Parameter biologi perairan .1. Klorofil-a

Hasil pengamatan, diperoleh kandungan konsentrasi unsur hara yang diuji di Laboratorium terdiri dari: fosfat-total, nitrogen-total, ortofosfat, nitrat-nitrogen, ammonium-nitrogen. Nilai yang diperoleh dalam tiga kali pengambilan sampel air, pada tiga stasiun outlet, daerah penebaran benihreservat dan inlet dengan tiga lapisan perairan 0 m, 2 m dan 3 m di perairan Waduk Malahayu, yang berlangsung pada musim kemarau pada bulan agustus, September sampai bulan oktober tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kisaran unsur hara pada stasiun penelitian. ST Var I Outlet II Reservat III Inlet N-total mgl P-totalmgl Ortofosfatmgl Nitrat-nitrogenmgl Amonium mgl 0,1-0,2 0,13-0,19 0,02-0,04 0,04-0,06 0,02-0,05 0,02-0,04 0,25-0,41 0,50-0,77 0,05-0,31 0,033-0,21 0,1-0,5 0,03-0,05 0,01-0,05 0,29-0,83 0,08-0,14 4.2.3 Parameter biologi perairan 4.2.3.1. Klorofil-a Klorofil-a dapat dijadikan indikator kesuburan suatu perairan. Kandungan klorofil-a di perairan Waduk Malahayu, dapat dilihat dengan nilai pengamatan pada tiga stasiun dan lapisan perairan. Hasil pengamatan ditemukan kandungan klorofil-a tidak berbeda signifikan di setiap staiun dengan nilai 14,32-26,74 mgl yang diwakili oleh pengamatan pada tiga stasiun dan kedalaman perairan. Hasil pengamatan pada stasiun 1outlet nilai klorofil-a rata-rata 16,59 mgl, pengamatan pada stasiun 2daerah penebaran benih nilai klorofil-a rata- rata 17,88 mgl, dan pada stasiun 3inlet nilai klorofil-a rata-rata 18,72 mgl. Nilai yang diperoleh pada setiap stasiun menunjukan bahwa distribusi klorofil-a merata pada perairan Waduk Malahayu, sesuai dengan penyebaran unsur hara dan fitoplankton. Menyebar merata klorofil-a diduga karena pergerakan arus diperairan waduk yang cukup tinggi 1,5 m5 dtk, yang mempengaruhi penyebaran fitoplankton pada setiap stasiun dan stratifikasi perairan. Pengamatan lapisan perairan, ditemukan penyebaran yang merata pada tiap tiga lapisan perairan. Nilainya dapat dilihat pada pengamatan untuk lapisan permukaan perairan 0 m nilai klorofil-a 18,4 0 mgl, pada kedalaman 2 m 17,32 mgl sedangkan pada kedalaman 6 m nilai klorofil-a 17,49 mgl. Kandungan klorofil- a yang tinggi pada stasiun 3 dan menurun pada stasiun 1 dan 2, disebabkan karena wilayah ini stasiun 3 adalah bagian inlet yang pertama mendapat pengaliran air yang kaya akan kandungan nutrient dari Sungai Cikabuyutan dan Cisanggarung kedalam perairan waduk, sehingga kelimpahan sel fitoplankton cukup tinggi pada stasiun 3, yang dapat dilihat pada Gambar 4. pada stasiun 2reservat nilai rata-rata klorofol-a 17,88 mgl, sedangkan pada stasiun 3inlet nilai klorofil-a meningkat 18,72 mgl. Gambar 13. Grafik kandungan Konsentrasi klorofil-a di Stasiun 1, Stasiun 2, Stasiun 3 dan setiap kedalaman perairan. Hasil pengamatan pada stasiun 1outlet nilai klorofil-a rata-rata 16,59 mgl, Gambar 4. Histogram kandungan klorofil-a di setiap stasiun. Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukan bahwa klorofil-a di perairan berada dalam kondisi sedang, dan menyebar merata homogen sehingga dapat dikatakan kesuburan perairan Waduk Malahayu berada pada tingkat kesuburan sedang kandungan klorofil-a.

