keseluruhan dimana pemilik proyek biasanya memiliki keinginan-keinginan spesifik terhadap hasil desain akhir yang disesuaikan dengan anggaran pemilik
proyek tersebut. Masalah yang sering dihadapi dalam implementasi proyek adalah
perubahan rancangan sering kali dilakukan akibat permintaan klien yang disesuaikan dengan kondisi finansial yang dimiliki klien. Hal ini sering
memperlambat waktu penyelesaian proyek. Namun dengan dengan sikap profesionalisme yang dimiliki perancang, maka masalah tersebut dapat diatasi.
5.2 Saran
Usaha Pemerintah Daerah Purwokerto dalam mengalihfungsikan lahan bekas terminal Purwokerto menjadi taman kota adalah usaha yang baik, yang
patut dicontoh oleh pemerintah kota yang lain. Pembagian proyek menjadi 3 tahap adalah usaha pemerintah yang cukup baik dalam menekan anggaran pemerintah
namun tetap memperhatikan nilai desain. Hanya saja masalah pembagian proyek menjadi 3 tahapan sebaiknya dibicarakan pada awal pendiskusian tender yang
terjadi antara pihak owner dengan pihak konsultan agar waktu penyelesaiaan proyek tidak tertunda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pemanfaatan Taman Kota. http:www.ecoton.co.id
[20 Nov 2009].
Andriana D. 2007. Taman Kota Untuk Siapa? http: www.deniborin.multly.com
. [21 Nov 2009].
Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26. Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta.
Carpenter PL, Walker TD and Lanphear FO. 1975. Plant in The Lanskap. San Francisco: W.H. Freeman and Co. 481 p.
David S, Huntington L and Key R. 1994. The Complete Book Of Garden Design, Construction, and Planting. Singapore: Kyodo Printing Co. 256 p.
De Chiara J and Koppelman LE. 1982. Standar Perencanaan Tapak Terjemahan. Jakarta: Erlangga. 375 p.
Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun Garden City bernuansa Hutan Kota. Bogor: IPB press. 226 p.
Departemen Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.
Jakarta. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2006. RTH Sebagai Unsur Utama Tata
Ruang Kota. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Gallion AB dan Eisner S.1994. Pengantar Perancangan Kota Terjemahan.
Jakarta: Erlangga. 304 hal. Hill, WF.1995. Landscape Handbook for The Tropics. New York: Packard
Publishing. 406 p Hack G. 1988. Physical Planning and Urban Desaign. Di dalam: Catanese, A.J.
and J.C. Snyder eds.. Urban Planning. McGraw-Hill, Inc.p.187-219. Hakim R. 1991. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. Jakarta: Bumi
Aksara. 162 hal. Harris CW dan Dines NT. 1988. Time Saver Standar for Landscape Architecture:
Design and Construction Data. New York: Mc Graw-Hill Book Co. 960 p. Ingels JE. 2004. Landscaping Principles and Practising 6 th Edition. New York:
Delmar Publishers. 426 p. Kraus RG dan Curtis JE. 1982. Creative Management in Recreational and Parks.
Edisi Ketiga. London : The C.V. Mosby Company. Laurie M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan Terjemahan.
Bandung: Intermatra. 133 hal. Porteus JD. 1977. Environment and Behavior: Planning and Everyday Urban Life.
Colombia: Addison-Wesley Publishing Company. 130 p.
Raine J. 2005. Garden Lighting. Jakarta: Gramedia Majalah. 127 hal. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York : Mc Graw-Hill Co. 331.p.
Scarlet QQ. 2008. Ruang Terbuka Hijau RTH Taman. http:id.shvoong.com. [10 Jan 2010].
Sulistyantara B. 2006. Taman Rumah Tinggal. Jakarta: Penebar Swadaya. 187 hal.
Zubir I. 2009. Ruang Terbuka Hijau dan Peraturan Lanskap Kota. http: wordpress.com. [9 Jan 2009].
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Alokasi Fasilitas dan Daya Dukung Zona Penerima Taman Kota Purwokerto
NO RUANG
FASILITAS STANDAR
KEBUTUHAN RUANG
JUMLAH LUAS
m
2
DAYA DUKUNG
1. Gerbang
Primer dan
Sekunder Pintu Gerbang
kendaraan Pintu Gerbang
pedestrian Loket Tiket
Pos Jaga Railing antrian
Bollard Plaza
Toilet Pagar
perimeter -
- 0.53 m2org
0.53 m2org -
- 0.53 m2org
1.44 m2 -
1 1
2 2
5
12 4
4 1
14 m1 13 m1
3.5 5.4
10 m1 -
40 8
550 m1
- -
2 org 2 org
- -
300 org 4 org
- 2.
Entry Statement
Water feature Main signage
Lawn Special
Lighting -
- 3 m2org
- 1
1 1
21 121
7.7 60
- -
- 20 org
- 3.
Visitor Center
272 m
2
Lobby penerima
Mushola Toilet
0.53 m2org 1
1 4
Pemba gian
Luas sesuai
kebutu han
- -
-
4. Ruang
Pengelola Kantor
Pengelola Jalur
kendaraan turfpave
0.53 m2org Lebar 6 m
1 1
sda 560
- -
5. Parkir
Lapangan Parkir motor
Lapangan Parkir Mobil
Tempat Parkir BusTruk
Ticket Security booth
2 m2motor 25 m2mobil
50 m2bus 1.35 m2
- -
- 1
304 836
5.4 15
70 unit 52 unit
3 unit 6 org
Menurut : Harris and Dines 1988; Chiara dan Koppelman1990.
Lampiran 2. Tabel Alokasi Fasilitas dan Daya Dukung Fungsi Rekreasi Taman Kota Purwokerto
NO ZONA
RUANG FASILITAS
STANDAR KEBUTUHAN
RUANG JUMLAH
LUAS m
2
DAYA DUKUNG
org
1. Hiburan
Entertainment Stage
Panggung pertunjukan
Kanopi Plaza
3 m2org -
0.53 m2org 1
1 1
443 -
300 148
- 500
Open Lawn Lawn
Sistem drainase
subsoil Lampu Sorot
3 m2 -
- 1
1
2 1500
- -
500 -
- Open Plaza
Plaza Bangku
taman Lampu Sorot
Sunbrella 0.53 m2org
1 unit2 org -
1 Unit4 org -
6 2
10 1540
- -
- 2910
12 -
40 2.
Rekreasi Children Playground
Lawn Children
playground equipment
3 m2org -
8 186.5
- 40
21
Waterplay Rubber mat
Waterplay equipment
Ruang Ganti Toilet
3 m2org -
1.44 m2 1.44 m2
1 3
5 5
174 -
8 8
50 8
5 5
Flying Fox Flying Fox
Tower Flying Fox
Equipment Lawn
- -
3 m2org 2
3 1
36 -
170 6
3 50
Skate Corner Concrete
Skate plat Grafitti Wall
3 m2org 1 unit 8 org
- 1
2 1
330 -
- 100
16 -
Park Connector
Jalur pedestrian
Jalur sepeda Lampu
taman Bangku
1.2 m 2.4 m
Per 10 m
1 unit2 org
1 1
73
28
435 843.5
- -
- -
-
56
Lanjutan Lampiran 2.
NO ZONA
RUANG FASILITAS
STANDAR KEBUTUHAN
RUANG JUMLAH
LUAS m
2
DAYA DUKUNG
org
3. Olahraga
Fitness Corner
Lawn Fitness
equipment Reflexology
Path 3m2org
- 1.2 m
- 6
1 50
- 16
10 6
3 4.
Komersial Ruang Komersial
Kios batik Kios suvenir
Pujasera Kios bunga
Outdoor cafe
Sunbrella 0.53 m2org
0.53 m2org 7.065 m2meja
0.53 m2org 7.065 m2meja
1 unit 4 org Sesuai
kebutuhan 24
3 6
15 Sesuai
kebutuha n 120
82 105
- -
- 17
155 15
60
5. Servis
Ruang Servis
Gudang Ruang
pompa TPS
Tempat Penampunga
n Sementara
Gardu Listrik
Min 18 m2 -
3.5x7 m2 1
1 1
1 18
43 16
42 -
2 -
-
Menurut : Harris and Dines 1988; Chiara dan Koppelman1990.
Lampiran 3. Tabel Alokasi Fasilitas dan Daya Dukung Zona Pendidikan Taman Kota Purwokerto
NO RUANG
FASILITAS STANDAR
KEBUTUHAN RUANG
JUMLAH LUAS
m
2
DAYA DUKUNG
1. Arboretum
Koleksi tegakan
pohon Papan
interpretasi Jalur
Pedestrian Green
Perimeter -
- 1.2 m
- 321
Sesuai Kebutuhan
- -
- -
- -
- -
- -
2. Taman
Lalu Lintas
Jalur jalan Papan
interpretasi Lampu
taman 1.2 m
- 10
- Sesuai
Kebutuhan 3
400 -
- -
- -
Menurut : Harris and Dines 1988; Chiara dan Koppelman1990.
DESAIN TAMAN KOTA PURWOKERTO
DIAN HARPI SARI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan suatu wilayah luas yang padat penduduk yang merupakan pusat bagi kegiatan ekonomi, sosial dan politik Simond, 1983. Perkembangan
kota yang pesat ini akibat perubahan sistem ekonomi, sosial, budaya masyarakat, dan aspek lainnya. Hal ini banyak menimbulkan berbagai permasalahan
lingkungan yang cukup kompleks di daerah perkotaan. Oleh karena itu, perkembangan kota hendaknya diimbangi dengan peningkatan kualitas
lingkungan agar keberlanjutan kehidupan kota tetap terjamin. Salah satu elemen kota yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan adalah lanskap kota.
Lanskap kota pada umumnya berupa taman kota, hutan kota, jalur hijau, dan lainnya. Taman kota city park merupakan ruang terbuka yang menyediakan
sarana rekreasi di areal terbuka outdoor recreation bagi masyarakat perkotaan, baik di dekat ataupun yang relatif agak jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.
Purwokerto merupakan salah satu kota kabupaten yang memiliki rencana untuk meningkatkan kualitas kotanya melalui penataan taman kota. Taman kota
Purwokerto didirikan di atas lahan bekas terminal. Lahan ini tidak lagi difungsikan sebagai terminal karena terminal tersebut dirasa sudah tidak mampu
lagi melayani transportasi yang semakin padat di Kota Purwokerto. Pengelolaan lahan ini kemudian diserahkan kepada Dinas Pertamanan Kota Purwokerto untuk
dialihfungsikan menjadi Ruang Terbuka Hijau RTH. Pengalihfungsian lahan ini sempat menimbulkan pro kontra antara pihak yang menginginkan lahan tersebut
dialihfungsikan menjadi RTH dan pihak yang menginginkan lahan tersebut dialihfungsikan menjadi area komersil. Keputusan pengalihfungsian lahan ini
sebagai RTH pada akhirnya didasarkan atas pertimbangan dimana RTH tersebut dapat menjadi investasi masa depan Kota Purwokerto dalam menahan polusi yang
kemungkinan akan meningkat di masa yang akan datang. Selain itu RTH tersebut diharapkan dapat menjadi tempat sosialisasi, sarana rekreasi, serta sarana edukasi
bagi warga kota. Untuk itu diperlukan sebuah upaya desain taman kota
Purwokerto yang mampu mengakomodasikan fungsi-fungsi tersebut dan sekaligus memperindah Kota Purwokerto.
1.2 Tujuan
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah mempelajari desain Taman Kota Purwokerto yang mampu menyediakan fungsi edukasi,
rekreasi, dan sosialisasi masyarakat kota, serta estetis. Tujuan lainnya adalah: 1.
Mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan desain Taman Kota Purwokerto.
