23
Yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian,haruslah suatu hal atau suatu barang yang cukup jelas atau tertentu, syarat ini perlu untuk
dapat menetapkan kewajiban si berhutang,jika terjadi perselisihan. Barang yang dimaksud dalam perjanjian, paling sedikit harus
ditentukan jenisnya. Bahwa barang itu harus ada atau sudah ada di tangan si berhutang pada waktu perjanjian dibuat,tidak diharuskan
oleh undang-undang.
28
d Adanya sebab yang halalgeoorloofde oorzaak
Undang-undang tidak memberikan pengertian mengenai ‘sebab’ [oorzaak, causa].
29
Pengertian kausa atau sebab oorzaak dalam Pasal 1320 harus dihubungkan dalam konteks Pasal 1335 dan 1337
BW.
30
5. Wanprestasi
Dalam Pasal 1335 BW ditegaskan bahwa,” suatu perjanjian yang dibuat tanpa sebab atau dibuat dengan sebab yang palsu atau
terlarang tidak mempunyai kekuatan.”. Adapun sebab yang diperbolehkan maksudnya adalah bahwa apa yang hendak dicapai para
pihak dalam perjanjian atau kontrak tersebut harus disertai itikad baik dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan,ketertiban umum,dan kesusilaan. Dalam Pasal 1337 BW ditegaskan bahwa, “suatu sebab adalah terlarang,apabila dilarang oleh
undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.”
28
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermassa, Jakarta, 2001, hlm. 136
29
Titik Triwulan Tutik, op. Cit. hlm. 226
30
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 194
24
Wanprestasi atau pun yang disebut juga dengan istilah breach of contract adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana
mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi
untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.
Wanprestasi dapat berupa 4 empat macam, yaitu: 1.
Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; 2.
Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya;
31
6. Berakhirnya Perjanjian
Dalam undang-undang telah ditentukan bahwa semua persetujuan yang sah mempunyai kekuatan sebagai undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya, persetujuan dalam perjanjian tidak dapat ditarik kembali kecuali atas kesepakatan diantara kedua belah pihak atau karena
alasan-alasan yang oleh undang-undang cukup untuk itu, karena itu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
31
Subekti, loc. cit.
25
Menurut ketentuan Pasal 1381 KUH Perdata sesuatu perikatan baik yang lahir dari perjanjian maupun undang-undang dapat berakhir karena, beberapa
hal antara lain : a.
Pembayaran betaling, yaitu jika kewajibannya terhadap perikatan itu telah dipenuhi pasal 1382 KUH Perdata;
b. Penawaran bayar tunai diikuti penyimpananpenitipan consignatie, yaitu
pembayaran tunai yang diberikan oleh debitor, namun tidak diterima kreditor kemudian oleh debitor disimpan pada pengadilan Pasal 1404
KUH Perdata; c.
Pembaruan utang novasi, yaitu apabila utang yang lama digantikan oleh utang yang baru Pasal 1416 dan 1417 KUH Perdata;
d. Kompensasi atau imbalan vergelijking, yaitu apabila kedua belah pihak
saling berutang, maka utang mereka masing-masing diperhitungkan; e.
Percampuran utang schuldvermenging, yaitu apabila pada suatu perikatan kedudukan kreditor dan debitor ada di satu tangan seperti pada
warisan Pasal 1436 dan 1437 KUH Perdata; f.
Pembebasan utang kwijtschelding der schuld, yaitu apabila kreditor membebaskan segala utang-utang dan kewajiban pihak debitor
Pasal1438-1441 KUH Perdata; g.
Batal dan Pembatalan nietigheid ot te niet doening, yaitu apabila perikatan itu batal atau dibatalkan; misalnya terdapat paksaan Pasal 1446
KUH Perdata;
26
h. Hilangnya benda yang diperjanjikan het vergaan der verschul digde
zaak, yaitu apabila benda yang diperjanjikan binasa, hilang atau menjadi tidak dapat diperdagangkan Pasal 1444 – 1445 KUH Perdata;
i. Timbul syarat yang membatalkan door werking en ontbindende
voorwaarde, yaitu ketentuan isi perjanjian yang disetujui kedua belah pihak;
j. Kedaluarsa verjaring.
32
B. Perjanjian Jaminan Kesehatan Nasional
Dasar Hukum
a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 3 dan Pasal 34
i. Pasal 28 H ayat 3 setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
ii. Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945ayat 1 Fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara oleh negara iii.
Ayat 2 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan iv.
Ayat 3 Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
32
Titik Triwulan Tutik, op. cit. hlm. 244