4.2.3.2. Komunitas Fitoplankton

Pengamatan di perairan Waduk Malahayu telah ditemukan dan teridentifikasi beberapa kelas fitoplankton yang terdiri dari Cholorophyceae, Bacillariophyceae, Euglenophyceae, Cyanophyceae, dan Dinophyceae. Lima kelas fitoplankton yang tersebar pada perairan Waduk Malahayu , disampling pada tiga stasiun yaitu stasiun 1 Outlet stasiun 2 reservat stasiun 3 Inlet dan tiga lapisan perairan 0 m, 6 m dan 6 m. Hasil pengamatan dan identifikasi di laboratorium ditemukan beberapa kelas dengan genus sebagai berikut; Kelas Cholorophyceae yang terdiri dari Ankistrodesmus sp. Scenedesmus sp. Euastrum sp. Chorella sp. Elakatothrix sp. Crucgenia sp. Pediastrum sp. ActinastrumTetraedron sp. Treoboxia sp. 0,00 10,00 20,00 30,00 ST1 ST2 ST3 Kedalaman 0 Kedalaman 2 Kedalaman 6 Clorofil-a mgl staurastrum sp. Gloeocystis sp. Ulotrhrix sp. Kelas Bacillarophyceae terdiri dari Nitzschia sp. Naviculla sp. Cymbella sp. Pleurosigma sp. Eunotia sp. Gomphonema sp. Surirella sp. asterionella sp. Tabellaria sp. Chaetoceros sp. Amphora sp. Melosira sp. Kelas Euglenophyceae yang terdiri dari Euglena sp. Trachelomonas sp. Kelas Cyanophyceae yang terdiri dari Oscillatoria sp. Anabaena sp,Raphidiopsis sp. Kelas Dinophyceae yang terdiri dari Gymnodinium sp. Pada stasiun 1 dengan lapisan perairan 0 m, 2 m dan 6 m menunjukan rata-rata tertinggi genera pada fitoplankton kelas Cholorophyceae. Nilai genera fitoplankton ini dapat dilihat pada setiap lapisan perairan. Pada permukaan perairan 0 m terdapat 9 genera, pada kedalaman 2`m 12 genera kedalaman 6 m 12 genera. Genera terendah terdapat pada kelas Dinophyceae, pada permukaan perairan 0 m 1 genera, kedalaman 2 m 1 genera dan kedalaman 6 m 1 genera. Hasil pengamatan fitoplankton yang tersebar pada tiga stasiun dan tiga lapisan perairan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Rataan Genera Fitoplankton Pada stasiun1outlet dan kedalaman perairan Cholorophyceae Bacillariophyceae Cyanophyceae Euglenophyceae Dinophyceae 9 6 3 1 1 12 6 2 1 1 12 8 3 3 1 Stasiun I 6m 2m 0m Pada stasiun 2 dengan lapisan perairan 0 m, 2 m dan 6 m menunjukan rata-rata tertinggi genera pada fitoplankton kelas Cholorophyceae. Pada permukaan perairan 0 m terdapat 13 genera, dan pada kedalaman 2`m 12 genera, sedangkan kedalaman 6 m 9 genera. Genera terendah terdapat pada kelas Dinophyceae. Pada permukaan perairan 0 m 1 genera, kedalaman 2 m 1 genera dan kedalaman 6 m 1 genera. Hasil pengamatan satiun 2 dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Rataan Genera Fitoplankton Pada stasiun 2reservat dan kedalaman perairan Hasil pengamatan pada stasiun 3 inlet dengan lapisan perairan 0 m, 2 m dan 6 m menunjukan nilai rata-rata tertinggi, terdapat pada genera fitoplankton kelas Cholorophyceae. Berdasrkan lapisan perairan, terdapat pada permukaan perairan 0 meter dengan jumlah genera 12 genera, dan pada kedalaman 2 terdapat 7 genera sedangkan pada kedalaman 6 m terdapat 5 genera. Nilai genera terendah terdapat pada kelas Dinophyceae, pada bagian permukaan perairan 0 m dengan nilai 1 genera, pada kedalaman 2 m 1 genera dan kedalaman 6 m 1 genera. Hasil pengamatan stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 7. Cholorophyceae Bacillariophyceae Cyanophyceae Euglenophyceae Dinophyceae 13 6 3 2 1 13 6 3 1 1 10 7 3 2 1 Stasiun II 6m 2m 0m Gambar 7. Rataan Genera Fitoplankton Pada stasiun 3inlet dan kedalaman perairan

