Komitmen duna usaha dalam menerapkan konsep pembangunan
berkelanjutan dapat dilakukan kedalam bentuk program CSR. Apabila perusahaan melakukan program-program CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan
terjamin dengan baik dan membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Oleh karena itu, program- program CSR lebih
tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan.
2.1.2 Jenis-jenis CSR
Menurut Lantos 1998 dalam Paryanti 2006 CSR dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1
Ethical corporate social responsibility mengungkapkan perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghindari
terjadinya kerusakan lingkungan atau social masyarakat akibat kegiatan bisnis perusahaan; 2 Altroistik corporate social responsibility adalah aktifitas
perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat tanpa terkait langsung dengan keputusan perusahaan; 3 Strategic
corporate social responsibility adalah aktifitas sosial perusahaan yang
ditunjukkan untuk meningkatkan citra perusahaan target pasarnya serta meningkatkan pedapatan perusahaan.
2.1.3 Motif Pelaksanaan CSR
Menurut Steiner dan Miner 1997 CSR didasarkan dua motif sekaligus, yakni: motivasi untuk menyenagkan untuk membahagiakan orang lain altruism
pada satu sisi, dan pada saat yang bersamaan terjadi pula bias kepentingan perusahaan disisi lain. Tipologi kedermawanan CSR terbagi menjadi lima
kategori, yaitu charity amalderma, image building promosi, facility insentif pajak, security prosperity ketahanan hidup atau peningkatan kesejahteraan , dan
money laundering manipulasi. Untuk memahami beragam motivasi tersebut, maka penting untu melihat persfektif etis agar tujuan normatif kedermawanan
social dalam rangka pemberdayaan masyarakat tidak terdistorsi dan dimanipulasi kepentingan yang tidak sehat.
Ada beberapa alasan penting industry melakukan CSR atau terkadang juga disebut community development yaitu; 1 untuk mendapatkan izin dalam
menciptakan harmonisasi kegiatan usaha dengan komunitas lokal. 2 mengatur dan menciptakan strategi ke depan yang dilakukan dengan bersama-sama dengan
anggota masyarakat dalam rangka mengembangkan kemandirian masyarakat. 3 community development mempunyai potensi untuk meningkatkan nilai usaha
perusahaan, dalam hal ini terkait dengan good corporate government Osmaili, 2005 dalam Arisyono 2008
Secara umum faktor yang mendorong untuk mengimplementasikan CSR dibedakan menjadi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terutama
berkaikatan dengan kritik organisasi masyarakat sipil terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Sejarah hubungan antara perusahaan dan masyarakat
mencatat banyak peristiwa tragis yang disebabkan operasi perusahaan. Organisasi masyarakat sipil banyak melakukan protes kinerja buruk perusahaan, yang
kemudian ditanggapi perusahaan. Tanggapan defensif serta kamuflase hijau memperumit masalah, sedang yang positif menghasilkan perkembangan CSR.
Insitusi pembiayaan yang semakin kritis menanamkan investasi memperkuat kecenderungan CSR. Demikian pula konsumen yang bersedia membayar green
premium untuk produk-produk yang dihasilkan perusahaan berkinerja social dan lingkuna baik. Terakhir, pasar tenaga kerja yang menunjukkan adanya pergeseran
pilihan dengan mempertimbangkan reputasi perusahaan. Gabungan faktor-faktor eksternal itu membuat perusahaan yang
menjalankan CSR dengan sungguh-sungguh lebih memungkinkan bertahan ditengah kompetitifnya dunia usaha saat ini. Faktor internal, sperti kepemimpinan
puncak manajemen perusahaan yang melihat CSR merupakan sumber peluang memperoleh keunggulan kompetitif. Banyak pengamat yang mengatakan bahwa
faktor internal dapat dijadikan sebagai pendorong CSR semakin kuat berperan dimasa yang akan datang.
2.2 Pengembangan Ekonomi Masyarakat dan Tanggung Jawab Sosial