98 Proses komodifikasi yang terjadi pada pertunjukan tari piring di Kota
Medan dilakukan oleh seniman penari, penata gerak tari dan masyarakat Minangkabau di Kota Medan.
Komodifikasi tari piring di Kota Medan meliputi komodifikasi gerak tari piring, pakaian penari, musik pengiring pertunjukan tari piring hingga pada
komodifikasi bentuk pertunjukan tari piring. Bab ini akan menjelaskan secara lebih lanjut mengenai komodifikasi yang terjadi terhadap keberadaan tari piring di
Kota Medan.
4.1 Komodifikasi Gerak
Gerakan tari piring sebagaimana telah dideskripsikan sebelumnya, terdapat setidaknya tiga belas gerakan dasar tari piring yang dimulai dari gerak
persembahan pembuka dan diakhiri dengan gerakan sembah penutup.
Gambar 12 Gerakan sambah pembuka yang diperagakan oleh penari sanggar Tri Arga
Universitas Sumatera Utara
99
Gambar 13 Gerakan sambah penutup yang diperagakan oleh penari sanggar Tri Arga
Gerakan tari piring dalam pertunjukan di Kota Medan mengalami proses komodifikasi gerak yang dipengaruhi oleh beberapa alasan, diantaranya
kebutuhan penari, permintaan atas pertunjukan dan penyesuaian penciptaan reka gerak tari.
Komodifikasi terhadap gerak tari piring yang disebabkan oleh kebutuhan penari diungkapkan oleh Raihan 28 Tahun yang mengatakan :
“Sebetulnya gerak tari piring itu ada susunannya, tapi ketika pertunjukan ada gerakan yang tidak ditarikan dan ada juga gerakan
tambahan ... biasanya gerakan-gerakan yang tidak ditarikan karena waktu pentas terbatas, kalau gerakan tambahan itu bagian dari
improvisasi.”
Pernyataan informan ini memberikan gambaran bahwa komodifikasi gerak tari piring dilakukan oleh penari dan penata gerak tari piring dikarenakan
keterbatasan waktu pertunjukan, sedangkan kemunculan gerakan tambahan diluar
Universitas Sumatera Utara
100 gerak dasar tari piring dikarenakan adanya keinginan penari dan penata gerak tari
untuk mengekspresikan ide mengenai gerak. Lebih lanjut, Raihan 28 Tahun mengatakan bahwa :
“Sampai saat ini, perubahan gerak tari piring dapat diterima oleh penonton, mungkin karena tidak semua penonton memiliki
kemampuan tari dan mungkin juga dapat dianggap sebagai kebebasan penari untuk mengartikan gerak sesuai dengan
kemampuan dan ide mereka.”
Keterangan informan mengenai proses komodifikasi tari piring di Kota Medan juga didukung oleh pendapat penari tari piring yang secara langsung
menarikan dan berhadapan dengan penonton, Olla Marnita 28 Tahun seorang penari tari piring mengungkapkan :
“Di sanggar kami diajarkan tari piring, tapi ada yang bentuk tradisi ada yang bentuk baru ... kalau bentuk tradisi ya yang seperti itu,
gerakannya sudah ada pakemnya kalo yang baru biasanya sekedar menambah gerakan atau merubah gerakan yang tradisi agar lebih
menarik.”
Perubahan terhadap gerak tari piring di Kota Medan dilakukan sebagai suatu bentuk strategi terhadap pertunjukan tari piring agar lebih menarik dan juga
menambah nilai terhadap gerak tari piring, Raihan 28 Tahun seorang penari dan juga penata gerak tari piring mengatakan bahwa :
“Perubahan tari piring yang aku buat karena pada awalnya aku juga pernah ikut di beberapa sanggar tari piring, di sanggar-sanggar itu
gerakan tari piring pada dasarnya sama tapi ada perbedaan sikit di gerakan tangan, karena itu sekarang aku gabungkan beberapa
gerakan itu sekalian aku tambahin beberapa gerakan biar lebih bagus.”
Proses komodifikasi terhadap gerak tari piring juga menjadi perhatian masyarakat Minangkabau, Lukman Hakim seorang individu masyarakat
Minangkabau menuturkan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
101 “Memang sekarang ini sudah jarang tari piring yang asli, kan ini di
perantauan jadi wajar kalau ada perubahan gerak tari piring ... saya lihat tari piring di Medan lebih ke hiburan kalaupun ada yang asli
hanya di acara terbatas.”
Gerakan tari piring yang telah mengalami proses komodifikasi dan digolongkan sebagai tari kreasi memiliki peluang tampil lebih banyak daripada
pertunjukan tari piring tradisi, Hendri 30 Tahun mengatakan : “Grup tari ini masih sangat tradisional, oleh karena itu sering sekali
kalah saing dengan sanggar-sanggar tari lain yang memiliki banyak gerakan-gerakan tari kreasi yang lebih laku dipasaran, misalnya
pada sanggar tari lain tarifnya lima juta keatas kalau kami lima juta ke bawah. Akan tetapi jika orang yang paham betul budaya Minang
dan mencintai tradisi pasti lebih senang tari piring kami. Kalau sanggar lain menarikan tari piring diatas kaca menggunakan
porselen yang pecah akan tetapi tumpul, kalau kami menggunakan pecahan-pecahan botol kaca yg masih tajam”.
Gambar 14 Pecahan botol kaca yang digunakan IKSA pada pertunjukan tari piring
Universitas Sumatera Utara
102 Komodifikasi gerak tari piring di Kota Medan terjadi pada acara-acara
yang bersifat hiburan sehingga penari dan penata tari memiliki keleluasaan dalam melakukan perubahan gerak tari piring, gerak tari piring dengan nilai ritual
dipertunjukkan pada bentuk acara terbatas sehingga dapat dikatakan bahwa proses komodifikasi serta tari piring tradisi berjalan beriringan hingga saat ini.
4.2 Komodifikasi Pakaian