suatu hak, tanggung jawab moral sangat
diperlukan agar dapat terjalin suatu ikatan yang merupakan kontrak sosial, baik tersurat maupun tersirat, sehingga segala sesuatunya dapat memberi
dampak positif. Janus Sidabalok dalam bukunya Hukum Perlindungan Konsumen
di Indonesia menyebutkan bahwa ada 3 tiga macam hak berdasarkan sumber pemenuhannya, yakni :
1. Hak manusia karena kodratnya, yakni hak yang kita peroleh begitu kita
lahir, seperti hak untuk hidup dan hak untuk bernafas. Hak ini tidak boleh diganggu gugat oleh negara dan bahkan negara wajib menjamin
pemenuhannya. 2.
Hak yang lahir dari hukum, yaitu hak yang diberikan oleh negara kepada warga negaranya. Hak ini juga disebut sebagai hak hukum.
3. Hak yang lahir dari hubungan kontraktual. Hak ini didasarkan pada
perjanjiankontrak antara orang yang satu dengan orang yang lain.
67
66
Wila Chandrawila Supriadi, op. cit. hlm. 10
67
Janus Sidabalok., Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Pertanggungjawaban menurut Hukum Perdata, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006,
hlm. 18
57
Dalam pandangan hukum, pasien adalah subjek hukum mandiri yang dianggap dapat mengambil keputusan untuk kepentingan dirinya.
Oleh karena itu adalah suatu hal yang keliru apabila menganggap pasien selalu tidak dapat mengambil keputusan karena ia sedang sakit. Dalam
pergaulan hidup normal sehari-hari, biasanya pengungkapan keinginan atau kehendak dianggap sebagai titik tolak untuk mengambil keputusan.
Dengan demikian walaupun seorang pasien sedang sakit, kedudukan hukumnya tetap sama seperti orang sehat. Jadi, secara hukum pasien juga
berhak mengambil keputusan terhadap pelayanan kesehatan yang akan dilakukan terhadapnya, karena hal ini berhubungan erat dengan hak
asasinya sebagai manusia. Kecuali apabila dapat dibuktikan bahwa keadaan mentalnya tidak mendukung untuk mengambil keputusan yang
diperlukan.
68
Berbicara tentang “Hak Pasien” yang dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan, maka hak utama dari pasien tentunya adalah hak
untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan the right to health care.
69
a. Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai
asuhan kesehatan atau keperawatan yang akan diterimanya; Pernyataan hak-hak pasien Patient’s Bill of Rights dikeluarkan
oleh The American Hospital Association pada 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemahaman hak-hak pasien
yang akan di rawat di rumah sakit. Pernyataan tentang hak-hak tersebut adalah:
68
Bahder Johan Nasution, op. cit. hlm. 31-32
69
Wila Chandrawila Supriadi, op. cit. hlm. 12
58
b. Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang
memeriksanya berkaitan dengan diagnosis, pengobatan, dan prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang dihadapinya;
c. Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan
suatu persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan,serta risiko penting yang kemungkinan akan dialaminya, kecuali dalam
situasi darurat; d.
Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh di ijinkan oleh hukum dan diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan
diterimanya; e.
Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut program asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang
dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan; f.
Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan kesehatan yang diberikan kepadanya;
g. Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat lain
yang lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut; dan rumah sakit yang ditunjuk dapat
menerimanya; h.
Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan rumah sakit instansi lain, seperti instansi pendidikan atau instansi terkait
lainnya sehubungan dengan asuhan yang diterimanya. Contoh: hubungan individu yang merawatnya, nama yang merawat dan
sebagainya;
59
i. Pasien berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila
diikutsertakan sebagai suatu eksperimen yang berhubungan dengan asuhan atau pengobatannya;
j. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi
dari dokternya kepada dokter lain, bila dibutuhkan dalam rangka asuhannya;
k. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang
biaya yang diperlukan untuk asuhan kesehatannya; l.
Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan rumah sakit yang harus dipatuhinya sebagai pasien selama ia dirawat.