4.2.3.3. Kelimpahan fitoplankton

Hasil pengamatan secara periodik pada tiga stasiun dan lapisan perairan menunjukan tingkat kelimpahan sel fitoplankton sebagai berikut: Kelimpahan sel rata-rata pada stasiun 1 outlet di permukaan perairan 0 m 6.474.667 selm 3 , kedalaman perairan 2 meter 5.239000 selm 3 , kedalaman 6 m 5.187.667 sel m 3 . Pada stasiun 2 reservat rata-rata kelimpahan sel di permukaan perairan 0 m 3.747.667 sel m 3 , kedalaman perairan 2 m 2.732.333 selm 3 , kedalaman 6 m 3.552.033 sel m 3 . Pada stasiun 3 inlet di permukaan perairan 0 m jumlah rata- rata kelimpahan sel fitoplnakton 3.222.000 selm 3 , kedalaman perairan 2 m 4.040.000 selm 3 dan kedalaman 6 meter 3.17.000 selm 3 . Hasil pengamatan kelimpahan fitoplankton pada setiap stasiun dan lapisan perairan tersebut diatas, dapat dikatakan kelimpahan fitoplankton di perairan Waduk Malahayu berada dalam jumlah kelimpahan yang sedang, hal ini diduga keberadaan fitoplankton di perairan Waduk Malahayu telah dimanfaatkan oleh ikan-ikan pemakan fitoplankton Oreochrromis niloticus, yang ditebar setiap tahun di perairan. Hasil pengamatan kelimpahan sel fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 8. Cholorophyceae Bacillariophyceae Cyanophyceae Euglenophyceae Dinophyceae 13 6 3 1 1 8 6 3 1 1 6 7 2 1 1 Stasiun III 6m 2m 0m Gambar 8. Histogram Rataan Kelimpahan sel Fitoplankton Pada setiap Stasiun dan Kedalaman Perairan selm 3 . Kisaran indeks ke anekaragaman H’ untuk setiap periode pada ketiga stasiun sebagai berikut; periode pertama untuk ketiga stasiun dengan indeks keragaman berkisar antara 1.75-2.42. Periode kedua untuk ketiga stasiun dengan indeks keragaman berkisar antara 1.49-2.25. Periode ketiga untuk ketiga stasiun dengan nilai berkisar antara 1.42-2.33. Kisaran indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada periode pertama stasiun kedua dengan kedalaman 2 m, nilainya 2.42 dan terendah terdapat pada periodik ketiga stasiun 3 dengan kedalaman 6 meter 1.42. Berdasarkan kriteria Wilhm et al. dalam Masson 1981 maka perairan Waduk Malahayu kategori sedang 2.3062H’6.9078 yakni keanekeragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang, sehingga dapat dikatakan kestabilan komunitas sedang. Indeks keseragaman yang diperoleh setiap periode untuk ketiga stasiun adalah sebagai berikut; Periode pertama untuk ketiga stasiun dengan nilai indeks keseragaman berkisar antara 0.52-0.73, periode kedua untuk ketiga stasiun dengan nilai berkisar antara 0.57-0.79, periode ketiga untuk ketiga stasiun dengan nilai berkisar anatara 0.53-0.76. Kisaran indeks keseragaman tertinggi terdapat pada Periode kedua, stasiun 1 dengan kedalaman 6 meter nilainya 0.79. Sedangan nilai indeks keseragaman terendah terdapat pada periode pertama, stasiun 1 di permukaan periaran 0 m nilainya 0,52. Nilai indeks keseragaman 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 ST1 ST2 ST3 Stasiun 0 M 2 M 6 M yang dihasilkan dalam pengamatan tergolong tinggi baik pada setiap stasiun maupun kedalaman perairan. Indeks keseragaman yang diperoleh, tergolong tinggi mendekati 1 maka dapat dikatakan perairan Waduk Malahayu penyebaran jumlah individu setiap spesies merata dan tidak berbeda signifikan. Kisaran indeks dominasi setiap periode pada tiga stasiun selama pengamatan adalah: Periode pertama, tiga stasin berkisar antara 0.13-0.31, Periode kedua untuk tiga stasiun berkisar antara 0.13-0.24 dan Periode ketiga untuk tiga stasiun berkisar antara 0.10-0.22. Pengamatan indeks dominasi menunjukan bahwa tidak ada dominasi, tingkat penyebaran merata, antar stasiun maupun kedalaman, sehingga dapat dikatakan ekosistem perairan Waduk Malahayu seimbang.

