kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air bakumata air .
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat 2 menetapkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota dan ayat 3 menetapkan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 persen dari luas
wilayah kota.
2.4 Taman Kota
Simonds 1983 menyatakan taman kota adalah taman-taman yang luas di dalam kota yang menyediakan kebutuhan rekreasi bagi penghuni kota citizen.
Termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas yang melengkapi kebutuhan para pengguna misalnya plaza, pusat perbelanjaan, kebun binatang, tempat bersejarah
museum dan lainnya. Selain mengakomodir kebutuhan rekreasi warga kota, fungsi taman kota juga dapat sebagai pelembut kesan keras dari struktur masif
fisik kota, mengurangi tekanan kebisingan, mereduksi udara yang panas dan polusi udara. Taman kota juga dapat membentuk karakter kota dan memberikan
keindahan visual lingkungan kota agar tercipta unity antar ruang. Menurut Perda DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999, taman kota merupakan
bagian dari ruang terbuka hijau yang berdiri sendiri atau terletak di antara batas- batas bangunanprasarana kota lain dengan bentuk teraturtidak teratur yang ditata
secara estetis dengan menggunakan unsur-unsur buatan atau alami, baik berupa vegetasi maupun material-material pelengkap lain yang berfungsi sebagai fasilitas
pelayanan warga kota dalam berinteraksi sosial. Secara umum, taman kota mempunyai dua unsur perpaduan, baik buatan maupun alami dengan
menggunakan material pelengkap, dan secara spesifik terdiri dari unsur hijau, yaitu : pepohonan yang ditata secara soliter dengan menonjolkan nilai estetikanya,
perhimpunan tanaman perdu, dan hamparan rerumputan yang teratur, sehingga membentuk kesatuan kesan pandang keindahan wajah kota terkecil.
Taman kota biasanya merupakan transisi antara perkembangan kota dan daerah pedesaan, yang terletak di luar konsentrasi penduduk. Taman kota
dibentuk sebagai penyekat hijau untuk memisahkan berbagai penggunaan lahan dalam kota Gallion dan Eisner, 1994.
Menurut Scarlet 2008 jenis taman terbagi menjadi 2 yaitu: taman aktif, yang memiliki fungsi sebagai tempat bermain dengan dilengkapi elemen-elemen
pendukung taman bermain, dan taman pasif yang hanya dilengkapi elemen estetis saja hingga pada umumnya untuk menjaga keindahan taman diberikan pagar
sebagai pengaman. Adapun nilai utama yang harus dimiliki taman publik agar menjadi taman publik yang baik menurut Scarlet 2008 adalah: taman yang
responsive, taman ini diatur dan didesain untuk melayani kebutuhan pemakainya. Taman yang demokratis, taman bersifat melindungi hak-hak pemakainya dalam
artian taman ini dapat dipakai oleh semua kelompok dan memberikan kebebasan kepada penggunanya untuk melakukan semua keinginannya dengan tetap
memperhatikan norma yang berlaku sehingga tidak mengganggu kebebasan orang lain. Dan Taman yang memiliki makna, taman ini memiliki hubungan yang kuat
dengan pemakainya hingga membuat penggunanya selalu ingin berkunjung. Scarlet 2008 juga menyatakan bahwa kualitas taman publik dapat dilihat
dari segi fisik dan non fisik. Kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas fisik antara lain: 1 ukuran, penyediaan sarana harus mengikuti standar
ukuran yang berlaku; 2 kelengkapan sarana elemen pendukung; 3 desain, dapat menunjang fungsi serta aktifitas di dalamnya; dan 4 kondisi, kondisi suatu
sarana lingkungan akan menentukan kualitas yang ada. Kondisi sarana yang baik akan menunjang kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dalam menggunakan
taman publik. Sedangkan kriteria untuk melihat kualitas non fisik adalah sebagi berikut: 1 kenyamanan; 2 keamanan dan keselamatan; 3 kemudahan
pelayanan dan akses transportasi. Taman kota memiliki fungsi yang signifikan. Secara umum, taman kota
memiliki tiga fungsi yang antara satu dan yang lain memiliki keterkaitan, diantaranya fungsi ekologis, estetika dan fungsi sosial. Fungsi ekologis
memposisikan taman kota sebagai penyerap dari berbagai polusi yang diakibatkan oleh aktivitas penduduk, separti meredam kebisingan maupun yang paling
signifikan adalah menyerap kelebihan CO
2
, untuk kemudian dikembalikan menjadi oksigen O
2
. Selain menghasilkan oksigen, pohon juga berperan besar
dalam menetralisir udara, dimana secara fisiologis tumbuhan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi logam berat seperti Cu tembaga, Zn seng,
Cd cadmium, Pb timbattimah hitam, dan Mn mangan, yang digunakan sebagai katalisator reaksi metabolisme dan berperan pada pembentukan organ
tumbuhan Anonim,
2009. Dalam fungsi ekologis ini, taman kota juga menjadi tempat untuk
melestarikan berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Pelestarian ini, selain untuk mempertahankan jenis-jenis tumbuhan dan hewan dari kepunahan, juga untuk
menyeimbangkan kehidupan itu sendiri. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara manusia, hewan dan tumbuhan yang saling terhubung dan saling
mendukung satu sama lain bila hubungan berjalan dengan baik dan benar Anonim,
2009. Fungsi yang kedua adalah fungsi estetis, taman kota dapat mempercantik
lanskap sebuah kota. Apalagi dengan mempertahankan keaslian lanskap kota tersebut, hingga dapat menjadi ciri khas suatu kota. Fungsi yang terakhir adalah
fungsi sosial, dimana taman kota menjadi tempat berbagai aktifitas sosial seperti berolahraga, rekreasi, diskusi, dan lain-lain. Fungsi ini pada dasarnya menjadi
kebutuhan warga kota sendiri yang secara naluri membutuhkan ruang terbuka untuk bersosialisasi sekaligus menyerap energi alam
Andriana, 2007 .
Kondisi kota yang semarak, indah, sejuk, dan nyaman dapat tercipta, jika taman yang ada dapat dibangun di banyak tempat. Selain hasilnya dinikmati
penduduk kota, juga akan meninggalkan citra yang baik bagi kota tersebut. Dahlan, 2004.
2.5 Desain Taman Kota