Desain Taman Kota TINJAUAN PUSTAKA

dalam menetralisir udara, dimana secara fisiologis tumbuhan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi logam berat seperti Cu tembaga, Zn seng, Cd cadmium, Pb timbattimah hitam, dan Mn mangan, yang digunakan sebagai katalisator reaksi metabolisme dan berperan pada pembentukan organ tumbuhan Anonim, 2009. Dalam fungsi ekologis ini, taman kota juga menjadi tempat untuk melestarikan berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Pelestarian ini, selain untuk mempertahankan jenis-jenis tumbuhan dan hewan dari kepunahan, juga untuk menyeimbangkan kehidupan itu sendiri. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara manusia, hewan dan tumbuhan yang saling terhubung dan saling mendukung satu sama lain bila hubungan berjalan dengan baik dan benar Anonim, 2009. Fungsi yang kedua adalah fungsi estetis, taman kota dapat mempercantik lanskap sebuah kota. Apalagi dengan mempertahankan keaslian lanskap kota tersebut, hingga dapat menjadi ciri khas suatu kota. Fungsi yang terakhir adalah fungsi sosial, dimana taman kota menjadi tempat berbagai aktifitas sosial seperti berolahraga, rekreasi, diskusi, dan lain-lain. Fungsi ini pada dasarnya menjadi kebutuhan warga kota sendiri yang secara naluri membutuhkan ruang terbuka untuk bersosialisasi sekaligus menyerap energi alam Andriana, 2007 . Kondisi kota yang semarak, indah, sejuk, dan nyaman dapat tercipta, jika taman yang ada dapat dibangun di banyak tempat. Selain hasilnya dinikmati penduduk kota, juga akan meninggalkan citra yang baik bagi kota tersebut. Dahlan, 2004.