4.2.3.4. Produktivitas Primer

Produktivitas primer di perairan Waduk Malahayu, dapat ditunjukan dengan hasil pengamatan produktivitas primer bersih di tiga stasiun 1 Outlet, 2 penebaran benih 3 Inlet dan kedalam perairan 0 m, 2 m dan 6 m. Hasil pengamtan ditemukan berkisar 7,8-13,9 mgCm 3 4 jam, dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 9. Histogram kandungan Produktivitas primer NPP pada tiga stasiun dan kedalaman perairan. Pada setiap Stasiun jumlah produktivitas primer bervariasi dan tidak berbeda signifikan. Berdasarkan stasiun nilai tertinggi terdapat pada stasiun 111,5 mgC 3 m4 jam, sedangkan berdasarkan kedalaman nilai tertinggi terdapat pada permukaan perairan 0 m, dengan nilai rata-rata 11.56 mg Cm 3 4 jam dan terendah terdapat pada perairan dengan kedalaman 6 m, dengan nilai 8.2 mg Cm 3 4 jam. Tingginya produktivitas primer pada stasiun 1, karena masukan 0,00 10,00 20,00 30,00 ST1 ST2 ST3 Kedalaman 0 Kedalaman 2 Kedalaman 6 intensitas cahaya matahari yang tinggi sehingga dapat meningkatkan proses fotosinetsis oleh fitoplankton di perairan. Total hasil menunjukan PP di perairan Waduk Malahayu berada dalam konsentrasi optimum untuk pertumbuhan organisme perairan.

4.2.3.5. Nilai fosfat-total daya dukung perairan budidaya KJA

Untuk menentukan daya dukung di perairan, dalam pengembangan budidaya ikan system KJA, maka perlu diketahui nilai fosfat-total yang dapat ditolelir di suatu perairan. Hasil perhitungan dengan mengunakan pendekatan log klorofil-a, dengan nilai klorofil-a pada suatu perairan yang dikategorikan eutrofikasi dengan kandungan nilai klorofil-a adalah 100 mgm 3 th. Hasil diperoleh dengan perhitungan mengguankan pendekatan log Klorifil-a dapat diperoleh hasil fosfat-total Pt yang dapat ditolelir adalah 130 mgm 3 th. Hasil tersebut akan digunakan dalam menentukan daya dukung perairan untuk pengembangan budidaya KJA.

4.2.3.6. Kajian daya dukung perikanan Ranching

Ranching adalah salah satu pola pengembangan perikanan, dengan cara menebar benih ikan di perairan waduk dan dibiarakan beberapa bulan, sampai diduga ikan telah tumbuh besar baru dilakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan jaring, selama penebaran tidak diberikan pakan komersial, seluruh makanan ikan bersumber dari perairan secara alamiah plankton. Prinsip daya dukung perikanan alamiah, untuk pemanfaatan dan pengembangan kegiatan perikanan di perairan waduk penting untuk diketahui. Menentukan daya dukung perairan untuk pengembangan kegiatan perikanan ranching , seperti di Waduk Malahayu adalah; pertama yang harus diketahui tingkat kesuburan perairan dengan pendekatan jumlah produktivitas primer di perairan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam menentukan daya dukung perairan alami. Dengan mengetahui daya dukung perairan, maka dapat menentukan jumlah benih ikan yang yang tepat untuk ditebar kedalam perairan waduk setiap tahun, serta benih yang ditebar dapat mengalami pertumbuhan yang optimum, sehingga pengelolaan dan pemanfaatan perairan untuk pengembangan perikanan ranching dapat berkelanjutan.

