77 elang terbang di angkasa, gerak mangumpo suto menggulung benang, gerak
tupai bagaluik tupai bersendau gurau, gerak malunyah menginjak-injak tanah sawah supaya gembur, dan gerak mainjak piring menginjak piring merupakan
usaha mencari bentuk yang disesuaikan dengan simbol atau lambang yang diinginkan. Pada prinsipnya materi gerak tari piring sangat erat dengan gerak-
gerak kehidupan di dunia. Semua gerak kehidupan itu diabstraksikan dan dituangkan ke dalam tari
piring, dalam tari piring gerak-gerak kehidupan tersebut diekspresikan sebagai sesuatu yang indah. Berhubung dengan adanya unsur “indah” pada sesuatu itulah
timbul minat dan perhatian manusia, baik pada benda mati maupun pada benda hidup untuk menikmatinya. Dalam ungkapan Minangkabau dinyatakan dengan
condong mato ka nan rancak, condong salera ka nan lamak memandang sesuatu cenderung ke yang indah atau cantik, menikmati makanan cenderung pada yang
enak.
3.3 Fungsi dan Penggunaan Tari Piring
Bagi masyarakat Minangkabau, tari piring adalah salah satu aspek terpenting dari kehidupan sosiokultural mereka. Tari Piring disajikan pada
kegiatan-kegiatan atau upacara-upacara tertentu seperti upacara pengangkatan penghulu, pesta perkawinan, penyambutan tamu dan lain-lain yang berfungsi
sebagai hiburan. Selain itu tari piring juga memiliki fungsi yang lain seperti sebagai pengungkapan ekspresi emosi, penghayatan estetis, perlambangan,
pengintegrasian masyarakat dan kesinambungan kebudayaan.
Universitas Sumatera Utara
78 Constantinescu Giurchescu, 2001:110-111 mengungkapkan bahwa :
“A dance-text is not only a choreographic structure, but a “frame- function” that relates a certain social interaction to a certain
structure of dance elements, in accordance with a given type of communication: folklore, ritual, art, educational, political, etc.”
Sebuah tarian-teks tidak hanya struktur koreografi, tapi kerangka- fungsi yang berhubungan dengan interaksi sosial tertentu untuk
suatu struktur tertentu elemen tari, sesuai dengan jenis tertentu dari komunikasi: cerita rakyat, ritual, seni, pendidikan, politik , dll
Pada konteks ini sebuah pertunjukkan tari tradisi, misalnya tari Alang Suntiang Pangulu di nagari Pandai Sikek, tari Luambek di Padang Pariaman, dan
tari piring yang ada hampir di setiap nagari merupakan suatu pertunjukan yang berhubungan dengan kepentingan seseorang atau kelompok tertentu sesuai dengan
aktivitas kehidupan mereka, terutama yang berkaitan dengan berbagai pelaksanaan upacara adat. Upacara-upacara adat yang dimaksud seperti upacara
pengangkatan penghulu, pesta perkawinan dan khitanan. Dalam konteks itu, kepentingan tersebut akan berkaitan dengan penggunaan dan fungsi di tengah-
tengah masyarakat secara umum. Menurut Merriam 1964:210 berbicara tentang penggunaan musik, maka
hal tersebut menunjuk kepada kebiasaan musik dipergunakan dalam masyarakat, yaitu sebagai praktek yang biasa dilakukan atau sebagai bagian dari pelaksanaan
upacara adat istiadat, baik ditinju dari aktivitas itu sendiri atau kaitanya dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Selanjutnya Merriam 1964:201 menjelaskan sebagai
berikut : “Music is used in certain situations and becomes a part of them,
but it may or may not also have a deeper functions. If the lover uses song to woom his love, the functions of such music may be
analyzed as the continuity and pertuation of the biological group. When the supplicant user music to approach his god, he is