2.5 Desain Taman Kota

Menurut Simonds 1983, perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain. Semuanya dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik sehingga ruang dapat memberikan dampak yang berbeda pada psikologis manusia, tergantung pada pengorganisasiannya seperti keriangan, ketegangan, gerakan, keheningan dan perenungan. Proses disain membantu arsitek lanskap untuk mencapai disain tapak total yang secara keseluruhan memanfaatkan seluruh elemen disain untuk memenuhi kebutuhan proyek seefisien dan seestetis mungkin. Menurut Simonds 1983, tanaman dipilih sebagai alternatif terbaik terhadap kondisi lingkungan yang ada. Disain penanaman terbaik didapatkan dengan memadukan ilmu pengetahuan dan seni yang pada akhirnya disain lanskap yang baik adalah apakah pengguna atau pengunjung merasa nyaman berada di dalamnya dan apakah ruang tersebut dapat digunakan seperti yang diinginkan. Simonds 1983 juga menyatakan bahwa perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang. Setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi sedangkan pemikiran secara tiga dimensi membawa manusia ke dalam dunia perancangan. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan sehingga semua elemen yang banyak variasinya ini menjadi kesatuan yang harmonis. Simonds, 1983. Sulistyantara 2006 menyatakan bahwa elemen perancangan terdiri atas titik, garis, bentuk, warna, tekstur, aroma, motif, gaya, ragam, suara, ruang, serta waktu. Titik, merupakan unsur perancangan yang paling awal diperhatikan. Keberadaan elemen atau unsur titik yang berdiri sendiri dalam suatu ruangan akan menarik perhatian. Namun apabila terjadi pengulangan terhadap titik maka akan menghilangkanmengurangi perhatian. Elemen titik dapat dimanfaatkan sebagai vocal point . Garis, diperoleh dari penghubungan dua atau lebih titik. Dengan adanya unsur garis pandangan orang akan dibawa sesuai arah garis yang mengarah pada sasaran tertentu. Garis juga dapat menjadi batas pandangan. Pada umumnya garis dibagi atas dua tipe garis lurus geometrik dan garis lengkung organik. Sementara itu garis lurus dibedakan atas garis vertikal, garis horizontal, dan garis diagonal. Unsur ke tiga adalah bentuk yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari garis. Bentuk dapat dibuat bentuk lurus segiempat, kotak, bentuk bersudut segitiga, segilima,piramid, atau bentuk lengkung lingkaran, silinder, kerucut. Ekspresi yang dimunculkan oleh bentuk ditentukan oleh garis pembentuknya, yaitu garis lurus vertikal, diagonal, horizontal, lengkung , atau kombinasi. Warna, Pemahaman akan sifat dan kesan warna sangat penting untuk mendapatkan hasil desain yang baik. Kita dapat menonjolkan elemen taman dengan memainkan warna elemen tersebut. Bentuk dan warna suatu elemen taman terkandung secara integral, menyatu dan menyeluruh. Tekstur, menunjukkan karakter halus atau kasarnya permukaan elemen taman. Intensitas warna dapat dipengaruhi oleh tekstur. Dalam warna yang sama, tekstur yang lebih lembut akan menampakkan intensitas warna lebih kuat daripada kasar Sulistyantara, 2006. Aroma merupakan salah satu unsur yang sering luput dari perhatian para perancang. Motifgaya, merupakan susunan elemen, baik dua dimensi ataupun tiga dimensi, yang membentuk kesatuan pola atau ragam tertentu. Tatanan elemen dalam suatu ruangan pun merupakan motif atau disebut juga gaya. Motif memiliki arah gerak sehingga penempatannya harus sejalan dengan irama ruangan. Pemakaian motif yang tidak sama secara berlebihan akan mengacaukan suasana. Dalam pembuatan desain, suara juga merupakan elemen yang penting. Suara dapat dibedakan menjadi suara yang mengganggu dan suara yang tidak mengganggu. Belakangan ini suara alami dibangkitkan dengan mendesain taman yang diisi dengan sumber suara tersebut, bahkan ada yang sengaja direkam menggunakan tape recorder. Pada akhirnya, unsur perancangan yang baik harus juga meliputi elemen ruang dan waktu. Ruang yang dimaksud adalah suatu tempat yang terbentuk oleh adanya jarak antar benda. Pengaturan ruang dalam taman merupakan tujuan dalam mencapai nilai estetis dan nilai fungsi suatu taman. Massa pengisi ruang hendaknya dikelompokkan sehingga tercipta ruang dan massa yang proporsional Sulistyantara, 2006. Suatu rancangan taman yang baik tidak hanya dapat diwijudkan oleh unsur perancangan saja. Diperlukan adanya pedoman yang digunakan untuk mengatur dan mengkreasikan elemen taman dengan keragaman elemen desainnya. Pedoman ini seringkali disebut juga sebagai prinsip desain. Prinsip desain meliputi beberapa aspek antara lain: tema, keseimbangan, skala, irama, dan titik perhatian Sulistyantara, 2006. Tema merupakan unsur pemersatu. Tujuan dari tema ini adalah mewujudkan karakter taman yang akan dibuat. Tema dapat diperoleh dengan cara melakukan repetisi terhadap unsur desain. Prinsip desain kedua adalah keseimbangan. Prinsip keseimbangan, perlu diterapkan agar tidak terjadi titik ketimpangan pandangan dalam keindahan taman. Kesimbangan dapat ditetapkan dengan pola simetris formal maupun asimetris informal. Warna dan tekstur juga mempengaruhi bobot visual, tekstur yang kasar memiliki bobot visual yang lebih tinggi Sulistyantara, 2006. Prinsip desain ketiga adalah skala. Skala menunjukkan perbandingan antara ukuran eleman taman dan bangunan, atau ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai bagi manusia. Skala yang tepat dapat dinikmati nyaman bagi manusia. Prinsip selanjutnya adalah irama. Dalam menikmati karya taman, mata dapat diturutkan agar bergerak sesuai dengan irama tertentu. Artinya, munculnya penglihatan pada suatu objek dalam taman tidak muncul dengan tiba- tiba. Irama dalam perancangan dapat memecah kemonotonan. Kesan adanya irama dapat diusahakan dengan menggunakan pola garis kontinue, perulangan, gradasi, dan radiasi. Prinsip terakhir adalah titik perhatian. Titik perhatian dapat menggugah semangat, menghidupkan suasana, dan mendobrak kejenuhan Sulistyantara, 2006.

2.6 Proses Desain