2. Mempelajari dan menganalisa berbagai masalah dan kendala dalam aspek
teknik dan manajemen di studio konsultan lanskap Oemardi_zain serta
berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya. 1.3 Manfaat Magang
Kegiatan magang yang dilakukan di Konsultan Lanskap Oemardi_zain ini diharapkan mempunyai manfaat dalam rangka mengembangkan profesionalisme
diri sebagai mahasiswa arsitektur lanskap dalam berbagai kegiatan praktek perancangan lanskap, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai
teknik perancangan dalam skala yang lebih komplek, menambah pengalaman khususnya dalam aplikasi ilmu yang telah didapat untuk diterapkan di lapang,
serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan studi untuk perbaikan dalam praktek ilmu. Selain itu diharapkan kegiatan magang ini dapat menjalin kerjsama
dan hubungan yang baik antara mahasiswa dengan staf dan manajemen Oemardi_zain.
1.4 Kerangka Pikir
Kerangka pikir pentingnya kegiatan perancangan taman kota yang mampu mengatasi solusi masalah perkotaan pertama-tama didasari atas kebutuhan sebuah
kota terhadap RTH. Perkembangan kota yang saat ini lebih menekankan pada pembangunan ekonomi tanpa menjaga kestabilan lingkungan perkotaan dapat
menurunkan kualitas lingkungan perkotaan. Salah satu cara menjaga kestabilan ini
adalah dengan mengikutsertakan penataan RTH dalam rencana penataan ruang kota. Salah satu bentuk RTH tersebut adalah Taman Kota.
Taman Kota merupakan salah satu alternatif dalam menjaga kestabilan lingkungan perkotaan. Oleh karena itu, dalam mendesain desainer harus dapat
menerapkan berbagai prinsip, metode dan praktek yang sesuai untuk mengatasi masalah lingkungan dan pertumbuhan penduduk kota. Salah satu konsep penataan
suatu kota adalah konsep garden city. Dalam pemanfaatan lahan sebagai garden city, efisiensi lahan harus
diupayakan seoptimal mungkin dan disesuaikan dengan kapasitasdaya dukungnya. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan perencanaan dan desain kota
maupun atribut-atribut kota yang baik, sesuai, aman serta mengembangkan prinsip-prinsip ekologis untuk menjaga kelestarian kota. Secara sistematis
susunan kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Kegiatan Magang
MaterialElemen Kota
Biofisik Kota Hardware
Perencana Desainer Kota
Organoware Pemerintah Kota
Masyarakat Kota Peraturan Daerah
Software
Desain Taman Kota
Taman Kota yang Akomodatif
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lanskap Kota
Simond 1983 menyatakan bahwa lanskap adalah wajah, karakter lahan atau karakter tapak yang merupakan bagian dari muka bumi dengan segala jenis
sifatnya beserta kehidupan yang terdapat di dalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan, manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata
memandang, sejauh indra dapat menangkap dan sejauh imajenasi dapat menjangkau serta membayangkan. Eckbo 1964 berpendapat bahwa lanskap
adalah keseluruhan elemen fisik secara kompleks disuatu area atau daerah. Lanskap secara fisik merupakan hasil interaksi antara manusia dengan alam, baik
sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, sebagai satu kesatuan proses. Kota menurut Hack 1992 merupakan salah satu model lingkungan yang
bersifat ekologis dengan pengertian bahwa kota mencerminkan suatu adaptasi yang sangat rumit melalui usaha dari organisme untuk beradaptasi terhadap
lingkungan yang selalu berubah. Kota merupakan pusat terakumulasinya sumberdaya manusia, oleh karena itu harus di lengkapi dengan fasilitas yang
memadai. Selain itu daya dukung lingkungan harus tetap diperhatikan Dahlan, 2004. Berdasarkan Peraturan Mendagri Nomor 4 Tahun 1980, kota memiliki dua
pengertian, yaitu : 1 suatu daerah yang memiliki batas administratif seperti kotamadya dan kota administratife seperti yang telah dituangkan dalam
perundang-undangan, dan 2 sebagai lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris. Dari sudut pandang arsitektur lanskap, menurut
Simonds 1983 kota adalah suatu bentukan lanskap buatan manusia yang terjadi akibat kegiatan manusia dalam mengelola kepentingan hidupnya, hingga faktor-
faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, ilmu politik, pengetahuan, dan teknologi mempengaruhi perubahan lanskap perkotaan juga akan berkontribusi
terhadap lingkungan fisik kota. Lanskap kota yang ideal adalah kota-kota yang diwujudkan sebagai suatu
seni umum tiga dimensi, serta dalam kerangka pola-pola dan bentuk dari ruang- ruang terbuka yang penuh arti. Lanskap kota tersebut tercermin dalam plaza, alun-
alun, lapangan, gedung dan air mancur seperti yang terdapat pada kota-kota lama di eropa pada abad ke-18 yang masih meninggalkan kesan memikat sampai
sekarang. Ruang-ruang terbuka pada lanskap kota adalah alun-alun, taman kota, plaza, landmarks, stadion, dermaga dan kebun binatang, yang apabila semakin
besar luasannya dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan rekreasi lebih baik daripada yang disediakan oleh taman-taman pada tingkat ketetanggaan dan
lingkungan pemukiman Simon, 1983. Menurut Porteus 1977 mengacu pada Lynch 1962 suatu kota memiliki
elemen-elemen berikut: 1 paths yaitu jalur-jalur yang dapat dilalui seperti jalan, jalur pejalan kaki, jalur kereta api, kanal, sungai, dan yang memiliki hubungan
dengan elemen lainnya; 2 edges adalah suatu elemen yang linear dan bukan merupakan path, biasanya memisahkan dan membatasi dua area yang berlainan,
dapat meliputi, waterfront, jalur kereta api, greenbelt atau blueways yang terdapat di antara dua districk, batas wilayah dan lainnya; 3 districts, adalah wilayah kota
yang berukuran sedang hingga besar hingga memiliki luasan dua dimensi, dapat berupa wilayah pusat kota seperti wilayah pemerintahan, taman rekreasi, ataupun
hutan kota; 4 nodes merupakan suatu titik atau daerah strategis di kota yang dapat dilalui dan dapat berupa titik pertemuan path, simpang jalan, tempat
perubahan dari suatu struktur ke struktur lain seperti pocketpark, serta biasanya memiliki karakter fisik tersendiri; 5 landmark, adalah tipe lain dari suatu point of
interest tapi dalam bentuk objek fisik yang biasanya dapat dilihat dari jauh seperti
gedung, menara, atau gunung. Elemen yang membentuk suatu kota dapat terdiri dari atribut-atribut
penyusun kehidupan yang ada di dalam kota. Elemen-elemen ini saling terkait dan menghasilkan suatu karakter untuk kota itu sendiri. Tiap kota mempunyai karakter
yang berbeda, biasanya karakter ini dilihat dari penyusun yang dominan dan mempunyai pengaruh terbesar. Karakteristik sebuah kota juga dapat dilihat dari
keadaan sosial masyarakatnya, keadaan fisik, aktivitas yang ada di dalamnya termasuk kondisi pertamanannya
2.2 Perencanaan Tata Ruang Kota
Rencana tata ruang wilayah kota merupakan penjabaran strategi dan arah kebijakan pemanfaatan ruang dari tata ruang wilayah nasional dan rencana tata
ruang provinsi. Perencanaan kawasan adalah mengontrol penggunaan lahan dengan zoning batas area yang jelas, misalnya perdagangan, industri,
pemukiman dan pertanian. Dalam usaha perencanaan terhadap suatu kawasan tertentu khusus dari suatu kelompok sosial atau lahan. Pendekatan yang diambil
haruslah efektif sehingga dapat memberikan penyediaan segala bentuk pelayanan dan ruang bagi masyarakat yang berkepentingan terhadap kawasan tersebut
Gallion dan Eisner, 1994 Tata ruang kota pada umumnya terdiri dari ruang terbangun dan terbuka.
Gallion dan Eisner 1994 menjelaskan bahwa ruang dalam kota harus cukup luas, hal tersebut merupakan salah satu yang terutama dan terpenting. Tolak ukur
kapasitas ruang yang memadai adalah cukup untuk menampung bangunan yang dibutuhkan tetapi tidak menghilangkan ruang tersebut. Suatu ruang pada kota
dapat diperhalus apabila digabung dengan penggunaan elemen hard dan digabung dengan elemen soft tanaman.
2.3 Ruang Terbuka Hijau
Menurut Hakim 1991 ruang terbuka hijau kota adalah ruang-ruang yang terdapat di dalam kota, baik berupa koridorjalur ataupun areakawasan sebagai
tempat pergerakanpenghubung dan tempat perhentiantujuan, dimana unsur hijau yang alami dan sifat ruang terbuka lebih dominan.
Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau adalah
ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk areakawasan maupun dalam bentuk area memanjangjalur dimana di dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau
tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
Menurut Dirjen Penataan Ruang 2006, ruang terbuka hijau dibangun untuk memenuhi berbagai fungsi dasar, yang secara umum dibedakan menjadi :
1. Fungsi bio-ekologis fisik, yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara paru-paru kota, pengatur iklim mikro, agar
sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap pengolah polutan media udara, air dan
tanah, serta penahan angin. 2. Fungsi sosial, ekonomi produktif, dan budaya yang mampu menggambarkan
ekspresi budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian.
3. Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, ,memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro halaman rumah, lingkungan pemukiman maupun
makro lansekap kota secara keseluruhan. Mampu menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota. Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif,
seperti: bermain, berolahraga, atau kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan keseimbangan kehidupan fisik dan psikis. Selain itu, dapat
tercipta suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota
pertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur biru bantaran kali.
4. Ekosistem perkotaan : produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun indah, serta bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan
lain-lain. Direktorat Jenderal Penataan Ruang tahun 2006 menyatakan bahwa
penyediaan Ruang Terbuka Hijau RTH dihitung dengan beberapa cara, yakni: 1.
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau RTH Berdasarkan Luas Wilayah RTH di wilayah perkotaan terdiri atas RTH Publik dan RTH Privat. Proporsi
RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30 yang terdiri dari 20 ruang terbuka hijau publik dan 10 terdiri dari ruang terbuka hijau privat
Gambar 2. Proporsi 30 merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan
keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30 dari
luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal. Tipologi ruang terbuka hijau perkotaan menurut Zubir
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tipologi Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Zubir, 2009 2.
Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan
mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku.
3. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan sarana dan prasarana, misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam,
pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak teganggu. RTH kategori ini meliputi: jalur hijau
sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH
TamanPekarangan Rumah, Kebun,dll
Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
Pribadi
Tidak Khusus Linear
Linear -
Jalan Setapak -
Boulevard -
Jalur Sutet -
Pengaman Kali -
Lap.OlahRaga -
Taman Bermain -
Taman Lingkungan -
Taman Kota -
Taman Raya -
Taman Dengan Bangunan
Umum
Khusus -
Taman Rekreasi -
Taman Botani -
Kebun Binatang -
Pemakaman
kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air bakumata air .
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat 2 menetapkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota dan ayat 3 menetapkan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 persen dari luas
wilayah kota.
2.4 Taman Kota
Simonds 1983 menyatakan taman kota adalah taman-taman yang luas di dalam kota yang menyediakan kebutuhan rekreasi bagi penghuni kota citizen.
Termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas yang melengkapi kebutuhan para pengguna misalnya plaza, pusat perbelanjaan, kebun binatang, tempat bersejarah
museum dan lainnya. Selain mengakomodir kebutuhan rekreasi warga kota, fungsi taman kota juga dapat sebagai pelembut kesan keras dari struktur masif
fisik kota, mengurangi tekanan kebisingan, mereduksi udara yang panas dan polusi udara. Taman kota juga dapat membentuk karakter kota dan memberikan
keindahan visual lingkungan kota agar tercipta unity antar ruang. Menurut Perda DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999, taman kota merupakan
bagian dari ruang terbuka hijau yang berdiri sendiri atau terletak di antara batas- batas bangunanprasarana kota lain dengan bentuk teraturtidak teratur yang ditata
secara estetis dengan menggunakan unsur-unsur buatan atau alami, baik berupa vegetasi maupun material-material pelengkap lain yang berfungsi sebagai fasilitas
pelayanan warga kota dalam berinteraksi sosial. Secara umum, taman kota mempunyai dua unsur perpaduan, baik buatan maupun alami dengan
menggunakan material pelengkap, dan secara spesifik terdiri dari unsur hijau, yaitu : pepohonan yang ditata secara soliter dengan menonjolkan nilai estetikanya,
perhimpunan tanaman perdu, dan hamparan rerumputan yang teratur, sehingga membentuk kesatuan kesan pandang keindahan wajah kota terkecil.