Universitas Sumatera Utara
79 employing a particular mecahanism in prayer organinized ritual,
ceremonial acts. …employed in human action; “function” concern the reason for its employment and particulary the broader purpose
which in serves.” Musik digunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bagian dari mereka, tetapi mungkin atau tidak mungkin
juga memiliki fungsi yang lebih dalam. Jika kekasih menggunakan lagu cintanya, fungsi musik tersebut dapat dianalisis sebagai
kontinuitas dan persuasi dari kelompok biologis. Ketika musik pengguna pemohon untuk mendekati Tuhan, ia juga menggunakan
mekanisme tertentu dalam doa diselenggarakan ritual, seremonial. ... Digunakan dalam tindakan manusia; Fungsi keprihatinan
alasan untuk pekerjaan dan khususnya tujuan yang lebih luas yang di servis
Menurut Merriam musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bagian darinya, tetapi keberadaannya dapat atau tidak dapat menjadi fungsi yang
lebih dalam. Merriam dalam pendapatnya tersebut memberikan contoh, jika seseorang menggunakan nyanyian untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti
itu dapat dianalisis sebagai kontinuitas dan kesinambungan kelompok biologis keturunan. Jika seseorang menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan, maka dia menggunakan suatu mekanisme tersebut dalam hubungannya dengan mekanisme-mekanisme lain, seperti penari, pembaca doa, ritual yang
terorganisir dan kegiatan-kegiatan seremonial. Penggunaan musik menunjukkan situasi musik dipakai dalam kegiatan
manusia; sedangkan “fungsi” memperhatikan pada sebab yang ditimbulkan pemakainya, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jaug dari apa yang
dilayaninya. Berkaitan dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa “kegunaan” dalam musik adalah menunjuk kepada cara-cara bagaimana dan dalam situasi apa
musik itu dipakaikan bagi masyarakat manusia, baik sebagai aktivitas tersendiri maupun berama-sama dengan aktivitas-aktivitas yang lain, dengan kata lain
Universitas Sumatera Utara
80 bahwa kegunaan musik hanya terbatas pada konteks, seperti untuk upacara adat,
perkawinan, pariwisata dan upacara adat lainny dalam pengertian ini dibicarakan, untuk apa musik itu digunakan.
Sementara itu “fungsi” dalam musik adalah mengapa musik itu digunakan dan secara khusus maksudnya lebih luas dari sajian musik itu sendiri, artinya
fungsi lebih ditekankan kepada sebab yang ditimbulkan dari penggunaan musik tersebut.
Sehubungan dengan kegunaan musik, Merriam 1964:217 membaginya berdasarkan kategori unsur-unsur budaya yang dikemukakan Herkovits seperti 1
kebudayan material; 2 lembaga sosial; 3 manusia dan alam; 4 estetika; dan 5 bahasa.
Untuk memahami fungsi musik dalam kehidupan manusia Merriam 1964:219-226 mengajukan sepuluh fungsi yang secara universal mungkin
ditemukan disetiap kebudayaan suku bangsa di dunia, dan fungsi-fungsi itu adalah sebagai berikut: 1 pengungkapan emosional; 2 penghayatan estetis; 3
hiburan; 4 komunikasi; 5 perlambangan; 6 reaksi jasmani; 7 yang berkaitan dengan norma-norma sosial; 8 pengesahan lembaga-lembaga sosial dan upacara
agama; 9 kesinambungan budaya; 10 pengintegrasian masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan Merriam bahwa musik memiliki sepuluh
fungsi, dalam konteks ini dipergunakan enam fungsi yang berkaitan langsung dengan keberadaan tari piring di Kota Medan.
