Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

16

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tulisan ini mendeskripsikan mengenai Komodifikasi pada Tari Piring dan bagaimana pengaruh globalisasi terhadap tari piring, serta bagaimana fungsi dan penggunaan tari piring pada masyarakat Minangkabau di Kota Medan pada era globalisasi saat sekarang ini. Komodifikasi yang dimaksud ialah cara-cara yang dilakukan oleh penari dalam menciptakan gerakan-gerakan pada tari piring untuk dipasarkan, dikembangkan dan dikemas secara apik dan lebih komersial agar menarik minat para penikmatnya konsumen. Proses komodifikasi dilihat melalui sanggar sebagai sarana pembentuknya. Komodifikasi terjadi karena adanya pengaruh dari globalisasi. Globalisasi mengakibatkan semakin pudarnya batas-batas wilayah dalam konteks negara- bangsa yang akhirnya semakin menguatkan identitas. Saat ini dunia sedang berkembang dalam segala aspeknya, begitu juga dengan kebudayaan begitu mudah menjalar dan bercampur menembus batas wilayah, saat itulah identitas menjadi sesuatu yang paling dicari. Hal ini dapat dilihat bahwa Kota Medan memiliki beragam etnik. Salah satu etnik yang ada di Kota Medan yakni etnik Minangkabau. Etnik Minangkabau merupakan etnik yang secara administratif wilayah kulturalnya berada di Sumatera Barat. Meskipun sekarang zaman telah berubah, dan kebudayaan semakin universal dalam naungan dunia yang global, etnik Minangkabau tidak begitu saja melepaskan identitas budayanya, yang Universitas Sumatera Utara 17 sekaligus sebagai jati diri mereka. Tari Piring merupakan salah satu kesenian yang menunjukkan identitas masyarakat Minangkabau. Di tengah kuatnya arus globalisasi agar bisa tetap bertahan tari piring mengalami banyak perubahan-perubahan yakni, dalam gerakan, pakaian, musik serta penggunaannya. Tari piring merupakan tarian tradisi yang berakar pada kebudayaan Minangkabau. Sekilas tari piring juga menggambarkan penggunaan material piring sebagai bagian dari gerakan dalam tarian. Dalam perkembangan saat ini, tari piring telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Perubahan dalam bentuk penyesuaian maupun perubahan secara keseluruhan yang bertujuan memberikan ruang bagi tari piring dalam kehidupan saat ini. Untuk dapat menjelaskan tari piring secara menyeluruh, maka perlu kiranya penjelasan mengenai tari piring dalam konteks sejarah dan bentuk serta kebudayaan yang menaunginya. Dalam hal ini penjelasan akan dimulai dengan sejarah tari piring yang disertai dengan bentuk dan nilai-nilai kebudayaan Minangkabau yang terangkum dalam pertunjukan tari piring. Tari Piring atau dalam bahasa setempat disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu bentuk seni tari tradisonal di daerah Minangkabau yang dipercaya berasal dari Kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama, piring-piring tersebut dipergunakan dengan cara diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur pada tangan kiri dan kanan penari, gerakan tarian ini juga mensyaratkan piring tidak boleh terlepas dari genggaman tangan. Universitas Sumatera Utara 18 Menurut wikipedia secara sejarah, tari piring dipengaruhi oleh kejayaan kerajaan Pagaruyung, yang berkuasa di wilayah Minangkabau pada abad ke 14. Tari ini merupakan bentuk ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa yang dipengaruhi oleh bentuk kepercayaan lama atas hasil panen yang melimpah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring dan melangkah membawa piring tersebut dengan gerakan-gerakan tertentu 1 Setelah masuknya pengaruh agama Islam ke daerah Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai bentuk ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada bentuk acara-acara yang bersifat hiburan. Hal ini disebabkan pengaruh agama Islam yang kuat dan menghindari bentuk ritual yang dianggap tidak sesuai dengan nilai ajaran Islam . 2 “In addition to the pre-Muslim and Muslim strata, a third musical layer is found in the Minangkabau area, especially along the coast; it incorporates the partially Westernized Malay songs called lagu Minang moderen modern Minangkabau songs, set to poetic texts and generally accompanied by biola violins, guitars, rabana, and drums. They are frequently used to accompany dances, such as the happy tari lilin, the gay tari piring plate or saucer . Keterkaitan antara tari piring dalam kebudayaan Minangkabau dengan masuknya pengaruh agama Islam merupakan catatan penting tersendiri. Hal ini terdapat dalam pendapat Kartomi 1983 :116 yang menuliskan bahwa : 1 “Tari Piring” http:id.wikipedia.orgwikiTari_Piring