Taman kota biasanya merupakan transisi antara perkembangan kota dan daerah pedesaan, yang terletak di luar konsentrasi penduduk. Taman kota
dibentuk sebagai penyekat hijau untuk memisahkan berbagai penggunaan lahan dalam kota Gallion dan Eisner, 1994.
Menurut Scarlet 2008 jenis taman terbagi menjadi 2 yaitu: taman aktif, yang memiliki fungsi sebagai tempat bermain dengan dilengkapi elemen-elemen
pendukung taman bermain, dan taman pasif yang hanya dilengkapi elemen estetis saja hingga pada umumnya untuk menjaga keindahan taman diberikan pagar
sebagai pengaman. Adapun nilai utama yang harus dimiliki taman publik agar menjadi taman publik yang baik menurut Scarlet 2008 adalah: taman yang
responsive, taman ini diatur dan didesain untuk melayani kebutuhan pemakainya. Taman yang demokratis, taman bersifat melindungi hak-hak pemakainya dalam
artian taman ini dapat dipakai oleh semua kelompok dan memberikan kebebasan kepada penggunanya untuk melakukan semua keinginannya dengan tetap
memperhatikan norma yang berlaku sehingga tidak mengganggu kebebasan orang lain. Dan Taman yang memiliki makna, taman ini memiliki hubungan yang kuat
dengan pemakainya hingga membuat penggunanya selalu ingin berkunjung. Scarlet 2008 juga menyatakan bahwa kualitas taman publik dapat dilihat
dari segi fisik dan non fisik. Kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas fisik antara lain: 1 ukuran, penyediaan sarana harus mengikuti standar
ukuran yang berlaku; 2 kelengkapan sarana elemen pendukung; 3 desain, dapat menunjang fungsi serta aktifitas di dalamnya; dan 4 kondisi, kondisi suatu
sarana lingkungan akan menentukan kualitas yang ada. Kondisi sarana yang baik akan menunjang kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dalam menggunakan
taman publik. Sedangkan kriteria untuk melihat kualitas non fisik adalah sebagi berikut: 1 kenyamanan; 2 keamanan dan keselamatan; 3 kemudahan
pelayanan dan akses transportasi. Taman kota memiliki fungsi yang signifikan. Secara umum, taman kota
memiliki tiga fungsi yang antara satu dan yang lain memiliki keterkaitan, diantaranya fungsi ekologis, estetika dan fungsi sosial. Fungsi ekologis
memposisikan taman kota sebagai penyerap dari berbagai polusi yang diakibatkan oleh aktivitas penduduk, separti meredam kebisingan maupun yang paling
signifikan adalah menyerap kelebihan CO
2
, untuk kemudian dikembalikan menjadi oksigen O
2
. Selain menghasilkan oksigen, pohon juga berperan besar
dalam menetralisir udara, dimana secara fisiologis tumbuhan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi logam berat seperti Cu tembaga, Zn seng,
Cd cadmium, Pb timbattimah hitam, dan Mn mangan, yang digunakan sebagai katalisator reaksi metabolisme dan berperan pada pembentukan organ
tumbuhan Anonim,
2009. Dalam fungsi ekologis ini, taman kota juga menjadi tempat untuk
melestarikan berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Pelestarian ini, selain untuk mempertahankan jenis-jenis tumbuhan dan hewan dari kepunahan, juga untuk
menyeimbangkan kehidupan itu sendiri. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara manusia, hewan dan tumbuhan yang saling terhubung dan saling
mendukung satu sama lain bila hubungan berjalan dengan baik dan benar Anonim,
2009. Fungsi yang kedua adalah fungsi estetis, taman kota dapat mempercantik
lanskap sebuah kota. Apalagi dengan mempertahankan keaslian lanskap kota tersebut, hingga dapat menjadi ciri khas suatu kota. Fungsi yang terakhir adalah
fungsi sosial, dimana taman kota menjadi tempat berbagai aktifitas sosial seperti berolahraga, rekreasi, diskusi, dan lain-lain. Fungsi ini pada dasarnya menjadi
kebutuhan warga kota sendiri yang secara naluri membutuhkan ruang terbuka untuk bersosialisasi sekaligus menyerap energi alam
Andriana, 2007 .
Kondisi kota yang semarak, indah, sejuk, dan nyaman dapat tercipta, jika taman yang ada dapat dibangun di banyak tempat. Selain hasilnya dinikmati
penduduk kota, juga akan meninggalkan citra yang baik bagi kota tersebut. Dahlan, 2004.
2.5 Desain Taman Kota
Menurut Simonds 1983, perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna,
dan kualitas lain. Semuanya dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik sehingga ruang dapat memberikan
dampak yang
berbeda pada
psikologis manusia,
tergantung pada
pengorganisasiannya seperti keriangan, ketegangan, gerakan, keheningan dan perenungan.
Proses disain membantu arsitek lanskap untuk mencapai disain tapak total yang secara keseluruhan memanfaatkan seluruh elemen disain untuk memenuhi
kebutuhan proyek seefisien dan seestetis mungkin. Menurut Simonds 1983, tanaman dipilih sebagai alternatif terbaik terhadap kondisi lingkungan yang ada.
Disain penanaman terbaik didapatkan dengan memadukan ilmu pengetahuan dan seni yang pada akhirnya disain lanskap yang baik adalah apakah pengguna atau
pengunjung merasa nyaman berada di dalamnya dan apakah ruang tersebut dapat digunakan seperti yang diinginkan.
Simonds 1983 juga menyatakan bahwa perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume
atau ruang. Setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi
sedangkan pemikiran secara tiga dimensi membawa manusia ke dalam dunia perancangan. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan
sehingga semua elemen yang banyak variasinya ini menjadi kesatuan yang harmonis. Simonds, 1983.
Sulistyantara 2006 menyatakan bahwa elemen perancangan terdiri atas titik, garis, bentuk, warna, tekstur, aroma, motif, gaya, ragam, suara, ruang, serta
waktu. Titik, merupakan unsur perancangan yang paling awal diperhatikan. Keberadaan elemen atau unsur titik yang berdiri sendiri dalam suatu ruangan akan
menarik perhatian. Namun apabila terjadi pengulangan terhadap titik maka akan menghilangkanmengurangi perhatian. Elemen titik dapat dimanfaatkan sebagai
vocal point . Garis, diperoleh dari penghubungan dua atau lebih titik. Dengan
adanya unsur garis pandangan orang akan dibawa sesuai arah garis yang mengarah pada sasaran tertentu. Garis juga dapat menjadi batas pandangan. Pada
umumnya garis dibagi atas dua tipe garis lurus geometrik dan garis lengkung organik. Sementara itu garis lurus dibedakan atas garis vertikal, garis horizontal,
dan garis diagonal. Unsur ke tiga adalah bentuk yang merupakan pengembangan lebih lanjut
dari garis. Bentuk dapat dibuat bentuk lurus segiempat, kotak, bentuk bersudut segitiga, segilima,piramid, atau bentuk lengkung lingkaran, silinder, kerucut.
Ekspresi yang dimunculkan oleh bentuk ditentukan oleh garis pembentuknya,
yaitu garis lurus vertikal, diagonal, horizontal, lengkung , atau kombinasi. Warna, Pemahaman akan sifat dan kesan warna sangat penting untuk mendapatkan hasil
desain yang baik. Kita dapat menonjolkan elemen taman dengan memainkan warna elemen tersebut. Bentuk dan warna suatu elemen taman terkandung secara
integral, menyatu dan menyeluruh. Tekstur, menunjukkan karakter halus atau kasarnya permukaan elemen taman. Intensitas warna dapat dipengaruhi oleh
tekstur. Dalam warna yang sama, tekstur yang lebih lembut akan menampakkan intensitas warna lebih kuat daripada kasar Sulistyantara, 2006.
Aroma merupakan salah satu unsur yang sering luput dari perhatian para perancang. Motifgaya, merupakan susunan elemen, baik dua dimensi ataupun
tiga dimensi, yang membentuk kesatuan pola atau ragam tertentu. Tatanan elemen dalam suatu ruangan pun merupakan motif atau disebut juga gaya. Motif memiliki
arah gerak sehingga penempatannya harus sejalan dengan irama ruangan. Pemakaian motif yang tidak sama secara berlebihan akan mengacaukan suasana.
Dalam pembuatan desain, suara juga merupakan elemen yang penting. Suara dapat dibedakan menjadi suara yang mengganggu dan suara yang tidak
mengganggu. Belakangan ini suara alami dibangkitkan dengan mendesain taman yang diisi dengan sumber suara tersebut, bahkan ada yang sengaja direkam
menggunakan tape recorder. Pada akhirnya, unsur perancangan yang baik harus juga meliputi elemen ruang dan waktu. Ruang yang dimaksud adalah suatu tempat
yang terbentuk oleh adanya jarak antar benda. Pengaturan ruang dalam taman merupakan tujuan dalam mencapai nilai estetis dan nilai fungsi suatu taman.
Massa pengisi ruang hendaknya dikelompokkan sehingga tercipta ruang dan massa yang proporsional Sulistyantara, 2006.
Suatu rancangan taman yang baik tidak hanya dapat diwijudkan oleh unsur perancangan saja. Diperlukan adanya pedoman yang digunakan untuk
mengatur dan mengkreasikan elemen taman dengan keragaman elemen desainnya. Pedoman ini seringkali disebut juga sebagai prinsip desain. Prinsip desain
meliputi beberapa aspek antara lain: tema, keseimbangan, skala, irama, dan titik perhatian Sulistyantara, 2006.
Tema merupakan unsur pemersatu. Tujuan dari tema ini adalah mewujudkan karakter taman yang akan dibuat. Tema dapat diperoleh dengan cara
melakukan repetisi terhadap unsur desain. Prinsip desain kedua adalah keseimbangan. Prinsip keseimbangan, perlu diterapkan agar tidak terjadi titik
ketimpangan pandangan dalam keindahan taman. Kesimbangan dapat ditetapkan dengan pola simetris formal maupun asimetris informal. Warna dan tekstur
juga mempengaruhi bobot visual, tekstur yang kasar memiliki bobot visual yang lebih tinggi Sulistyantara, 2006.
Prinsip desain ketiga adalah skala. Skala menunjukkan perbandingan antara ukuran eleman taman dan bangunan, atau ruang dengan suatu elemen
tertentu yang ukurannya sesuai bagi manusia. Skala yang tepat dapat dinikmati nyaman bagi manusia. Prinsip selanjutnya adalah irama. Dalam menikmati karya
taman, mata dapat diturutkan agar bergerak sesuai dengan irama tertentu. Artinya, munculnya penglihatan pada suatu objek dalam taman tidak muncul dengan tiba-
tiba. Irama dalam perancangan dapat memecah kemonotonan. Kesan adanya irama dapat diusahakan dengan menggunakan pola garis kontinue, perulangan,
gradasi, dan radiasi. Prinsip terakhir adalah titik perhatian. Titik perhatian dapat menggugah semangat, menghidupkan suasana, dan mendobrak kejenuhan
Sulistyantara, 2006.