Fungsi pengungkapan ekspresi emosi, pada dasarnya tari berfungsi sebagai media ekspresi bagi manusia yang mungkin diungkapkan melalui gerak
Universitas Sumatera Utara
81 saja, akan tetapi hampir semua tarian ditemukan bahwa dalam pertunjukkan tari
selalu diiringi dengan musik. Artinya dalam pertunjukkan tari hubungan kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan karena masing-masingnya saling bekerja sama,
apakah sebagai pasangan atau sebagai pengiring. Namun demikian untuk pengungkapan emosi terfokus pada gerak tarinya, karena seperti telah diketahui
media tari adalah gerak. Gerak-gerak yang dibawakan dalam tari merupakan wahana ekspresi bagi
penari dalam mengungkapkan peristiwa-peritiwa kehidupan sosial, penari tidak hanya dituntut terampil dalam membawakan gerak akan tetapi ia juga harus
mampu dan paham dengan apa yang diinginkan oleh tari itu sendiri. Bagi penari yang berkemampuan baik dan berpengalaman ia senantiasa akan menyentuh
perasaan penontonnya dan memberikan hiburan pada penontonnya. Fungsi tari sebagai pengungkapan ekspresi emosi, dapatlah dikatakan
bahwa ekspresi emosi dalam pertunjukkan tari piring dituangkan ke dalam setiap rangkaian gerak-gerak tari yang terdapat pada tari piring.
Kesan ekspresi itu dapat diketahui melalui demonstrasi gerak tari yang aktraktif yang dibawakan oleh para penari, seperti pada gerak mainjak piriang
menginjak piring dengan irama atau tempo yang sedang, kesan ekspresi yang ditimbulkan ketidaksopanan manusia atau kurangnya penghargaan manusia pada
sesuatu yang memberi manfaat. Akan tetapi makna yang terdapat dari gerak tersebut adalah suatu kehati-hatian, kongkritnya bahwa gerak tersebut
melambangkan seorang penghulu yang bijaksana dalam mencari penyelesaian masalah, dan diumpamakan seperti maelo rambuik dalam tapuang, rambuik indak
Universitas Sumatera Utara
82 putuih, tapuang indak taserak menarik rambut dalam tepung, rambut tidak putus,
tepung tidak terserak LKAAM:147. Kemampuan penari memahami gerakan tari piring dan menyalurkan pesan
yang terdapat pada gerak tari piring kepada penontonnya termasuk dalam fungsi penghayatan estetis yang dimanifestasikan dalam bentuk gerak dan fungsi hiburan
kepada penonton sebagai suatu pertunjukan. Merujuk pada pendapat yang dikemukakan Susan K. Langer 1988:14-15
bahwa kesenian atau karya seni adalah suatu bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat sensasi ataupun pencitraan, dan apa yang diekspresikan adalah
perasaan. Kata “perasaan” harus dipergunakan di sini dalam pengertian yang lebih luas, maksudnya sesuatu yang bisa dirasakan, dari sensasi fisik, derita hati
maupun kesenangan, kegairahan dan ketenangan, sebagian emosi yang paling kompleks, tekanan pikiran, ataupun sifat-sifat perasaan yang tetap terkait dalam
kehidupan manusia. Fungsi perlambang dalam pertunjukan tari piring berlaku pada bentuk
ritual yang terkait dengan penyelenggaraan pertunjukan tari piring, fungsi tari piring sebagai perlambangan dapat dilihat pada pertunjukkannya dalam salah satu
upacara adat yaitu pada upacara penobatan pengulu dan upacara perkawinan. Upacara penobatan pengulu yang dalam konteks Kota Medan diartikan
sebagai penobatan atau pengangkatan seorang tokoh masyarakat Minang yang mewakili keberadaan masyarakat Minangkabau didaerah perantauan.
Seperti yang telah dijelaskan Daryusti 1995:48-49 bahwa upacara pengangkatan pengulu adalah upacara untuk memperkenalkan seseorang yang
Universitas Sumatera Utara
83 memakai gelar kebesaran kaumnya kepada khayalak. Upacara ini diadakan di
rumah gadang rumah adat dan merupakan upacara adat terbesar di Minangkabau. Besarnya upacara ini bergantung pada kemampuan keluarga kaum
yang mengadakan acara tersebut. Syarat yang utama pada upacara ini adalah penyembelihan seekor kerbau dan penyajian Tari Piring.
