27 lagi lainnya. Dalam hal ini penulis akan melihat simbol-simbol melalui gerakan-
gerakan pada tari piring, pakaian yang digunakan, serta musik yang dilantunkan pada tari piring.
Brunner 1986:23 mengatakan bahwa kegiatan seni memerlukan pertunjukan sebagai suatu bentuk usaha evaluasi terhadap kegiatan tersebut dan
juga sebagai bentuk penyampaian atau komunikasi kepada masyarakat lainnya.
1.2.4. Globalisasi dan Perubahan
Globalisasi adalah suatu kata yang lazim dipergunakan saat ini untuk mengatakan bentuk perubahan yang terjadi dalam hal menjadikan suatu budaya
menjadi mendunia, atau dengan kata lain globalisasi adalah bentuk budaya yang dapat diterima secara umum didunia.
Proses menuju global atau mendunia, setidaknya harus memenuhi beberapa unsur yang disebutkan oleh Appadurai 1996:33, yaitu :1. ethnoscapes,
2. mediascapes, 3. technoscapes, 4. financescapes dan 5. ideoscapes. Sehingga dalam hal ini suatu hal menjadi bentuk global ketika telah mencapai cakupan etno,
media, teknik, keuangan dan ideologi. Dalam skala yang kecil, proses globalisasi setidaknya dapat ditandai
dengan adanya usaha perpindahan masyarakat atau migrasi dari suatu wilayah menuju wilayah lain dan turut membawa serta nilai adat budayanya, proses
perpindahan tersebut juga melakukan usaha penyesuaian nilai adat budaya pada daerah setempat.
Rodriguez 2007:4 menyatakan bahwa : “there is a tight relationship between the symbolic dimension of
Universitas Sumatera Utara
28 human displacement and the construction of a new political space
where transcultural interaction as a result of global movements operates as a critical tool in regard to both migratory and
identitary politics.” ada hubungan erat antara dimensi simbolik dari perpindahan manusia dan pembangunan ruang politik baru di
mana interaksi lintas budaya sebagai akibat dari gerakan global yang beroperasi sebagai alat yang penting dalam hal politik baik
bermigrasi dan identitas politik.
Dalam konteks penelitian ini, tari piring merupakan bagian dari usaha global yang membawa dimensi simbolik masyarakat pendukungnya berupa nilai
tradisi dan budaya Minangkabau pada daerah perantauannya dan membangun ruang identitas politis atas nilai tradisi budaya Minangkabau sebagai suatu usaha
mempertahankan identitas dalam kompleksitas budaya. Secara lebih mendalam Mosquera 1994 mengatakan bahwa saat ini
seluruh indvidu manusia hidup dalam dunia komunikasi dan pertukaran, dimana globalisasi merupakan bentuk imajiner yang menghubungkan antara satu hal
dengan hal lain dalam satu kesatuan jaringan. Berbicara mengenai perubahan juga turut memperbincangkan mengenai
otentikasi yang merujuk pada usaha menghadirkan suatu bentuk “keaslian” namun tidak dalam konteks waktu, tempat dan keadaan sesungguhnya, yang pada
awalnya bertujuan menghindari benturan antara kegiatan ritual dan seni dengan kondisi sosial, kultural dan agama. Dalam perjalanan waktu, proses otentikasi
terhadap nilai budaya tidak dapat menjadi suatu ukuran dalam melihat suatu bentuk kebudayaan yang berada diluar wilayah kebudayaannya, sehingga untuk
melihat hal tersebut diperlukan pemahaman mengenai komodifikasi. Kahn dalam Maunati, 2004:24 memberi gambaran mengenai konstruksi
identitas menjadi suatu hal yang umum, identitas budaya dibangun berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
29 seperangkat kepercayaan dan bersifat secara organik serta memiliki keterbatasan.
Hal ini membuka ruang kebebasan dalam merefleksikan identitas yang disesuaikan dengan kondisi tertentu.
Proses komodikasi terhadap keberadaan tari piring di Kota Medan juga sebagai bentuk usaha yang disebut Auge 1995:45 bahwa bahasa identitas
ekspresi seni harus dipertahankan dari ancaman dari dalam maupun luar lingkaran etnik untuk menjadikannya tetap berarti dan memiliki nilai bagi
masyarakat etnik tersebut. Dalam hal ini, penari atau pencipta tari di Kota Medan melakukan komodifikasi dalam bentuk gerakan, pakaian yang digunakan,
serta musik yang dilantunkan agar tari piring tetap bertahan dan mengikuti pasar sehingga dapat menarik bagi penikmatnya konsumen yang merupakan etnis
Minangkabau di Kota Medan sehingga budaya Minangkabau senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan globalisasi. Oleh karena itu saat ini keberadaan
kesenian sebagai bagian dari kebudayaan masih tetap bertahan sebagai identitas budaya masyarakat atau suku bangsa Minangkabau di daerah rantau yaitu Kota
Medan.
1.3. Perumusan Masalah