2.6 Proses Desain
Proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap menurut Simonds 1983 terdiri atas Commision, Research, Analysis, Synthesis,
Construction , dan Operation. Commision adalah tahap dimana klien menyatakan
keinginankebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam suatu perjanjian kerja. Research merupakan tahap pengumpulaninventarisasi data. Analysis
merupakan tahap menganalisis tapak, melakukan pengkajian terhadap peraturan pemerintah, ketentuan standar, potensi dan standar serta membuat program
pengembangan tapak. Synthesis merupakan tahap analisis perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan konsolidasi, membuat studi skematik atas
alternatif-alternatif yang kemudian dituangkan dalam ide konsep, serta menentukan metode pelaksanaan. Construction merupakan tahap pelaksanaan
dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi dan pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup
pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuain dan perbaikan serta observasi penampakan.
Landscaping adalah industri yang bergerak dibidang jasa yang melayani
orang dengan cara membentuk lingkungan dimana mereka hidup, bekerja, bermain atau hanya untuk menghabiskan waktu. Landscaper dapat melayani klien
sipil, perusahaan, maupun pemerintah. Mereka dapat bekerja sebagai seorang ahli, pekerja paruh waktu, bekerjasama dalam suatu perusahaan yang besar atau
perusahaan lain yang memiliki bidang yang sama Ingels, 2004. Prosedur perancangan menurut Hill 1995 terdiri dari sepuluh tahap, yaitu:
1. Terms of Engagement
Ingels 2004 mengemukakan bahwa kontrak adalah perjanjian yang umumnya dilakukan antara dua kepentingan, yang menjabarkan jenis
pelayanan atau material yang akan disediakan, kemudian sebagai imbalannya adalah penyelesaiaan pembayaran atau jenis kompensasi yang lain. Ketika
menerima surat konfirmasi keinginan agar suatu proyek telah diterima, perancang dapat mengajukan syarat agar kontrak segera dibuat dan
ditandatangani Hill, 1995. Perancang konsultan harus menyimpan surat kontrak dengan sangat hati-hati sebagai dokumen yang legal. Sistem ganti rugi
juga harus dibuat dengan sistem yang profesional, berdasarkan tingkat pekerjaan yang dilakukan perancang dan skala pelayanan yang ditawarkan.
2. Batas Kewenangan
Pembuatan batasan kewenangan sangatlah penting, hal ini dilakukan untuk mengetahui orang-orang yang berhubungan dengan proyek yang
dijalankan Hill, 1995. Menurut Ingels 2004 suatu proyek lanskap akan melibatkan klien dan tenaga ahli yang berkaitan dengan bidangnya, seperti
arsitek, insinyur sipil, arsitek lanskap atau perancang, perusahaan kontraktor lanskap, perusahaan pemeliharaan dan pemasok material. Klien adalah
seseorang atau perusahaan yang memiliki proyek, menyediakan kebutuhan finansial dari proyek tersebut Ingels, 2004. Kontraktor adalah pihak yang
bekerja untuk klien dalam suatu kontrak atau wakil dari klien. Sedangkan sub kontraktor adalah kontraktor yang disewa oleh kontraktor utama untuk
melakukan beberapa porsi pekerjaan proyek. Biasanya subkontraktor
berhubungan langsung dengan kontrator utama bukan dengan klien. Hubungan kontrak untuk proyek yang besar dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan Kontraktual untuk Proyek yang Besar Ingels, 2004 3.
Laporan singkat Brief Brief biasanya berisi pernyataan yang jelas mengenai batas budget,
termasuk faktor pemelihaaan. 4.
Survei Pada tahap survei, catatan dari klien akan ditinjau ulang untuk
mengetahui apakah informasi sederhana yang dibuat telah sesuai dengan proposal yang diajukan. Pada tahap ini juga desainer dapat memberikan saran
tentang diperlukannya perusahaan jasa konsultan lainnya atau untuk menyewa kontraktor spesialis atau beberapa pemasok Hill, 1995.
5. Usulan Proposal
Penyusunan konsep ini dapat membimbing klien agar tidak terjadi pemahaman yang salah dari brifing yang telah dilakukan. Namun tahap ini
dapat dihilangkan jika skema rancangan adalah skema sederhana yang telah dipahami oleh klien dan desainer Hill, 1995.
6. Sketsa Rencana
Setelah konsep
disetujui maka
tahap selanjutnya
adalah mempersiapkan sketsa rencanapola. Kualitas penyajian gambar sketsa
Kontraktor Utama
Grading dan Paving
Kontraktor Kontraktor
Arsitek Lanskap Arsitek
Teknik Sipil Klien
Sub 1 Sub 3
Sub 3 Sub 2
Sub 1 Sub 2
haruslah kualitas tinggi hingga gambar yang dikerjakan memiliki daya jual dihadapan
klien Hill,
1995. Penyajian
yang konseptual
dapat menginformasikan tentang perkembangan tapak. Hill 1995 menyatakan
bahwa dalam sketsa rencana lokasi sudah ditentukan rencana lokasi elemen- elemen taman di tapak, bangunan dan tata hijau, drainase dan layanan yang
lainnya. Kemudian pembuatan gambar-gambar tersebut juga harus dipahami oleh klien, oleh karena itu gambar-gambar itu harus didukung oleh perspektif
atau permodelan yang baik. 7.
Rencana Akhir Final Scheme Ketika telah terjadi kesepakatan antara klien dan konsultan, dan publik
telah merasa puas dengan rencana yang telah dibuat, serta persiapan persetujuan dari pejabat yang berwenang telah dilakukan, desainer dapat
melanjutkan kembali ke tahap gambar perancangan final Hill, 1995. Hill 1995 juga menyatakan bahwa dalam persiapan rencana, sering kali
timbul suatu kasus dimana klien terinspirasi untuk melakukan pengurangan, penambahan, atau perubahan, desainer harus mampu mengakomodasi
keinginan tersebut. Tetapi setiap perubahan yang terjadi harus disesuaikan dengan penyusunan anggaran biaya. Secara ideal, apabila perancangan final
telah disetujui bersama dan persetujuan tersebut telah dicatat secara formal, maka rencana final tersebut tidak boleh diubah dibekukan.
8. Rincian Details
Setelah rencana final diekukan, maka desainer akan mempersiapkan working drawing
, dimana akan memperlihatkan detil dari setiap pekerjaan konstruksi yang akan dipasang serta memperlihatkan jenis material yang
dipergunakan. Dalam tahapan ini spesifikasi dan anggaran biaya juga dipersiapkan Hill, 1995.
9. Kontrak Contract
Pada tahap ini klien dalam posisi menunjuk kontraktor. Kontraktor dapat dipilih melalui penunjukan langsung atau melalui hasil pengajuan
tawaran hingga tender Hill, 1995.
10. Pelelangan Terbuka Tender
Ketika proses tender akan dilaksanakan, desainer beserta Quantity Surveyor QS, atau teknik sipil dan klien akan mempersiapkan urutan
sejumlah calon kontraktor Hill, 1995. Hill 1995 juga menyatakan bahwa sangat masuk akal apabila meminta calon kontraktor yang mengikuti tender
untuk memberikan contoh-contoh proyek yang telah dilakukan. Ketika mengikuti suatu tender, surat yang menyerupai gambar-gambar dan dokumen
harus memuat tanggal dimana tender tersebut harus diterima. Pada akhirnya, jika kontraktor yang telah terpilih adalah klien yang akan
menandatangani kontrak dan yang membayar tagihannya, sedangkan desainer lanskap, QS dan insinyur sipil hanya bisa memberikan saran-saran Hill, 1995.
2.7 Tanaman Lanskap Kota
Carpenter et al.,1975 mengemukakan bahwa kehadiran tanaman di lingkungan perkotaan dapat memberikan suasana yang alami. Tanaman dalam
lanskap merupakan salah satu elemen utama yang memiliki fungsi tertentu dalam lanskap kota, baik secara individu maupun kelompok dalam penanamannya, serta
dapat memberi kesan yang berbeda-beda jika dilihat dari jarak yang berbeda-beda pula. Pada jarak yang dekat, daun, batang pohon dan cabang-cabang dapat dilihat
dengan jelas. Jika dilihat pada jarak menengah, puncak-puncak pohon terlihat membentuk suatu garis. Jarak ini merupakan bagian yang penting dalam lanskap
karena memberikan kesan kedalaman yang kuat, perubahan secara halus dalam pencahayaan dan perspektif. Bila dilihat dari jarak jauh, kontur dari puncak-
puncak pohon tidak dapat dinikmati, biasanya pada jarak ini pohon digunakan sebagai latar belakang.
Menurut Hakim 1991, pemilihan jenis tanaman dalam suatu perancangan adalah suatu seni dan juga menyangkut ilmu pengetahuan. Dikatakan seni karena
menyangkut elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur dan kualitas desain yang berubah karena dipengaruhi iklim, usia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman tergantung pada fungsi tanaman yang disesuaikan dengan tujuan perancangan dan peletakan tanaman yang disesuaikan
dengan tujuan dan fungsi tanaman.
Menurut Carpenter et al.,1975 Kriteria pemilihan tanaman kota sebenarnya hampir sama dengan penggunaan untuk situasi lanskap yang lain,
yakni dipilih tanaman yang; a sesuai dengan kebutuhan dan efek lanskap yang ada b serta mampu beradaptasi dengan lingkungan c dengan tetap
mempertimbangkan karateristik tanaman termasuk ukuran dan bentuk dewasa d dimana tanaman yang dipilih sebisa mungkin membutuhkan perawatan yang
minimal. Perbedaan utama dalam pemilihan tanaman untuk lanskap kota adalah bahwa tanaman harus mampu menghadapi kondisi lingkungan yang tidak
bersahabat. Kondisi lingkungan yang harus ditoleransi oleh tanaman bervariasi antara satu kota dengan kota yang lain. Kondisi ini juga berubah dari tahun ke
tahun. Sering kali suatu tanaman yang pada awalnya cocok dan dapat beradaptasi pada suatu kota menjadi tidak mampu bertoleransi lagi terhadap kondisi kota
akibat perubahan lingkungan kota yang terjadi. Akan lebih mudah apabila pemilihan tanaman didasarkan pada observasi terhadap performa tanaman pada
lokasi terkait. Kondisi lingkungan pada lokasi tersebut harus menjadi pertimbangan utama.
Dahlan 2004 menyatakan beberapa jenis tanaman memiliki kemampuan menyerap zat-zat tertentu, misalnya timbal, CO
2
, serta gas-gas beracun yang lain. Untuk tanaman penyerap timbal terdiri atas beberapa jenis; 1 tanaman yang
mampu menyerap timbal dengan intensitas sedang sampai tinggi adalah: Damar Agatis alba, Mahoni Switenia macrophylla, Jamuju Podocarpus imbricatus,
Pala Mirystica fragrans, Asam Landi Pithecelobium dulce, dan Johar Cassia siamea
, 2 Tanaman yang daya serapnya rendah tetapi tidak peka terhadap pencemaran lingkungan, adalah: Glodokan Polyalthea longifolia, Keben
Baringtonia asiatica dan Tanjung Mimusops elengi, 3 tanaman yang tidak tahan terhadap pencemaran yang dikeluarkan kendaraan bermotor adalah: Daun
Kupu-kupu Bauhinia purpurea dan Kesumba Bixa orellana. Widyastama 1991 menyatakan tanaman yang baik sebagai penyerap gas
CO
2
dan penghasil oksigen adalah Damar Agatis alba, Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea, Lamtoro gung Leucaena leucocephala, akasia Acacia
auriculiformis dan Beringin Ficus benjamina. Sugiharti 1998 telah meneliti
respon fotosintesis dan respirasi tanaman terhadap pencemaran udara. Dari hasil
penelitiannya diperoleh hasil bahwa kaliandra Calliandra sp., Flamboyan Delonix regia, dan kembang merak Caesalpinia pulcherrima merupakan
tanaman yang efektif dalam menyerap gas CO
2
dan sekaligus tanaman tersebut relatif kurang terganggu oleh pencemaran udara.