70
Hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan,secara umum hak pasien tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1 Hak pasien atas perawatan;
2 Hak untuk menolak cara perawatan tertentu;
3 Hak untuk memilih tenaga kesehatn dan rumah sakit yang akan
merawat pasien; 4
Hak atas informasi; 5
Hak untuk menolak perawatan tanpa izin; 6
Hak atas rasa aman; 7
Hak atas pembatasan terhadap pengaturan kebebasan perawatan; 8
Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan; 9
Hak atas twenty-for-a-day-visitor-rights; 10
Hak pasien menggugat atau menuntut;
70
Ermawati Dalami, op. cit. hlm. 58-59
60
11 Hak pasien mengenai bantuan hukum;
12 Hak pasien untuk menasihatkan mengenai percobaan oleh tenaga
kesehatan atau ahlinya.
71
Soerjono Soekanto menyatakan pokok-pokok hak pasien adalah : a.
Hak pasien atas perawatan dan pengurusan; b.
Hak pasien atas informasi; c.
Hak pasien untuk menolak perawatan tanpa izin; d.
Hak pasien perlindungan kerahasiaan; e.
Hak pasien mengenai bantuan; f.
Hak pasien atas mutu lingkungan hidup; g.
Hak pasien untuk menasihatkan mengenai percobaan oleh tenaga kesehatan.
72
Menurut National League For Nursingmenyakini bahwa hak-hak pasien adalah sebagai berikut :
1.1 Hak memperoleh asuhan kesehatan sesuai standar profesional tanpa
memandang tatanan kesehatan yang ada; 1.2
Hak untuk diperlakukan secara sopan dan santun, serta keramahan dari perawat yang bertugas tanpa membedakan ras,warna
kulit,derajat dimasyarakat,jenis kelamin,kebangsaan, politis dan sebagainya;
1.3 Hak memperoleh informasi tentang diagnosis penyakitnya,
prognosis, pengobatan, termasuk alternatif asuhan yang diberikan, risiko yang mungkin terjadi agar pasien dan keluarganya memahami
71
Bahder Johan Nasution, op. cit. hlm. 33-34
72
Sunarto Adiwibowo, op. cit. hlm. 116
61
dan dapat memberikan persetujuan atas tindakan medis yang akan dilakukan kepadanya;
1.4 Hak legal untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan tentang
asuhan keperawatan yang akan diberikan kepadanya; 1.5
Hak menolak observasi dari tim kesehatan yang tidak langsung terlibat dalam asuhan kesehatannya;
1.6 Hak mendapatkan privasi selama wawancara,pemeriksaan kesehatan
dan pengobatan; 1.7
Hak mendapatkan privasi untuk berkomunikasi dan menerima kunjungan dari orang-orang yang benar-benar disetujuinya;
1.8 Hak menolak pengobatan atau partisipasi dalam pelaksanaan
penelitian dan eksperimen yang dilakukan tanpa jaminan hukum bila terjadi dampak yang merugikan;
1.9 Hak terhadap koordinasi dan asuhan kesehatan yang berkelanjutan;
1.10 Hak menerima pendidikaninstruksi yang tepat dari petugas
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kebutuhan kesehatan dasar secara optimal;
1.11 Hak kerahasiaan terhadap dokumen serta hasil komunikasi,baik
secara lisan maupun tulisan, yang diberikannya kepada petugas kesehatan, kecuali untuk kepentingan umum.
73
Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Pasal 4-8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya,
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau, menentukan
73
Ermawati Dalami, op. cit. hlm. 60
62
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab, dan
informasi tentang tentang data kesehatan dirinya. Hak-hak pasien dalam UU No.36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi :
1. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan
kecuali tak sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat; 2.
Hak atas rahasia pribadi kecuali perintah undang-undang, pengadilan, izin yang bersangkutan, kepentingan yang bersangkutan, kepentingan
masyarakat; 3.
Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian kecuali tindakan penyelamatan nyawa atau cegah cacat.
Pada UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada Pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi :
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat 3; b.
Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain c.
Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis d.
Menolak tindakan medis e.
