19
pengetahuan kiranya tidak mungkin dapat memberikan penjelasan lebih,terkecuali bahwa kontrak memang mengikat karena merupakan
suatu janji,serupa dengan undang-undang karena undang-undang tersebut dipandang sebagai perintah pembuat undang-undang. Jika
kepastian terpenuhinya kesepakatan kontraktual ditiadakan, hal itu akan sekaligus menghancurkan seluruh sistem pertukaran benda-jasa
yang ada dalam masyarakat. Oleh sebab itu, “kesetiaan pada janji yang diberikan merupakan bagian dari persyaratan yang dituntut akal budi
alamiah”.
18
c. Asas Kebebasan berkontrak
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata,yang berbunyi: “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya”. Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk: 1 membuat atau tidak membuat perjanjian; 2 mengadakan perjanjian dengan siapa pun; 3
menentukan isi perjanjan, pelaksanaan dan persyaratannya; 4 menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
19
d. Bentuk Perjanjian Bebas
Bentuk perjanjian bebas,artinya perjanjian tidak terikat pada bentuk tertentu. Jadi boleh diadakan secara tertulis, boleh dengan lisan
dan sebagainya. Terhadap asas bentuk perjanjian bebas ini terdapat
18
Ibid., hlm. 101
19
Salim HS., Pengantar Hukum Perdata Tertulis [BW], Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm.158
20
kekecualian, yakni adanya perjanjian formil, misalnya: pendirian PT, perjanjian jual beli tanah, dan sebagainya.
20
e. Asas Personalia
Asas ini diatur dan dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata, yang berbunyi “Pada umumnya tak seorangpun dapat
mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri”. Dari rumusan ini dapat diketahui
bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu,subjek hukum pribadi,hanya akan
berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.
21
f. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas pacta sunt servanda berhubungan dengan akibat perjanjian. Hal ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata,
yang berbunyi: “Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang”.
22
Dari ketentuan tersebut terkandung beberapa istilah.
Pertama,istilah ‘semua perjanjian’ berarti bahwa pembentuk undang- undang menunjukkan bahwa perjanjian dimaksud bukanlah semata-
mata perjanjian bernama, tetapi juga perjanjian yang tidak bernama. Selain itu, juga mengandung suatu asas partij autonomie. Kedua,
istilah ‘secara sah’, artinya bahwa pembentuk undang-undang menunjukkan bahwa pembuatan perjanjian harus memenuhi
20
Komariah, Hukum Perdata, UMM Press, Malang, 2010, hlm. 173
21
Kartini Muljadi Gunawan Widjaja, op. Cit. hlm. 15
22
Salim HS, loc. Cit.
21
persyaratan yang telah ditentukan dan bersifat mengikat sebagai undang-undang terhadap para pihak sehingga terealisasi asas kepastian
hukum. Ketiga, istilah “itikad baik” hal ini berarti memberi perlindungan hukum pada debitor dan kedudukan antara kreditor dan
debitor menjadi seimbang.
23
4. Syarat Sahnya Perjanjian