Dalam penanaman tanaman di sepanjang jalan perkotaan, tanaman difungsikan sebagai visual screen dari pergerakan lampu kendaraan hingga
pengendara merasa lebih nyaman dalam berkendaraan. Keberadaan pepohonan di kawasan perkotaan juga membantu mengurangi cahaya yang menyilaukan dari
paving dan permukaan bangunan. Pepohonan tersebut juga dapat menutupi objek- objek yang tidak diinginkan, misalnya pandangan kearah tempat sampah, kawasan
service dan utilitis, serta tempat penyimpanan alat-alat konstruksi. Penanaman tanaman yang mengkombinasikan antara pepohonan dan semak dapat mengurangi
intensitas kebisingan yang dihasilkan oleh kendaraan maupun alat rumah tangga yang digunakan.
Jenis tanaman endemiklokal yang memiliki keunggulan ekologi, ekonomi, sosial budaya, arsitektural di kota dapat menjadi bahan tanaman utama
penciri Ruang Terbuka Kota, untuk selanjutnya dapat dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman hayati wilayah dan nasional.
2.8 Manajemen Studio
Manajemen perusahaan sangat berhubungan erat dengan tata laksana kerja. Menurut Kraus dan Gurtis 1982, manajemen merupakan suatu proses dari
konsep, teori dan analisis tujuan dimana seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia
secara sistematis, koordinatif dan saling kerja sama. Manajemen sebagai ilmu adalah manajemen berdasarkan teori dan ilmu pengetahuan dimana dalam
pembuatan keputusan dan kebijakan harus berdasarkan data empiris dan prinsip- prinsip yang tepat sedangkan manajemen sebagai seni harus dapat
mempercayakan kemampuan, sensitifitas, intuisi dan aspirasi seseorang, dalam berhubungan satu sama lain haruslah bersifat fleksibel dan responsive terhadap
sifat dan kemampuan seseorang. Penerapan dari suatu ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan merupakan seni.
Menurut Kraus dan Curtis 1982, proses manajemen mencakup empat fungsi utama, yaitu; perencanaan planning, pengorganisasian organizing,
pengaturan directing dan pengawasan controlling.
BAB III METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Magang
Kegiatan magang dilakukan di Oemardi_zain Landscape Consultant, yaitu sebuah studio konsultan lanskap yang berlokasi di Bumi Menteng Asri Blok
BE No. 20, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan magang berlangsung selama 16 minggu, yaitu mulai minggu pertama bulan Maret 2009 hingga minggu keempat bulan Juni
2009. Jadwal harian kegiatan magang adalah hari Senin-Jumat dimulai pukul 09.00-17.30 waktu setempat.
Kegiatan utama dalam pelaksanaan magang ini yaitu mempelajari proses perancangan taman kota Purwoerto yang dilakukan di studio. Proyek ini
merupakan salah satu proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Banyumas, Kota Purwokerto, Jawa Tengah. Gambar tapak eks
terminal dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Peta Lokasi Proyek Taman Kota Purwokerto. www.Banyumaskab.go.id
, 2009
3.2. Metode
Proses studi dilaksanakan dengan cara magang, melalui kegiatan observasi di lapangan dan partisipasi aktif di studio sebagai drafter. Data diperoleh melalui
observasisurvei, wawancara, dan studi pustaka dari buku, laporan dan sumber pustaka lainnya. Ruang lingkup kegiatan perancangan pekerjaan pekerjaan
lanskap yang diikuti dalam magang ini secara umum meliputi proses perencanaan dan perancangan di studio. Secara umum proses perancangan Taman Kota
Purwokerto di Oemardi_zain dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Proses Perancangan Lanskap Taman Kota Puwokerto di Oemardi_zain. Oemardi_Zain, 2009
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh di lapangan melalui observasi, dan data sekunder diperoleh dari owner dan pihak-
pihak yamg terkait dengan studi pustaka Tabel 1.
Tahap 1 Riset dan Analisa
Tahap 2 Konsep Desain
Tahap 3 Final Desain
Tahap 4 Pembuatan Gambar Kerja
Persiapan Persiapan Tender
Pembuatan Proposal dan Konsep Desain
1. Data Survei.
2. Gambar Analisa.
1. Konsep Ruang.
2. Konsep Sirkulasi.
3. Konsep Vegetasi.
4. Konsep Peletakan dan Penataan Site
Furniture.
1. Site Plan.
2. Gambar Potongan.
1. Gambar Potongan.
2. Gambar Detil Konstruksi
3. Denah Penanaman Pohon.
4. Spesifikasi Material.
5. RAB dan BOQ
Tabel 1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Magang
No Aspek
Jenis Bentuk
Sumber 1.
Fisik non
hayati Letak dan Luas
Data primer dan Sekunder
Observasi lapang dan
Studi Pustaka Iklim
Data Sekunder Studi Pustaka
Aksesibilitas Data primer dan
Sekunder Observasi
lapang dan Studi Pustaka
Fasilitas dan
Utilitas Data Sekunder
Studi Pustaka
2. Fisik Hayati
Vegetasi Data primer dan
Sekunder Observasi
lapang dan Studi Pustaka
3. Sosial
Penduduk Kawasan
Data Sekunder Studi Pustaka
Sosial Ekonomi Data Sekunder
Studi Pustaka Sosial Budaya
Data Sekunder Studi Pustaka
4 Kelembagaan
Struktur Organisasi
Data Sekunder Studi Pustaka,
wawancara Sistem Kerja
Data Sekunder Studi Pustaka,
wawancara Tahapan kegiatan magang yang dilakukan di konsultan lanskap
Oemardi_zain meliputi: 1.
Pengenalan Lembaga dan Manajemen Kegiatan ini berupa perkenalan dengan staf Oemardi_zain, pembelajaran
sejarah, latar belakang, struktur organisasi dan sistem kerja konsultan lanskap Oemardi_zain.
2. Pengenalan Sistem Kerja dan Jenis Proyek
Kegiatan ini berupa pengenalan cara kerja konsultan lanskap Oemardi_zain, jenis proyek yang sedang dikerjakan saat mahasiswa melaksanakan studi,
sistem komputerisasi di kantor, serta mempelajari dokumen-dokumen tender yang berkaitan dengan proyek terkait dengan studi mahasiswa.
3. Pengumpulan Data dan Studi Pustaka
Kegiatan ini berupa proses pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan observasi lapang, pengumpulan data dengan cara
ini menghasilkan data-data yang didapat melalui survei tapak secara langsung dan melihat hubungan tapak dengan kawasan sekitar secara visual, dan proses
pengumpulan data yang berasal dari kiriman pihak surveyor, pihak klien ataupun pihak kontraktor selaku pihak yang berhubungan langsung dengan
klien. Selain itu juga dilakukan proses pencarian data melalui pustaka yang akan mendukung proses perancangan
4. Perancangan
Kegiatan ini merupakan kegiatan utama magang, yaitu berupa tahap analisis data inventarisasi untuk menghasilkan konsep perancangan hingga dihasilkan
gambar final. 5.
Pengecekan Gambar Final Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pembuatan gambar
desain. Kegiatan ini dilakukan saat meeting antara pihak konsultan dengan klien. Kegiatan ini akan menghasilkan revisi-revisi terhadap gambar desain
yang telah diserahkan. 6.
Membantu proyek lain Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan saat jeda waktu selesainya
proyek Taman Kota Purwokerto Paket 1. Mahasiswa ikut membantu dalam proses pembuatan gambar final berupa gambar potongan atau gambar detail
pada beberapa proyek yang sedang ditangani, misalnya Proyek Tatar Mayang Sunda Bandung, Gandaria City, Toll Road Toll Kanci, Cirebon.
7. Penyelesaiaan Administasi
Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir yang dilakukan mahasiswa berkaitan dengan waktu magang mahasiswa yang akan berakhir. Saat penyelesaian
administrasi mahasiswa lebih banyak melakukan studi pustaka di kantor untuk menambah refensi dalam pembuatan skripsi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan
Konsultan Lanskap Oemerdi_zain berdiri tahun 2004. Pendiri konsultan lanskap ini adalah bapak Ir Umar Zain dan Ir. Dini Arfianti. Bapak Umar Zain
adalah seorang Sarjana Pertanian lulusan IPB tahun 1994 dengan bidang studi Arsitektur Lanskap. Dengan berbekal pengalaman selama 12 tahun, Bapak Umar
Zain mencoba untuk mendirikan sebuah konsultan yang bergerak dibidang lanskap. Pada awal pendiriannya konsultan laskap ini terdiri atas 2 karyawan. Saat
ini Konsultan lanskap Oemadi_zain telah memiliki 9 karyawan. Pengembangan terus dilakukan oleh konsultan laskap Oemardi_zain, diantaranya dengan
menambah karyawan dengan basis arsitektur agar dapat membuat karya yang lebih variatif dan dapat bersaing dengan konsultan lanskap lainnya.
Konsultan Oemardi_zain belum berupa perusahaan tetapi masih berupa studio. Selain studio yang berada di Bogor, terdapat 2 studio lain yang terdapat di
Surabaya dan Singapore. Bidang pekerjaan konsultan laskap Oemardi_zain meliputi perencanaan dan perancangan kawasan hotel, club, resort, residential,
thema park, civic and comercial park.
4.1.2 Data Umum Perusahaaan
Data umum perusahaan merupakan data yang informasinya dibuka secara umum, data umum perusahaan adalah sebagai berikut :
Nama Perusahaan : Oemardi_zain Landscape Consultant
Asal Negara : Indonesia
Tahun Berdiri : 2004
Alamat : Bumi Menteng Asri blok BE no 2 Bogor
No Telephone : +62 251 8319 664
No Fax : +62 251 8319 664
E-mail : infooemardizain.com
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi konsultan lanskap Oemardi_zain terdiri atas 4 tingkatan. Tingkatan teratas dipegang oleh pemilik konsultan. Dibawah pemilik
konsultan terdapat dua bagian yang secara umum menangani bagian administrasi keuangan dan bagian teknik. Bagian administrasi dan keuangan bertanggung
jawab menangani pembukuan keuangan perusahaan. Bagian teknik bertanggung jawab terhadap pembuatan gambar finishing berupa gambar perspektif yang
dibuat dengan menggunakan program-program tertentu hingga gambar yang dihasilkan dapat mendekati gambar rill yang ingin ditampilkan. Bagian teknik
terdiri atas beberapa arsitek lanskap dan arsitek bangunan. Arsitek lanskap bertugas menuangkan konsep ke dalam gambar kasar yang kemudian akan
disempurnakan oleh drafter. Arsitek bertugas membuat konstruksi bangunan pada landmark
atau sclupture yang digunakan pada desain. Selain itu juga membuat gambaran bentuk bangunan yang akan digunakan untuk menyempurnakan desain
yang ada. Secara skematis susunan organisasi perusahaan adapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Susunan Organisasi Perusahaan
4.1.4 Komunikasi Perusahaan
Komunikasi Perusahaan terdiri atas 2 bagian, yaitu komunikasi internal perusahaan dan komunikasi eksternal perusahaan. Untuk komunikasi internal
yaitu komunikasi yang dilakukan antara staf dengan pimpinan perusahaan yang dilakukan melalui rapat rutin setiap minggu. Dalam pertemuan ini akan dibahas
mengenai jenis proyek yang sedang ditangani, proyek yang akan selesai atau
Bag. Teknik Bag. Admistrasi Keuangan
Principal
Arsitek Lanskap Arsitek Lanskap
Arsitrek Lanskap Arsitek
Arsitek Arsitek Lanskap
Arsitek Lanskap
sudah selesai, deadline proyek, penanggung jawab suatu proyek, dan hal-hal terkait. Komunikasi antar staf perusahaan juga merupakan komunikasi internal
perusahaan, komunikasi ini dapat dilakukan melalui komunikasi langsung maupun dengan local area conection yang terhubung pada semua komputer di
kantor. Dalam komunikasi ini biasanya antar staf akan berkoordinasi mengenai proyek yang sedang dikerjakan bersama. Komunikasi eksternal adalah komunikasi
yang dilakukan antara pihak konsultan dengan klien. Komunikasi ini dilakukan melalui rapat rutin yang telah ditetapkan atas kesepakatan antara kedua belah
pihak. Selain melalui rapat, komunikasi antara klien dan pihak konsultan juga dapat ini dilakukan dengan menggunakan jaringan internet berupa e-mail,
telepon, dan fax.