diakses pada 20 Mei 2013 2 “Etnis Minangkabau” http:indrayuda.blogspot.com201105performing-arts.html diakses pada 1 Juni Universitas Sumatera Utara 19 dance, sometimes with candles attached to the plates, and the sad love dance tari slendang scarf dance.” Selain strata pra- Muslim dan Muslim, lapisan musik ketiga ditemukan di daerah Minangkabau, terutama di sepanjang pantai; menggabungkan lagu- lagu Melayu sebagian kebarat-baratan yang disebut moderen lagu Minang Minangkabau lagu yang modern, set ke teks puitis dan umumnya disertai oleh Biola biola, gitar, Rabana, dan drum. Mereka sering digunakan untuk mengiringi tarian, seperti tari lilin bahagia, gay tari Piring piring atau tari piring, kadang-kadang dengan lilin yang melekat pada piring, dan sedih tari tarian cinta slendang syal tari. Gerakan tari piring secara umum adalah dengan meletakkan dua buah piring di atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan- gerakan tangan dan kaki yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke lantai dan kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring tersebut. Tarian ini diiringi oleh kelompok musik yang memainkan alat musik ritmis Talempong dan alat musik melodis Saluang. Jumlah penari biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Tari piring juga merupakan bentuk yang merepresentasikan kebudayaan Minangkabau secara luas dan juga bentuk interkoneksi dalam tubuh manusia, setidaknya hal ini merunut pada pendapat Mason 2008:191 yang mengatakan bahwa : “Tari Piring, an iconic dance of the Minangkabau people from West Sumatera, as an example to demonstrate how these diverse art forms can provide doorways into how the processes of the embodied brain are intertwined with society, culture and the environment. Tari Piring, tari ikon masyarakat Minangkabau dari Sumatera Barat, sebagai contoh untuk menunjukkan bagaimana bentuk seni yang beragam ini dapat memberikan pintu ke bagaimana proses otak diwujudkan terjalin dengan masyarakat, Universitas Sumatera Utara 20 budaya dan lingkungan. Tari Piring merupakan sebuah simbol masyarakat Minangkabau. Gerak dalam tari piring didasarkan pada langkah-langkah yang terdapat pada gerakan Silat atau Silek. Silek adalah seni bela diri yang dilatih oleh masyarakat Minangkabau. Langkah-langkah itu dikembangkan dengan menghiasi gerakan tangan menggunakan piring. Menurut masyarakat Minangkabau, berlatih keseimbangan tari piring sama dengan melatih tenaga dalam yang terdapat dalam Silat atau Silek. Tari piring dalam lintasan sejarah perkembangannya memiliki gerakan- gerakan yang bersifat tidak terbuka dalam artian gerakan tari piring tertutup bagi individu di luar Minangkabau. Hal ini dipengaruhi oleh gerakan tari piring yang berdasar pada gerak bela diri Silek. Sekarang ini tari piring sudah berkembang dalam beberapa jenis pertunjukan, sehingga gerakan-gerakan tari piring lebih terbuka. Gerakan-gerakan yang lebih terbuka ini juga bernilai sebagai aspek yang menarik dan hiburan bagi masyarakat. Selain itu, proses perubahan dalam tari piring juga terjadi pada musik yang mengiringinya, setidaknya hal ini semakin menambah kuat nilai hiburan yang terdapat dalam tari piring. Perubahan yang terjadi pada tari piring memberikan gambaran bahwa kedekatan secara hiburan telah membawa pengaruh yang besar dalam pertunjukan tari piring yang dipengaruhi gerak tari piring yang mengalami perubahan dan menjauh dari gerak dasar Silek 3 Perubahan dalam konteks tari piring tidak hanya terjadi dalam bentuk . 3 “Tari Piring”, Op.Cit., hal. 2 Universitas Sumatera Utara 21 hiburan lokal, melainkan juga bentuk perubahan yang disebabkan oleh perpindahan tempat, proses migrasi atau perpindahan masyarakat Minangkabau ke daerah lain turut serta membawa nilai adat budaya Minangkabau dan pada proses selanjutnya, migrasi tersebut juga merubah nilai adat budaya Minangkabau yang menyesuaikan bentuk dan fungsinya pada keadaan lingkungan setempat. Proses perubahan adalah bentuk yang umum terjadi pada kehidupan. Perubahan juga dapat dianggap sebagai bentuk dinamis dalam suatu kebudayaan. Dalam hal ini tari piring juga merupakan bentuk dinamis yang menyesuaikan bentuknya dalam kehidupan masyarakat Minangkabau di Kota Medan. Penelitian menjelaskan bagaimana proses komodifikasi yang dilakukan pada Tari Piring di Kota Medan agar tari piring yang merupakan kesenian bagi masyarakat Minangkabau dapat tetap bertahan di era globalisasi ini, serta bagaimana perubahan fungsi dan penggunaan tari piring pada masyarakat Minangkabau di Kota Medan.

1.2. Tinjauan Pustaka