Bagi masyarakat Minangkabau kerbau merupakan harta yang sangat dimuliakan, dalam artian bahwa kerbau merupakan hewan yang memiliki
tingkatan paling tinggi daripada hewan piaraan lainnya, karena tingkatannya itulah maka kerbau kemudian dapat melambangkan status sosial pemiliknya
dengan semakin banyak kerbau dimiliki, maka semakin tinggilah status sosial pemiliknya.
Mengutip tulisan Dada Meuraxa 1974:388 yang menyebutkan bahwa orang Minangkabau sangat memuliakan kerbau sehingga atap rumahnya meniru
lengkungan tanduk kerbau. Bahkan, selendang adat Minangkabau pun dibuat seperti tanduk kerbau, yang dikenal dengan nama tikuluak tanduak.
Makna yang tersirat dari penyembelihan kerbau dalam penyelenggaraan upacara pengangkatan pengulu ini adalah tanduak ditanam, dagiang dilapah dan
kuah dikacau tanduk ditanam, daging dimakan, dan kuah dikacau, maksudnya “tanduk ditanam” adalah agar pengulu yang baru diangkat dapat membuang sifat-
sifat yang buruk yang mungkin melukai orang lain. “Daging dimakan” maknanya daging dimakan dan tulang dibuang artinya dalam diri seorang pengulu harus
mempunyai sifat yang baik dan membuang sifat yang kurang baik. “Kuah dikacau” mengibaratkan agar seorang pengulu pandai mempergunakan sesuatunya
Universitas Sumatera Utara
84 menurut sifat dan keadaannya. Selanjutnya, daging kerbau yang sudah digulai
tanpa memakai santan mengibaratkan indak lamak karano santan, indak kuniang karano kunyik tidak enak karena santan, tidak kuning karena kunyit, artinya
kebesaran seorang pengulu bukan disebabkan oleh orang lain, melainkan dating dari dirinya sendiri.
Puncak acara dari upacara pengangkatan pengulu yaitu pada saat pangulu duduk di tempat yang telah disediakan atau yang disebut juga dengan palaminan
pelaminan, lalu di depannya ditampilkan pertunjukan tari piring yang disajikan oleh para penari sebanyak sepuluh orang dengan formasi berpasangan dan
dipertunjukkan secara susul menyusul artinya setiap penampilan tari piring disajikan oleh dua orang penari laki-laki setelah dua orang penari tersebut selesai
disusul oleh dua orang penari berikutnya, penampilan tari piring di sini berfungsi sebagai lambang kebesaran dari pengulu tersebut.
Fungsi pengintegrasian masyarakat dalam konteks tari piring diartikan sebagai fungsi yang melekat pada tari piring sebagai suatu proses penyatuan
masyarakat dalam lingkup seni tari tari piring, masyarakat sebagai penonton dan penari tari piring berkaitan sebagai sarana pembelajaran tradisi melalui wujud tari
piring. Berkaitan dengan fungsi pengintegrasian masyarakat terdapat fungsi
kesinambungan budaya dimana kesinambungan budaya dimanifestasikan dalam bentuk pertunjukan tari piring, pertunjukan tari piring sebagai media
penyebarluasan kemampuan terhadap nilai tradisi Minangkabau serta menjaga keberlangsungan nilai tradisi melalui tari piring di daerah perantauan yaitu Kota
Universitas Sumatera Utara
85 Medan.
Fungsi pengesahan terhadap lembaga sosial dalam hal ini diartikan sebagai bentuk pengesahan akan adanya lembaga sosial masyarakat Minangkabau di
daerah perantauan melalui pertunjukan tari piring dalam melegitimasi keberadaan lembaga sosial masyarakat dan juga keberadaan masyarakat Minangkabau di Kota
Medan.
3.4. Musik Pada Tari Piring