4.1.5 Studio
Pelaksanaan studio pada Oemardi_zain dilakukan dengan menggunakan sistem komputer komputerisasi. Sistem penggunaan komputer telah terstruktur
dengan baik. Setiap proyek memiliki folder tersendiri yang diberi nama sesuai dengan nama proyek. Di dalam folder tersebut terdapat beberapa folder yang
berisi data-data dan hasil yang telah dibuat, yaitu: 1.
Data, merupakan data yang diperoleh dari owner. Data-data ini termasuk didalamnya base plan, kondisi eksisting, dll.
2. Drawing
, folder ini berisi gambar-gambar yang dibuat sesuai dengan permintaan owner. Pada folder ini terdapat beberapa folder yang diberi nama
sesuai dengan tanggal pembuatan gambar. Semua gambar yang ada pada folder ini adalah gambar dalam format autocad.
3. Dokumentasi, berisi surat-surat yang berkaitan dengan proyek tersebut.
Misalnya RAB, BOQ, proposal, surat kontrak. 4.
Image , folder ini berisi gambar-gambar potongan yang telah diwarnai dengan
menggunakan program photoshop. Selain gambar potongan juga terdapat gambar perspektif dan site plan yang tampilannya telah terlebih dahulu diolah
kembali menggunakan program photoshop.
5. Image Preseden
, pada folder ini terdapat foto-foto elemen lanskap yang dijadikan referensi dalam pembuatan site plan. Foto-foto tersebut meliputi
elemen softscape dan hardscape. 6.
Gambar 3 Dimensi, tidak semua proyek menggunakan gambar 3 dimensi, hal ini disesuaikan dengan permintaan owner. Gambar yang terdapat pada folder
ini adalah gambar perspektif 3 dimensi yang dibuat dengan menggunakan program skech up yang kemudian diperhalus dengan menggunakan program
photoshop .
7. Laporan, adalah folder yang berisi powerpoint yang akan dipresentasikan pada
owner .
4.1.6 Aplikasi Teknologi Informasi
Secara umum pada Oemardi_zain, hasil output dari sistem komputerisasi berupa print gambar AutoCad yang akan diberikan kepada klien maupun
kontraktor. Kertas yang digunakan umumnya adalah kertas berukuran A3. Selain Autocad
, terdapat pula hasil akhir berupa gambar photoshop dan 3Dmax. Hasil akhir photoshop biasanya digunakan sebagai ilustrasi gambar perspektif dan
potongan, untuk 3dmax biasanya digunakan sebagai gambar 3 dimensi secara keseluruhan atas dasar permintaan klien.
Untuk mendukung kinerja dan efisiensi yang baik konsultan laskap Oemardi_zain didukung oleh penggunaan peralatan yang cukup lengkap,
peralatan tersebut secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Peralatan yang dimiliki Konsultan Lanskap Oemardi_zain.
Peralatan Jumlah buah
Kegunaan PC Personal Computer.
Plotter Scanner
UPSUnit Power System Kamera Digital
10 3
1 4
2 Menunjang pembuatan gambar kerja.
Print gambar ukuran A3 dan A4. Scan gambar sebagai image presedent
Backup data pada komputer
Alat bantu inventarisasi tapak
Setiap komputer yang digunakan oleh masing-masing staf terhubung dengan jaringan LAN hingga peletakan data proyek dapat diketahui oleh
setiap pegawai. Selain itu setiap komputer terhubung dengan jaringan internet hingga mempermudah hubungan antara pegawai, klien dan pimpinan.
Selain peralatan, jenis software yang digunakan oleh konsultan lanskap Oemardi_zain cukup beragam. Beragam jenis software yang digunakan
memiliki kegunaan masing-masing dalam mendukung kinerja pegawai Oemardi_zain. Beragam jenis software yang digunakan berikut kegunaannya
dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis Software yang Digunakan Oemardi_Zain dan Kegunaannya.
Nama Software Kegunaan
Adobe Photoshop CS2 Adobe Acrobat Reader
AutoCAD 2004 dan 2005 3D Studio Max
Google Earth Google Sketch Up
Microsoft Office 2003 Yahoo Massenger
3D dan Animasi
Dokumentasi CAD Drawing
3D Rendering Map Searching
3D Rendering Dokumentasi
Komunikasi Internal Karyawan
4.1.7 Prosedur Pekerjaan Proyek
Proses dalam mendapatkan proyek pada konsultan Oemerdi_zain terdiri atas 3 cara, yaitu: melalui tender desain, penunjukan langsung, dan rekomendasi.
Tender desain dilakukan apabila konsultan sudah cukup dikenal kemudian diundang oleh pemilik proyek owner. Kemudian pihak konsultan memberikan
proposal dan konsep yang kemudian dipresentasikan kepada pemilik proyek owner. Pada umumnya tender desain diikuti beberapa konsultan yang bersaing
mendapatkan tender melalui konsep yang ditawarkan. Penunjukan langsung dilakukan jika owner dan pihak konsultan telah
saling mengenal. Mirip seperti tender desain, hanya saja pihak konsultan yang diundang tidak memiliki saingan dari konsultan lain. Calon klien dapat mencari
pembanding jika tidak puas terhadap hasil presentasi konsep yang telah dilakukan. Secara umum tahap yang harus dilalui untuk mendapatkan pekerjaan proyek
melalui tender desain dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Tahapan dalam Pekerjaan Proyek. Rekomendasi dilakukan eks-klien dari konsultan yang sedang mengadakan
kerjasama dengan perusahaan lain yang membutuhkan jasa konsultan. Umumnya rekomendasi dilakukan apabila eks-klien merasa sangat puas dengan hasil kerja
konsultan saat melakukan kerjasama. Proses yang umum terjadi adalah tender desain.
Ketika konsultan mendapatkan undangan tender dari owner pemilik proyek, maka pihak konsultan akan mempersiapkan konsep desain dan proposal
konsep untuk dipresentasikan dihadapan owner. Kemudian apabila konsep disetujui oleh owner maka konsultan akan mendapatkan surat perintah kerja dan
akan dilakukan pembuatan kontrak yang mencakup waktu kerja dan hasil yang akan diberikan. Saat konsultan telah menandatangani kontrak maka dapat dimulai
penggambaran desain draft dan gambar kerja lain yang telah disepakati dalam kontrak.
Proyek Taman Kota Purwokerto diperoleh dengan tender tertutup. Maksud dari tender tertutup ini beberapa konsultan diundang untuk mengikuti tender.
Masing-masing konsultan memiliki konsep tersendiri yang kemudian
Undangan Tender
Tahap Konsep Desain
Pembuatan Proposal Konsep
Turun Surat Perintah Kerja dan pembuatan Kontrak
Desain Draft
Tahap Gambar Kerja Konsep Disetujui
dipresentasikan kepada owner. Tetapi waktu presentasi setiap konsultan berbeda- beda hingga antar konsultan tidak mengetahui konsep konsultan lainnya. Hasil
penilaian terhadap presentasi dan konsep yang dilakukan hanya diketahui pihak owner
, pihak konsultan hanya mengetahui konsultan mana yang pada akhirnya memenangkan tender. Untuk tahapan kerja pada proyek ini sama seperti proses
kerja pada tender desain.
4.2 Deskripsi Proyek
Proyek ini bernama Taman Kota Purwokerto eks terminal, Purwokerto, Jawa Tengah, proyek ini merupakan proyek pembuatan taman yang akan
dibangun oleh Pemerintah Daerah Banyumas. Konsep taman kota diarahkan pada penciptaan keindahan kota, konsep ini dipadukan dengan konsep taman budaya.
Konsep taman budaya diarahkan pada pengadaan sarana-prasarana seni-budaya yang mencerminkan kekuatan kearifan lokal Banyumas. Dengan demikian di
lokasi ini, selain secara ekologi diarahkan pada kelestarian lingkungan dan keindahan kota, juga memungkinkan menjadi sarana hiburan dan ekspresi seluruh
masyarakatnya dari berbagai kalangan usia. Pembangunan taman kota ini dibagi menjadi 3 tahapan, sesuai dengan
alokasi APBD Kabupaten Banyumas. Untuk tahapan yang akan diikuti selama magang hanya mencakup lingkup paket 1. Lingkup pekerjaan yang masuk dalam
pengajuan paket 1 ini akan mencakup area-area perencanaan sebagai berikut: 1.
Area jalan sekitar dan Parking Area 2.
Pedestrian, Jogging Track, Bicycle Track 3.
Area Tanaman dan lapangan rumput 4.
Area Komersil berupa penataan tempat makan
4.3 Inventarisasi dan Analisis
Lokasi Taman Kota Purwokerto berada di Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Tapak eksisting merupakan bekas terminal Purwokerto .
Tapak terletak ± 5 km dari pusat kota dengan luas tapak adalah 1,8 hektare. Purwokerto adalah ibukota Kabupaten
Banyumas yang terletak diantara
garis busur timur antara 109 14’ dan diantara garis lintang selatan 7
26’, pada
ketinggian 3.500 dpl atau berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Hal ini menyebabkan Banyumas memiliki iklim tropis basah. Suhu udara maksimal 30,9
Celcius, dengan suhu minimal 21,4 Celcius. Suhu rata-rata harian berkisar pada
angka 26,5 Celcius. Sepanjang tahun, rata-rata terdapat 116 hari hujan dengan
kapasitas 2.527 mm. Lahan bekas Terminal Purwokerto memiliki struktur tanah dan geologi
berupa assosiasi tanah latosol coklat dari bahan induk tufa vulkan intermedier. Lokasi tapak pada kota purwokerto dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Lokasi Tapak pada Kota Purwokerto sumber:
www.Banyumaskab.go.id , 2009
Lokasi Taman Kota Purwokerto ini berbatasan dengan Jalan Wahid Hasyim sebelah timur, Jalan Barat Terminat Bus Lama di sebelah barat, di sebelah
utara berbatasan dengan Jalan Gerilya, dan di sebelah selatannya dengan Jalan Wahid Hasyim I. Untuk lebih jelasnya batas tapak dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Batas Tapak Taman Kota Purwokerto Total panjang dan lebar terminal masing-masing adalah 153m dan 120m.
Kondisi terminal saat ini sudah dalam keadaan kosong, hanya berupa hamparan tanah. Area ini sudah memiliki sistem drainase berupa parit yang berada pada
bagian timur dan selatan tapak. Kondisi awal tapak lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.
Kondisi iklim mikro pada tapak tergolong panas. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan sekitar berupa vegetasi eksisting pada tapak yang didominasi
oleh rerumputan liar dan sisa-sisa perkerasan bekas jalur jalan terminal. Untuk menciptakan kondisi yang nyaman maka pada desain taman akan didominasi oleh
tanaman pepohonan yang disesuaikan konsep vegetasi pada Taman Kota Purwokerto. Selain itu pemilihan tanaman juga akan disesuaikan dengan konsep
awal pembuatan taman sebagai paru-paru kota.
