Komodifikasi Pakaian KOMODIFIKASI TARI PIRING DI KOTA MEDAN

102 Komodifikasi gerak tari piring di Kota Medan terjadi pada acara-acara yang bersifat hiburan sehingga penari dan penata tari memiliki keleluasaan dalam melakukan perubahan gerak tari piring, gerak tari piring dengan nilai ritual dipertunjukkan pada bentuk acara terbatas sehingga dapat dikatakan bahwa proses komodifikasi serta tari piring tradisi berjalan beriringan hingga saat ini.

4.2 Komodifikasi Pakaian

Komodifikasi pada pakaian penari tari piring terjadi dikarenakan adanya usaha interaksi antara tari piring dengan kondisi sosial kultural setempat, dan juga sebagai suatu bentuk usaha untuk membuat tampilan tari piring lebih menarik dari segi pakaian penari. Mengutip Erlinda 2012:184 yang mengatakan bahwa komodifikasi merupakan komoditas bentuk material yang pada lingkup ruang dan waktu mengalami perubahan, pendapat ini mendukung usaha komodifikasi terhadap pakaian penari tari piring sebagai suatu proses penyesuaian dalam lingkup ruang dan waktu. Universitas Sumatera Utara 103 Gambar 15 Pakaian penari sanggar tari Tri Arga Pakaian penari tari piring yang pada awalnya berupa pakaian yang dilengkapi dengan beragam aksesoris dan memiliki nilai secara kultural, seperti penggunaan warna hitam, kuning dan merah yang juga warna dominan dalam kebudayaan Minangkabau berubah menjadi penggunaan warna-warna cerah, seperti hijau, biru dan warna lainnya. Dari sisi penggunaan atribut lainnya, pada awal dan bentuk aslinya dipergunakan atribut pakaian yang memang bernilai sakral dan merepresentasikan Universitas Sumatera Utara 104 kebudayaan Minangkabau, namun dalam konteks waktu masa kini untuk menghadirkan atribut pakaian tari piring yang asli tentu mengalami kesulitan yang diakibatkan karena aspek perantauan dan juga ketersediaannya. Komodifikasi pakaian tari piring pada kenyataannya terbatas pada perubahan warna, bentuk ataupun meniru bentuk asli dari pakaian maupun atribut pakaian penari tari piring. Komodifikasi pakaian penari tari piring di Kota Medan sebagaimana diungkapkan informan, yaitu Ibrahim 23 Tahun yang mengatakan bahwa : “Kadang-kadang kami pakai juga pakaian tari piring yang mirip dengan aslinya, kalau yang betul-betul asli sulit mencarinya dan harus lengkap ... tapi kami sering pakai pakaian yang warna ijo, biru biar lebih menarik dan membedakan sanggar kami dengan sanggar yang lain.” Hendri 30 Tahun pemilik sanggar tari piring juga berpendapat serupa dengan mengatakan bahwa : “Pakaian penari biasanya disesuaikan dengan kondisi pertunjukan, dalam artian sesuai dengan panggung seperti warna latar panggung, pencahayaan ... dipilih warna-warna terang biar penarinya kelihatan dan tidak tenggelam oleh warna latar panggung.” Keterangan informan tersebut memberi penjelasan bahwa proses komodifikasi terhadap pakaian penari tari piring dilakukan dengan alasan berupa usaha untuk menonjolkan penari dan juga sebagai bentuk ciri khas sanggar tari, selain itu terdapat juga usaha untuk menghadirkan nilai “asli” pada pakaian penari melalui penggunaan atribut tiruan. Penari tari piring yang dijumpai ketika penelitian ini berlangsung menyetujui penggunaan warna-warna lain pada pakaian penari dan penggunaan Universitas Sumatera Utara 105 atribut tiruan, menurut mereka hal tersebut sebagai bagian dari usaha menyesuaikan dengan perkembangan saat ini. Usaha komodifikasi terhadap pakaian penari tari piring juga menuntut penari maupun pemiliki sanggar tari piring untuk mampu menyediakan pakaian atau kostum pertunjukan dengan beragam warna, hal ini disampaikan oleh Raihan 28 Tahun yang mengatakan : “Sanggar kami punya beberapa pakaian tari piring dengan beragam warna, biar pas pertunjukan bisa disesuaikan dengan kondisi panggung ... dari beberapa yang kami punya setidaknya ada yang pakaian tradisional dan pakaian modern.” Lebih lanjut Raihan 28 Tahun menambahkan bahwa proses perubahan bentuk, warna dan atribut pakaian penari tari piring dilakukan secara terbatas dengan tetap memegang teguh nilai tradisi yang terdapat pada tari piring. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Goffman 1956:13 yang mengatakan bahwa pertunjukan merupakan bentuk perpanjangan dari kondisi awal dan terdapat beberapa pengaruh yang merubah bentuk pertunjukan tersebut. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pakaian tari piring mengalami komodifikasi pada beberapa bagian tertentu dan bukan suatu bentuk komodifikasi secara menyeluruh melainkan bentuk komodifikasi bersifat terbatas yang masih terikat dengan nilai budaya didalam tari piring secara tradisi.

4.3 Komodifikasi Musik