Mendapatkan isi rekaman medis Hak pasien dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang
terdapat pada Pasal 32 menyebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut :
1 Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
63
2 Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3 Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi; 4
Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
5 Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi; 6
Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; 7
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit;
8 Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktik SIP baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9 Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya; 10
Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
Berbarengan dengan hak tersebut pasien juga mempunyai kewajiban, baik kewajiban secara moral maupun secara yuridis. Secara
moral pasien berkewajiban memelihara kesehatannya dan menjalankan aturan-aturan perawatan sesuai dengan nasihat dokter yang merawatnya.
64
Beberapa kewajiban pasien yang harus dipenuhinya dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Kewajiban memberikan informasi
b. Kewajiban melaksanakan nasihat dokter atau tenaga kesehatan
c. Kewajiban untuk beterus terang apabila timbul masalah dalam
hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan; d.
Kewajiban memberikan imbalan jasa; e.
Kewajiban memberikan ganti-rugi, apabila tindakannya merugikan dokter atau tenaga kesehatan.
74
Kewajiban-kewajiban pasien menurut hukum adalah sebagai berikut : 1.1
Kewajiban memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dan ahli mempunyai bahan yang cukup
untuk mengambil keputusan. Hal ini juga sangat penting, agar tenaga kesehatan tidak melakukan kesalahan. Landasannya adalah bahwa
hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien merupakan hubungan hukum yang didasarkan kepada kepercayaan, sehingga
sampai batas-batas tertentu dituntut adanya suatu keterbukaan; 1.2
Kewajiban untuk melaksanakan nasihat-nasihat yang diberikan tenaga kesehatan dalam rangka perawatan. Kalau pasien meragukan
manfaat nasihat itu, yang bersangkutan mempunyai hak untuk meminta penjelasan yang lebih mendalam;
74
Bahder Johan Nasution, loc. cit.
65
1.3 Kewajiban menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga
kesehatan untuk menyimpan rahasia kedokteran, serta kesendiriannya “privacy”;
1.4 Kewajiban untuk memberikan imbalan terhadap jasa-jasa profesional
yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan; 1.5
Kewajiban untuk memberi ganti rugi, apabila tindakan-tindakan pasien merugikan tenaga kesehatan;
1.6 Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam
hubungan dengan tenaga kesehatan dan rumah sakit, baik yang langsung maupun tidak langsung.
75
Kewajiban pasien menurut Surat Edaran Dirjen Yanmed No.YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997 adalah sebagai berikut :
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk menaati segala peraturan
dan tatatertib rumah sakit. 2.
Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala intruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya.
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien danatau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi
semuaimbalan atas jasa pelayanan rumah sakitdokter. 5.
Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakatiperjanjian yang telah dibuat.
75
Sunarto Adiwibowo, op. cit. hlm. 123-124
66
Begitu pula kewajiban-kewajiban pasien dalam hal kontrak terapeutik menurut Yusuf Hanafiah adalah sebagai berikut :
a. Pasien wajib memeriksakan diri sedini mungkin kepada dokter,
pengobatan penyakit pada stadium dini akan lebih menjanjikan keberhasilan daripada pengobatan penyakit yang sudah lanjut yang
disertai dengan penyulit. Demikian pula dengan penyakit kanker stadium dini, pada umumnya dapat sembuh, jika diberikan terapi yang
tepat, sedangkan pada stadium lanjut prognosis lebih buruk. Kadangkala pasienkeluarganya membangunkan dokter pada malam
buta, sedangkan pasien sebenarnya telah menderita penyakit beberapa hari sebelumnya. Disalah satu pihak, memang ada suatu tuntutan bahwa
dokter harus siap melayani pasien setiap waktu, namun alangkah baiknya bila pasien dapat berobat pada jam kerja karena dokter adalah
juga manusia biasa yang juga memerlukan istirahat yang cukup. Ini diperkecualikan untuk kasus gawat darurat emergency case;
b. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya.