TAPAK
1 dan 2 View arah selatan dalam tapak 3 View arah utara dalam tapak
4 dan 5 View arah timur dan barat dalam tapak 6 View arah selatan dalam tapak
Gambar 10. View area ke bagian dalam tapak Eks terminal Purwokerto
TAPAK
1 Dan 2 view arah TPS eksisting 3 view arah bundaran
4 dan 5 view arah bundaran 6 view arah utara tapak
7 dan 8 view arah utara tapak 9 view arah selatan tapak
Gambar 11. View area di luar tapak Eks terminal Purwokerto
TAPAK TAPAK
Kondisi iklim mikro pada tapak tergolong panas. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan sekitar berupa vegetasi eksisting pada tapak yang didominasi
oleh rerumputan liar dan sisa-sisa perkerasan bekas jalur jalan terminal. Untuk menciptakan kondisi yang nyaman maka pada desain taman akan didominasi oleh
tanaman pepohonan yang disesuaikan konsep vegetasi pada Taman Kota Purwokerto. Selain itu pemilihan tanaman juga akan disesuaikan dengan konsep
awal pembuatan taman sebagai paru-paru kota. Tata guna lahan di sekitar eks terminal Purwokerto Gambar 12 sebagian
besar diperuntukkan sebagai kawasan pertokoan, kemudian terdapat juga pemukiman penduduk dan kebun milik warga. Selain itu di sekitar tapak terdapat
juga mesjid sebagai fasilitas peribadatan masyarakat muslim. Secara keseluruhan letak tapak tergolong strategis, hingga cukup memudahkan jalur akses menuju ke
arah tapak. Namun kemudahan jalur akses ini harus dapat diatur dengan baik, agar tidak menimbulkan kemacetan pada kawasan sekitar tapak.
Sirkulasi eks terminal Gambar 12 terdiri dari jalur primer dan jalur sekunder. Jalur primer warna oranye putus-putus merupakan jalan utama yang
dapat diakses dengan menggunakan berbagai macam kendaraan. Untuk jalur sekunder warna biru putus-putus adalah jalur yang hanya mengakomodasi akses
warga sekitar. Kendaraan yang dapat masuk pada jalur sekunder adalah kendaraan roda 2, untuk kendaraan roda 4 terbatas pada mobil berukuran kecil hanya 1
kendaraan. Untuk dimasa yang akan datang akan dilakukan pelebaran jalan pada jalur sekunder hingga dapat menampung jumlah pengunjung pada kawasan taman
Kota Purwokerto. Jalur masuk tanda panah berwarna ungu pada tapak terdapat 2 pintu yaitu pintu utara dan pintu timur. Dimana kedua pintu tersebut berhubungan
langsung dengan jalan utama. Gambar jalur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 12.
Aspek sosial ekonomi yang dimiliki oleh tapak saat ini dari segi pengguna didominasi oleh supir-supir truk yang sedang beristirahat pada tapak. Untuk
selanjutnya pada tapak Taman Kota Purwokerto ini pengunjung tapak yang utama nantinya adalah masyarakat sekitar dari berbagai golongan dan usia. Oleh karena
itu, untuk menarik minat masyarakat akan dibuat desain yang dapat mengakomodasi semua keinginan-keinginan dan harapan dari penggunanya.
Selain taman, juga akan dibangun areal perdagangan dan fasilitas penunjang lainnya yang akan menyediakan jumlah pengguna yang cukup besar
bagi pengguna taman. Dibuatnya Taman Kota Purwokerto ini diharapkan dapat mengakomodasi semua kebutuhan aktivitas luar ruang di sekitar tapak bagi
pengguna tapak.
Gambar 12. Tata Guna Lahan dan Sirkulasi Sekitar tapak Tapak berada pada kemiringan yang relative datar, namun pada kawasan
di tengah tapak terdapat bagian-bagian tertentu yang bergelombang selain itu juga terdapat sisa perkerasan berupa aspal. Pada bagian yang bergelombang dapat
menimbulkan genangan air pada tapak saat terjadi hujan. Oleh karena itu pembuatan drainase pada bagian dalam tapak sangat penting untuk memperbaiki
kondisi drainase yang kurang baik. Drainase di dalam tapak akan dibuat menuju ke arah saluran drainase di luar tapak. Selain itu topografi tapak yang datar
mempermudah dalam pekerjaan tanahnya, namun karena lahan yang digunakan adalah lahan bekas terminal maka perlu dilaksanakan pekerjaan persiapan lahan
pada tahap awal konstruksi. Kondisi tapak awal merupakan bekas terminal menyebabkan tidak ada daya terik yang ditinggalkan untuk dipertahankan atau
dikembangkan dalam desain. Hal ini mempermudah dalam pengaturan letak dan
Pertokoan Mesjid
Pemukiman Kebun warga
Tapak Sirkulasi primer
Sirkulasi sekunder Jalur masuk tapak
Pertokoan Kebun
Warga Pemukiman
TAPAK
Pertokoan Mesjid
skala ruang.Kondisi topografi tapak yang bergelombang dapat dilihat dari Gambar 13.
1 tapak lebih rendah dari sekitarnya, 2 genangan air ditengah tapak , 3 kondisi tapak relative datar
4 Drainase di sisi barat tapak, 2 Drainase di sisi timur tapak , 3 drainase di sisi utara tapak
Gambar 13. Topografi dan Drainase Tapak
4.4 Konsep Desain 4.4.1 Deskripsi Konsep
Konsep perencanaan
Taman Kota
Purwokerto dibuat
dengan mengedepankan fungsi-fungsi konservatif, edukasi dan rekreasi bagi masyarakat.
Fungsi ini, sekaligus menjadi landmark kota yang berjati diri dan terintegrasi dengan lingkungan sekitar. Dari konsep ini akan dihasilkan konsep ruang dan
konsep tata hijau.
4.4.2 Konsep Ruang
Taman Kota Purwokerto dibagi atas 7 tujuh zona yaitu zona penerima, zona pengelola, zona pendidikan, zona rekreasi, zona servis, zona komersial dan
zona penyangga. Penjelaskan tentang keterkaitan antara zona, aktivitas dan
fasilitas dalam tapak Taman Kota Purwokerto dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada setiap zona yang ada.
Zona Penerimaan. Zona penerimaan merupakan area penerimaan pengunjung, zona ini juga dilengkapi dengan area parkir untuk kendaraan
pengunjung, dan water feature yang dapat memberikan kesan pertama terhadap kawasan. Taman Kota Purwokerto merupakan kawasan komersil, oleh karena itu
taman kota ini dilengkapi loket tiket, untuk menjaga antrian yang tertib maka diberikan railing antrian. Penggunaan bollard dimaksudkan sebagai penghalang
kendaraan, hingga kendaraan tidak dapat memasuki kawasan yang memang bebas kendaraan. Untuk menjaga keamanan maka diletakkan Pos jaga agar pengunjung
dapat merasa aman Tabel 4. Program Ruang Zona Penerima
NO RUANG
FASILITAS AKTIVITAS
1 Gerbang Utama
Pintu Gerbang kendaraan Pintu Gerbang pedestrian
Pos Jaga Railing antrian
Bollard Plaza
Toilet Welcoming
Tiketing Kontrol pengunjung
2 Gerbang Sekunder
Pintu Gerbang kendaraan pedestrian
Pos Jaga Railing antrian
Bollard Welcoming
Tiketing Kontrol pengunjung
3 Entry Statement
Water feature Main signage
Welcoming Penandaan area
4 Ruang parkir
Lapangan Parkir motor Lapangan Parkir kendaraan
Ticket booth Parkir Kendaraan
Pada kawasan welcome area diberi vegetasi berupa penutup tanah yang bernilai estetik, baik semak maupun aromatic. Penggunaan tanaman ini dimaksudkan
untuk memberikan kesan awal yang menarik bagi pengunjung. Pada area parkir dipergunakan tajuk pohon yang masif atau semi masif. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan keteduhan bagi kendaraan pengunjung. Program ruang zona penerimaan dapat dilihat pada Tabel 4.
Zona Pengelola. Zona pengelolaan meliputi area kantor pengelola, tempat melakukan monitoring, dan pemeliharaan. Pada zona ini terdapat jalur kendaraan
khusus untuk kendaraan pengelola hingga diharapkan dapat membuat pekerjaan pengelolaan dan pemeliharaan menjadi lebih efektif dan efesian. Program ruang
zona pengelolaan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Program Ruang Zona Pengelola
NO RUANG
FASILITAS AKTIVITAS
1 Ruang Pengelola
Kantor Pengelola Jalur kendaraan turfpave
Pengelolaan Pemeliharaan
Monitoring
Zona Pendidikan. Zona pendidikan adalah area yang dijadikan sebagai tempat transfer informasi, tempat koleksi tanaman langka, pembelajaran lingkungan,
pembelajaran lalulintas, repling dan mentoring. Program ruang zona pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Program Ruang Zona Pendidikan
NO RUANG
FASILITAS AKTIVITAS
1 Ruang display dalam
ruangan Visitor center
Transfer informasi 2
Ruang display luar ruangan
Arboretum Jalur interpretasi
Taman lalu lintas Papan interpretasi
Mengkoleksi tanaman langka dan tanaman
lokal koleksi in situ Pembelajaran
lingkungan Pembelajaran berlalu
lintas Repling
Mentoring
Zona Rekreasi. Zona rekreasi adalah kawasan tempat mekukan kegiatan berekreasi baik secara aktif maupun pasif. Penggolongan kawasan rekreasi ini
berdasarkan usia pengunjung, hingga penggunaan kawasan dapat menjadi lebih efektif. Selain berdasarkan usia pengunjung, terdapat juga kawasan rekreasi yang
diperuntukkan untuk umum semua usia. Pada area ini pengunjung dapat lebih berekspresi terhadapa apa yang ingin mereka lakukan. Program ruang zona
rekreasi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Program Ruang Zona Rekreasi
NO
RUANG FASILITAS
AKTIVITAS
1 Anak-anak
Children playground Waterplay
Bermain 2
Remaja Flying Fox
Skate Corner Grafitti Wall
Bermain Berkumpul
3 Dewasa
Fitness corner Olahraga
4 Manula
Reflexology Path Relaksasi
5 Umum
Event plaza Lapangan rumput
Open stage Jalur sirkulasi pejalan kaki
Jalur sirkulasi sepeda Pesta
Piknik Bird feeding
Pertunjukan musik,drama,dll
Baby sitting Melukis
Jogging Bersepeda
Zona Komersil. Zona komersil merupakan area publik yang mendukung kenyamanan pengunjung yang berisi beberapa fasilitas dintaranya café, pujasera,
dan souvenir. Area ini memberikan fasilitas kepada pengunjung untuk berbelanja atau sekedar duduk bersantai. Program ruang zona komersil dapat dilihat pada
Tabel 8. Tabel 8. Program Ruang Zona Komersil
NO RUANG
FASILITAS AKTIVITAS
1 Ruang
Komersial Kios,
Outdoor Cafe Pujasera
Berbelanja Makan dan Minum
Zona Servis, yaitu merupakan zona pusat utilitas yang ada pada taman kota. Program ruang zona servis dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Program Ruang Zona Servis
NO RUANG
FASILITAS AKTIVITAS
1 Ruang Servis
Tempat Penampungan Sementara TPS
Gardu listrik −
Pemeliharaan −
Pengelolaan sampah
Zona Penyangga, yaitu zona yang berfungsi membentu terjaganya zona- zona dalam tapak. Selain itu zona ini juga melindungi bagian dalam tapak. Ruang
yang terdapat pada zona penyangga hanyalah ruang pasif dengan fasilitas berupa pagar parimeter. Aktivitas yang dilakukan pada zona ini adalah aktivitas
pemeliharaan. Pada konsep taman kota, ruang pada tapak dibagi atas: Entry statement,
entertainment stage plaza, gate, sport area, children play ground area, commercial area, arboretum, parking area, green parimeter
, dan TPS. Untuk lebih jelasnya pembagian zona-zona tersebut dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Konsep Ruang Taman Kota Purwokerto Secara fungsional, zona-zona dalam Taman Kota Purwokerto akan
memiliki hubungan antar ruang. Hubungan fungsional tersebut menggambarkan kedekatan zona satu dengan yang lain. Kedekatan hubungan dalam disain akan
ditandai dengan jarak dan letak antar zona atau keberadaan jalur sirkulasi penghubung antar zona sehingga akan didapatkan penempatan zona yang efektif
dan efisien. Hubungan antar zona dalam taman kota ini dapat dilihat pada Gambar 15.
