33
Sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN, Pemerintah menyelenggarakan
jaminan kesehatan untuk penduduk miskin dan tidak mampu melalui program yang kini dikenal dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jamkesmas. Dengan adanya Program Jamkesmas dan Keputusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara Nomor 007PUU-III2005, berbagai
Pemerintah Daerah Provinsi dan KabupatenKota menyelenggarakan program serupa yang dikenal dengan nama Jamkesda Jaminan Kesehatan
Daerah. Pengelolaan program Jamkesda juga menggunakan skema bantuan sosial, dimana dana penyelenggaraan Jamkesda sepenuhnya
berasal dari APBD. Namun perlu dicatat bahwa Ketetapan Mahkamah Konstitusi diatas mengatur BPJS di Daerah, bukan program Jamkesda,
yang tidak selalu dikelola oleh BPJS di Daerah. Sebagian besar program Jamkesda menjamin penduduk tidak
mampu yang tidak tercakup dalam kuota program Jamkesmas. Jumlah penduduk yang tercakup dalam skema JamkesdaPJKMU nama Program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Umum-PJKMU-digunakan oleh PT Askes yang dikontrak Pemda untuk menjalankan program
Jamkesda diperkirakan mencapai 31,6 juta jiwa. Saat ini diperkirakan setidaknya 350 KabupatenKota menyelenggarakan program jaminan
kesehatan daerah dengan berbagai variasi nama, layanan yang dijamin, besar dana APBD per kapita,dan pola pengelolaannya.
38
D. Program Jaminan Kesehatan Nasional
38
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI, Hasil Analisis Data Bidang Jaminan Kesehatan, Jakarta, 2010
34
Di Indonesia sebenarnya telah ada beberapa program jaminan sosial yang diselenggarakan dengan mekanisme asuransi sosial dan
tabungan sosial, namun kepesertaan program tersebut baru mencakup sebagian dari masyarakat yang bekerja di sektor formal. Sebagian besar
lainnya, terutama yang bekerja di sektor informal, belum memperoleh perlindungan sosial. Selain itu, program-program tersebut belum
sepenuhnya mampu memberikan perlindungan yang adil pada peserta dan manfaat yang diberikan kepada peserta masih belum memadai untuk
menjamin kesejahteraan mereka. Berdasarkan kesadaran akan keterbatasan tersebut dan adanya
mandat Ketetapan MPR RI nomor XMPR2001 kepada Presiden RI untuk mengembangkan SJSN dalam rangka memberikan perlindungan sosial
yang menyeluruh dan terpadu. Presiden mengambil inisiatif menyusun SJSN. SJSN disusun berlandaskan prinsip-prinsip yang mampu memenuhi
keadilan, keberpihakan pada masyarakat banyak equity egaliter, transparansi, akuntabilitas, kehati-hatian prudentiality dan layak.
Berdasarkan identifikasi kebutuhan dasar rakyat, SJSN akan mengembangkan dan memperluas jaminan melalui 6 enam program,
sebagai berikut: 1.
Jaminan Kesehatan JK Program Jaminan Kesehatan adalah program yang memberikan
manfaat berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif, sesuai dengan kebutuhan medik yang diperlukan untuk memelihara,
35
memulihkan dan meningkatkan kesehatan peserta dan anggota keluarganya.
2. Jaminan Kecelakaan Kerja JKK
Program Jaminan Kecelakaan Kerja merupakan manfaat pelayanan pemulihan kesehatan yang terjadi akibat dari suatu kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan seseorang. Selain itu, program ini juga memberikan manfaat dalam bentuk santunan uang baikpembayaran
yang dilakukan sekaligus lump-sum ataupun secara berkala bagi
peserta yang mengalami cacat atau meninggal dunia yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.
3. Jaminan Pemutusan Hubungan Kerja JPHK
Program Jaminan Pemutusan Hubungan Kerja merupakan dana tunai yang dibayarkan oleh badan penyelenggara kepada tenaga kerja yang
minimal bekerja telah 6 bulan, sesuai dengan perhitungan masa kerjanya. Pembayaran dilakukan sekaligus atau dibagi selama
maksimal 6 bulan untuk menjamin kebutuhan hidup minimal sehari- hari setelah putus hubungan kerja. Dana ini berasal dari iuran peserta
dan pemberi kerja yang dipungut selama peserta masih bekerja. Namun program JPHK ini tidak dimasukkan kedalam RUU SJSN ini
karena telah diatur dalam UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4. Jaminan Hari Tua JHT
Program Jaminan Hari Tua merupakan program yang membayarkan uang tunai secara sekaligus sebelum seorang peserta memasuki masa
36
pensiun. Pemberian uang tunai lump-sum ini dimaksudkan untuk membekali peserta dengan uang tunai dalam memasuki usia pensiun
yang dapat digunakan untuk membeli rumah atau modal untuk berusaha. Apabila peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa
pensiun, maka manfaat program dibayarkan kepada jandaduda, anak atau ahli waris peserta yang sah.
5. Jaminan Pensiun JP
Program Pensiun merupakan program yang membayaran uang secara berkala untuk jangka waktu tertentu atau sampai peserta meninggal
dunia sebagai substitusi dari penurunanhilangnya penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun atau menderita cacat total tetap yang
menyebabkan ia tidak mampu lagi bekerja. Apabila peserta meninggal dunia sebelum ia memasuki usia pensiun, maka manfaat dibayarkan
kepada ahli warisnya. 6.
Jaminan Kematian JKm Program Jaminan Kematian membayarkan sejumlah uang tunai
kepada ahli waris yang sah setelah peserta meninggal dunia secara alamiah atau kecelakaan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Manfaat jaminan kematian ini diharapkan dapat meringankan beban ahli waris peserta yang ditinggalkan yang dapat digunakan untuk
membiayai penguburan atau keperluan lain yang terkait dengan kematian peserta.
39
39
http:www.jamsosindonesia.comhomedownloadfilesNA20SJSNpdf pada tanggal 30 Januari 2015
37
BAB III TINJAUAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PASIEN KURANG
MAMPU A.
Pengertian Pelayanan Kesehatan,Pasien dan Rumah Sakit 1.
Pelayanan Kesehatan
Kesehatan yang dimiliki seseorang tidak hanya ditinjau dari segi kesehatan fisik semata. Kesehatan seseorang bersifat menyeluruh, yaitu
kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan juga merupakan salah satu faktor penentu tingkat kesejahteraan seseorang. Hal tersebut dapat dilihat pada
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1 : “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Bentuk dari peraturan pelaksanaan pelayanan kesehatan adalah Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-
Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, walaupun di dalam kedua Undang-Undang tersebut tidak ditemukan perumusan
mengenai pelayanan kesehatan, namun dalam ketentuan umum Pasal 1 butir 11 hanya dirumuskan pengertian mengenai upaya kesehatan, yang
menentukan bahwa: “upaya kesehatan adalah setiap kegiatan danatau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,