Tansa Tasa Tambur Tambua

88 Gambar 6 Pupuik Batang Padi

3.4.3. Tansa Tasa

Tansa atau sebahagian masyarakat menyebutnya Tasa adalah alat musik yang terbuat dari bejana aluminium dengan diameter 14 Inchi, yang ditutupi dengan kulit Drumband berukuran 14 Inchi juga. Pada awal nya Tansa ini terbuat dari bejana tanah dengan memakai kulit kijang atau kulit anak kambing sebagai penutupnya yang dikencangkan memakai tali rotan dengan anyaman yang sedemikian rupa. Bejana yang bagus dahulunya didatangkan dari Aceh. Cara pemakaian dari Tansa ini adalah dipukul sambil berdiri dengan memakai dua batang rotan berukuran panjang sekitar 50 Cm, semakin kecil diameter rotan semakin bagus dan nyaring suara Tansa yang dihasilkan. Tansa ini Universitas Sumatera Utara 89 tidak berdiri sendiri, merupakan satu kesatuan dari alat kesenian Tambur Tambua, sehingga didalam pemakaian nya harus sejalan. 10 Gambar 7 Tasa dan alat pemukulnya

3.4.4. Tambur Tambua

Gandang Tambua berbentuk tabung dengan bahan kayu dengan dua permukaan kulit. Gandang Tambua dimainkan dengan cara disandang pada salah satu bahu oleh pemain dalam posisi berdiri dengan menggunakan dua panokok tambua, semacam stik yang terbuat dari bahan kayu. Permainan musik yang diusung oleh masyarakat Pariaman ini telah memberi warna tersendiri dalam kesenian Minang. Selain komposisi musiknya yang memprovokasi dan bercirikhas kesenian ini memiliki keunikan dalam 10 “Alat Musik Tansa” http:ranah-maninjau.blogspot.com201209kesenian-tansa.html diakses pada 20 Mei 2014 Universitas Sumatera Utara 90 memainkannya. Gandang Tambua Tasa dimainkan oleh 7 tujuh orang pemain yang terbagi menjadi 6 enam, pemain gandang tambua dan 1 satu orang pemain tasa. Gandang Tasa berperan sebagai intro pembuka sebelum Gandang tambua dimainkan. Gandang Tasa juga menjadi penyambung dalam peralihan lagu, menentukan durasi lagu, dan secara keseluruhan Gandang Tasa merupakan komando dari kesenian ini. Gambar 8 Tambur yang tersusun di depan gedung BM3 Dalam hal ini, menurut Anthony Reid alat-alat musik yang digunakan oleh masyarakat tradisional adalah alat-alat yang terdapat dilingkungan masyarakat itu berada dan mudah untuk mendapatkan dan menjangkaunya, alat-alat seperti ini ditemukan pada kalangan masyarakat atau rakyat yang berada di Asia Tenggara Reid, 1992:151. Adapun lagu yang dimainkan dengan iringan alat musik tersebut adalah lagu siamang tegagau. Universitas Sumatera Utara 91 Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari piring secara sederhana adalah dengan pukulan alat musik rebana dan gong. Bunyi yang dihasilkan oleh pukulan gong memiliki arti penting karena akan menjadi panduan kepada para penari untuk menentukan langkah dan gerak tari piringnya. Pada kebiasaannya, kumpulan pemusik rebana yang mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi tanggungjawab untuk mengiringi persembahan tari piring. Namun, dalam keadaan tertentu tari piring boleh juga diiringi oleh alat musik lain seperti talempong dan gendang. 3.4.5. Saluang Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Saluang merupakan jenis alat musik tiup yang terbuat dari bambu tipis atau talang. Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai. Gambar 9 Saluang Universitas Sumatera Utara 92 Alat ini termasuk dari golongan alat musik tiup atau aerophone, secara organologis cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lamang lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau. Menurut penuturan salah seorang pemusik tradisi Minang, yaitu Indra 50 Tahun mengatakan bahwa : “Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar dan mempengaruhi gaya permainan saluang hingga saat ini dalam pertunjukan tari piring” Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus, teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok menyisihkan napas. Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memilki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu, sedangkan ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok. Dahulu, kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi 11 11 Hubungan mantera dengan Nabi Daud dimungkinkan karena adanya pengaruh ajaran agama Islam dalam kebudayaan Minangkabau. Sejarah Nabi Daud juga menceritakan mengenai kehidupan Nabi Daud yang dilingkupi oleh kegiatan seni, dimana Nabi Daud diceritakan Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Universitas Sumatera Utara 93 Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan seterusnya.

3.5 Pakaian dan Peralatan Pada Tari Piring