Sport Arboretum
Pagar Parimeter TPS
Commercial Area
Entertainment Stage Plaza
Children Play Ground
Gate Parking
Gate Parking
Parking Commercial
Area
Commercial Area
Commercial Area Sport
Arboretum
Pagar Parimeter Entry
Statement
H u b u n g a n A n t a r Z o n a Z o n a
F u n g s i T a m a n K o t a F u n g s i L a n d m a r k
F u n g s i R e k r e a s i
F u n g s i P e n d i d i k a n - K o n s e r v a s i Z o n a P e n e r i m a
Z o n a H i b u r a n Z o n a R e k r e a s i
Z o n a O l a h r a g a Z o n a K o m e r s i a l
Z o n a S e r v i s Z o n a P e n d i d i k a n
: T i d a k a d a h u b u n g a n f u n g s i o n a l : H u b u n g a n f u n g s i o n a l t a k la n g s u n g
: H u b u n g a n f u n g s i o n a l l a n g s u n g
Gambar 15. Hubungan Antar Zona Taman Kota Purwokerto Fungsi landmark kota ini memiliki satu zona yaitu zona penerima, dengan
empat ruang. Ruang-ruang yang terdapat di zona penerima ini adalah ruang gerbang primer dan sekunder, ruang entry statement, ruang visitor centre, ruang
pengelola dan ruang parkir. Secara rinci alokasi fasilitas dan daya dukung zona penerima
pada Taman Kota Purwokerto dipaparkan pada Lampiran 1. Fungsi Rekreasi ini memiliki lima zona yaitu zona hiburan, zona rekreasi,
zona olahraga, zona komersial dan zona servis. Secara rinci alokasi fasilitas dan daya dukung
pada area yang berfungsi sebagai rekreasi, Taman Kota Purwokerto dipaparkan pada Lampiran 2.
Fungsi pendidikan dan konservasi ini memiliki satu zona yaitu zona pendidikan, dengan dua ruang. Ruang-ruang yang terdapat di zona Pendidikan dan
Konservasi ini adalah ruang arboretum dan ruang taman lalu lintas. Secara rinci alokasi fasilitas dan daya dukung zona
Pendidikan, Taman Kota Purwokerto dipaparkan pada Lampiran 3.
4.4.3 Konsep Sirkulasi dan Aksesibilitas
Sistem sirkulasi penting diperhatikan untuk menghubungkan aktivitas- aktivitas yang ada di suatu tapak. Dua hal utama yang harus diperhatikan dalam
merancang sistem sirkulasi adalah penyesuaian dan penyusunan terhadap ruang tersedia, dan penyusunan dari suasana dan pemandangan yang akan dinikmati.
Sedangkan skala arsitekturalnya tergantung dari kebutuhan pengguna, kapasitas, dan hubungannya terhadap elemen disain pelensgkap lainnya sehingga sistem
sirkulasi mempunyai hierarki dalam mendistribusikan volume lalu lintas. Konsep sirkulasi pada taman Kota Purwokerto dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Konsep Sirkulasi dan Aksesibilitas Taman Kota Purwokerto Konsep sirkulasi dalam tapak terbagi menjadi 3 hierarki jalur sirkulasi,
seperti yang terdapat pada Gambar 16, tentang konsep sirkulasi dan aksesibilitas, yaitu:
1. Sirkulasi Primer
Sirkulasi primer di taman ini dimaksudkan sebagai akses atau jalur masuk utama arus pengunjung.
2. Sirkulasi Sekunder
Sirkulasi sekunder yang menghubungkan antar kawasan aktifitas satu dengan yang lain.
3. Sirkulasi Perimeter
Sirkulasi perimeter ditujukan untuk jalur servis yang mengelilingi tapak. Sistem sirkulasi di dalam tapak dibuat bebas, jadi setiap zona pada tapak
dapat saling terhubung dengan zona lainnya. Dan sebagian besar zona terhubung dengan open space. Hal ini dikarenakan fungsi open space sebagai tempat
Sirkulasi primer Sirkulasi Sekunder
Sirkulasi Perimeter
berkumpul dan berekreasi pengunjung. Adapun pembuatan pintu ke dalam taman dimaksudkan agar tercipta ketertiban bagi pengunjung. Arus kegiatan sirkulasi di
dalam tapak didominasi oleh pejalan kaki dan pengguna sepeda. Hal ini dikarenakan taman yang dibuat memang dikondisikan bebas kendaraan. Namun
tetap disediakan jalur kendaraan untuk pengangkutan bagi kawasan komersil dan pengangkutan pada acara khusus menuju visitor centre.
5.3.4 Konsep Vegetasi
Penataan ruang hijau yang tepat sangat menentukan keberhasilan suatu area dalam merepresentasikan fungsinya. Oleh karena itu, penanaman vegetasi
pada Taman Kota Purwokerto didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: a.
Fungsi suatu tanaman dalam perancangan. b.
Klasifikasi fisik dan hortikultur tanaman yang disesuaikan dengan kondisi ekologis pada tapak. Klasifikasi fisik antara lain bentuk tajuk pohon Gambar
17.
Gambar 17. Macam Bentuk Tajuk Pohon
Tajuk Piramid Tajuk Bulat
Tajuk Oval Tajuk Kolumnar
Tajuk Memayung Tajuk Menjurai
Tajuk Tak Beraturan
Pada area parkir dipergunakan tajuk pohon yang masif atau semi masif. Pemilihan tanaman disesuaikan dengan tema dan konsep yang diambil yaitu
taman kota, selain itu faktor iklim dan kondisi tapak juga harus diperhitungkan. Untuk kawasan sekitar bangunan dipergunakan pepohonan dengan tajuk yang
bervariasi sesuai dengan fungsinya. Pada kawasan welcome area diberi vegetasi berupa penutup tanah yang bernilai estetik, baik semak maupun aromatic.
Penggunaan tanaman ini dimaksudkan untuk memberikan kesan awal yang menarik bagi pengunjung. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keteduhan
bagi kendaraan. Komposisi tanaman dapat mendukung karakter taman kota yang dengan kombinasi pola acak, pola organik dan geometrik
Penggunaan tanaman pada taman kota, selain berdasarkan fungsi-fungsi yang disebutkan diatas, terdapat juga pemilihan tanaman dengan fungsi-fungsi
khusus, seperti: 1.
Pelestarian Tanaman Langka Endangered Plants Tanaman langka berfungsi selain sebagai tanaman koleksi juga dapat menjadi
tanaman yang berfungsi arsitektural maupun estetis. Jenis tanaman yang ideal adalah tanaman langka yang memiliki karakter unik dan memiliki ciri
tersendiri. 2.
Pelestarian Tanaman Lokal Indigenous Plants Pulau Jawa merupakan salah satu penyumbang plasma nutfah tumbuhan
penting di Indonesia meski keragamannya tidak begitu meruah. Oleh karena itu, taman kota ini mencoba mengakomodasi penerapan sumber daya hayati
dari jenis tanaman lokal yang perlu dilestarikan dalam konsep tata hijau. Kesesuaian dengan iklim setempat dan ketahanan hidup yang tinggi merupakan
salah satu nilai lebih penggunaan tanaman lokal dalam desain lanskap. 3.
Habitat Burung Lansekap perkantoran merupakan salah satu kontributor lansekap habitat
burung yang akan mendukung kelestarian satwa burung nantinya. Fungsi tanaman sebagai habitat burung selain sebagai daerah perlindungan Protection
Area , juga sebagai daerah transisi Transition Area, dan sebagai daerah
koridor Corridor Area. Jenis tanaman yang ideal yaitu tanaman yang
berfungsi sebagai tempat berlindung, bertengger, beristirahat, mencari makan dan tempat untuk berkembang biak.
4.4.5 Konsep Penataan dan Peletakan Site Furniture
Peletakan site furniture dapat membentuk suasana kawasan. Dalam penempatan fasilitas-fasilitas site furniture haruslah mudah dijangkau dan mudah
perawatannya. Berikut beberapa site furniture yang digunakan dalam Taman Kota Purwokerto:
1. Lampu Taman. Pertimbangan dalam merencanakan lampu pejalan kaki adalah
penerangan yang tidak menyilaukan mata serta mampu menerangi secara jelas. Tinggi lampu yang umum digunakan adalah 3-5 meter. Jarak peletakan yang
baik adalah apabila dapat memberikan pola cahaya bertumpuk atau overlap pada ketinggian 2 meter.
2. Lampu Sorot. Lampu sorot hanya diterapkan pada area khusus, biasanya
tempat dilaksanakannya kegiatan dengan intensitas tinggi atau massal seperti arena olahraga, plaza, pada event-event tertentu.
3. Bangku Taman. Bangku taman dirancang sedemikian rupa sesuai dengan
standar sehingga ergonomis dan nyaman dengan pengaplikasian material yang tepat.
4. Tempat sampah. Tempat sampah dirancang dengan fungsi ganda yaitu dari segi
fungsional sekaligus beraspek pendidikan lingkungan. Dengan pemisahan sampah menjadi sampah organik, non organik dan kertas pengunjung taman
kota dididik untuk membuang sampah secara tepat dan mengenalkan konsep reduce-reuse-recycle.
5. Banner. Banner
ditempatkan sebagai penanda dan penarik perhatian pada area- area dengan penekanan dan fungsi khusus.
6. Sculpture. Sculpture
dapat berfungsi sebagai penanda lokasi, sebagai elemen estetis seni, ditempatkan di area strategis, pada tempat dengan visibilitas tinggi.
7. Bicycle rack.
Fasilitas tempat sepeda diperlukan dengan tersedianya jalur khusus sepeda.
8. Signage. Signage
adalah tanda-tanda buatan yang fisiknya terlihat secara visual, berupa gambar petunjuk yang bertujuan untuk memberikan informasi
kepada pengguna untuk kemudahan interaksi dengan ruang dan mencapai tujuan pergerakannya.
9. Pagar Perimeter. Perencanaan pagar perimeter sangat penting untuk membatasi
area taman dengan area lainnya terutama untuk alasan keamanan. Selain fungsi keamanan pagar perimeter dapat di buat menarik sehingga keberadaannya
semakin mendukung tema taman kota. Desain yang dibuat harus menyatu dengan bangunan dan perawatannya mudah.
Ketika melakukan proses desain pada suatu kawasan, penting untuk memperhatikan peletakan site furniture, karena peletakan site furniture juga dapat
membentuk suasana suatu kawasan. Selain itu, bentuk site furniture juga harus diperhatikan. Bentuk site furniture harus sejalan dengan tema keseluruhan tapak.
Hal yang penting dari site furniture ini adalah ukuran. Ukuran dari site furniture yang digunakan harus sesuai dengan ukuran penggunanya ergonomis. Karena
hal ini akan mempengaruhi kenyamanan pengguna tapak dan memudahan dalam perawatan fisiknya.
4.4.6 Konsep Utilitas
Elemen yang termasuk dalam utilitas meliputi drainase, hidran, boks kabel telepon, listrik, penutup saluran bawah, kisi penutup pohon dan lain-lain. Secara
ideal jalur pejalan kaki seharusnya relatif bebas dari penutupan utilitas. Jika tidak memungkinkan, penutup utilitas dapat dimasukkan sebagai bagian dari pola lantai
keseluruhan. Peletakan utilitas dapat dilakukan pada daerah tepi jalan dan dapat diletakkan di atas maupun di bawah tanah dengan alasan keamanan dan
keindahan. Beberapa utilitas yang biasanya terdapat pada tapak adalah: 1.
Utilitas drainase pada tapak di bagi menjadi drainase terbuka dan drainase tertutup. Pertimbangan pemilihan jenis drainase didasari dengan referensi
penggunaan lahan pada tapak. Drainase tertutup di tempatkan pada bagian perkerasan seperti pada plaza atau jalur pejalan kaki trotoar. Untuk area
terbuka tanpa perkerasan, drainase yang di pilih adalah drainase terbuka. 2.
Jalur kabel bawah tanah 3.
Jalur irigasi. Jalur irigasi terdiri dari beberapa perlengkapan, seperti: Water tap, pipa saluran irigasi, Valve box, Sprinkler, dll.