Informasi yang benar dan lengkap dari pasienkeluarga merupakan hal yang penting bagi dokter dalam membantu menegakkan diagnosis
penyakit. Tuntutan malpraktek terhadap dokter tidak dapat dikabulkan jika terbukti pasien telah memberikan keterangan yang menyesatkan
atau menyembunyikan hal-hal yang pernah dialaminya atau tidak memberitahukan obat-obat yang pernah diminumnya;
c. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
67
Pasien berkewajiban mematuhi petunjuk dokter yang berkaitan dengan penyakitnya baik yang berkaitan dengan makan dan minum, maupun
istirahat cukup, dan sebagainya; d.
Menandatangani surat-surat Persetujuan Tindakan Medik, surat jaminan dirawat di rumah sakit dan lain-lainnya. Tindakan medik tertentu yang
memerlukan persetujuan tertulis dari pasien tidak dilakukan, bila pasien tidak mau menandatangani persetujuan tersebut;
e. Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh.
Dalam mengusahakan kesembuhannya, pasien harus yakin kalau dokter akan berupaya maksimal di dalam mengobati dirinya. Karena itu,
pasien harus bekerjasama dan kooperatif pada saat dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap dirinya. Bila pasien tidak kooperatif
dan menolak bila diperiksa dokter, maka dokter berhak untuk tidak bersedia meneruskan pengobatan pasien tersebut;
f. Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan, dan
pengobatan serta honorarium dokter.
76
Kewajiban pasien dalam UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran, terutama Pasal 53 yang meliputi :
1 Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya; 2
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi; 3
Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; 4
Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
76
Ibid., hlm. 124-126
68
Terkait kewajiban pasien seperti di atas, sebenarnya ada “pesan”implisit terkait hal itu, diantaranya :
a Masing-masing pihak, dalam hal ini pasien dan tenaga medis, harus
selalu memberi informasi yang tepat dan lengkap, baik sebelum maupun sesudah tindakan preventifdiagnostikterapeutikrehabilitatif;
b Keputusan ditangan pasien, dokter mengadvokasi prosesnya kecuali
keadaan darurat yang tak bisa ditunda; c
Layanan medis harus sesuai kebutuhan medisnya.
77
77
https:www.academia.edu5284366Hak_dan_Kewajiban_Pasien_Menurut_Un dang-Undang pada tanggal 20 februari 2015
69
BAB IV PERJANJIAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN KURANG MAMPU
ANTARA PIHAK RUMAH SAKIT UMUM DENGAN PASIEN Sejarah Rumah Sakit Kabanjahe
RSU Kabanjahe terletak di tengah kota Kabanjahe yang merupakan ibu kota Kabupaten Karo dan merupakan unit pelayanan kesehatan yang didirikan
oleh Pemerintah Hindia – Belanda pada tahun 1921 dengan nama Bataks Institue. Pada tahun 1923 RSU ini diserahkan kepada Nederlands Zending Genotschap,
selanjutnya pada tahun 1945 sesudah proklamasi kemerdekaan diserahkan kepada
pemerintah dan pengelolaannya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karo.
Kabupaten Karo yang dikenal orang dengan istilah Bumi Turang terletak di daerah dataran tinggi, dihuni oleh berbagai suku bangsa dimana suku mayoritas
adalah suku Karo yang sangat akrab dengan istilah mejuah-juah. Istilah ini sudah sangat lama dikenal masyarakat Karo yang salah satu arti esensi dan kata ini
adalah kesehatan. Hal yang sangat penting untuk pencapaian kesehatan yang sangat diidamkan masyarakat karo adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang
bermutu. Rumah Sakit Umum Kabanjahe merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu di
Kabupaten Karo.
Aspek Legal Rumah Sakit Umum Kabanjahe
RSU Kabanjahe adalah Rumah Sakit Type C Non Pendidikan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Karo, dengan penataan organisasi yang dibentuk
sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 19 tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Karo.
70
Visi Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Visi Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah “Menjadi Rumah Sakit Umum Kabupaten yang terbaik di Propinsi Sumatera Utara”. Visi tersebut menunjukkan
suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh RSU Kabanjahe.
Misi Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Misi Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah : 1.
Memberikan pelayanan rumah sakit yang prima 2.
Melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit secara bertahap 3.
Meningkatkan profesionalisme pegawai 4.
Melaksanakan akreditasi dan sertifikasi
A. Prosedur Penanganan Pasien