4.2.3.6.1. Daya dukung perikanan Ranching pada area optimum

Perhitungan daya dukung perairan Waduk malahayu, dengan pendekatan jumlah produktivitas primer di perairan yang diasumsikan pada area perairan dangkal 4 meter daerah pinggiran waduk dengan luasan area optimum 320 ha. Diukur produktivitas primer pada tiga stasiun dengan tiga lapisan perairan yaitu permukaan 0 m, kedalaman 2 m, dan kedalaman 4 meter, maka diperoleh jumlah gross primary production adalah 3.843 gCm 2 . Hasil produktivitas primer tersebut dikonversikan pada tabel konversi effisiensi beveridge, 1984 ditemukan nilai persen 1,5. Hasil yang diperoleh dikalikan dengan luas area perairan optimum waduk 360 ha 3.600.000 m 2 , maka diperoleh daya dukung yang dihitung dengan nilai kapasitas produksi adalah 207,522 tontahun. Daya dukung perairan optimum, sesuai dengan nilai kapasitas produksi yang dihasilkan adalah 207,522 ton, artinya kemampuan optimum perairan waduk secara alami dapat memproduksi ikan sebanyak 207,522 ton. Benih ikan yang ditebarkan dengan ukuran 25 grekor, dan saat eksploitasi diperoleh hasil tangkapan dengan ukuran 125 grekor. Sesuai hasil tersebut maka diketahui perubahan bobot adalah 100 gr, sehingga nilai hasil produksi dibagikan dengan nilai perubahan bobot adalah 207,522 ton100 gr, maka jumlah benih optimum yang dapat ditebarkan adalah 2,07522 ekor ikan setiap tahun.

4.2.3.6.2. Daya dukung perikanan Ranching pada area maksimum

Berdasarkan pengujian dan perhitungan dengan pendekatan jumlah produktivitas primer di perairan Waduk Malahayu pada luasan area perairan waduk yang maksimum 720 ha dengan total kedalalaman 8 meter. Diukur produktivitas primer pada tiga stasiun dengan tiga lapisan perairan yaitu permukaan 0 m, kedalaman 2 m, dan kedalaman 6 meter, maka diperoleh jumlah gross primary production adalah 2.220 gCm 2 . Hasil produktivitas primer tersebut dikonversikan pada tabel konversi effisiensi Beveridge, 1984, hasil yang diperoleh dikalikan dengan luas area perairan waduk 7200.000m 2 , maka diperoleh daya dukung yang dihitung dengan pendekatan nilai kapasitas produksi. Hasil perhitungan diketahui, daya dukung perairan sesuai dengan kapasitas produksi yang dihasilkan adalah 399 ton. Artinya kemampuan perairan waduk secara alami dapat memproduksi ikan sebanyak 399 ton. Sesuai hasil wawancara dengan nelayan tangkap diperoleh informasi bahwa benih ikan yang ditebarkan dengan ukuran 25 grekor, dan saat eksploitasi diperoleh hasil tangkapan dengan ukuran 125 grekor sesuai hasil tersebut maka diketahui perubahan bobot adalah 100 gr, sehingga nilai hasil produksi dibagikan dengan nilai perubahan bobot adalah 399 ton100 gr, maka jumlah benih yang dapat ditebarkan sesuai daya dukung perairan Waduk Malahayu adalah 3.996.000 ekor ikan setiap tahun. Data penebaran benih setiap tahun di perairan Waduk Malahayu diketahui jumlah penebaran sekitar 800.000 benihtahun. Hal ini berarti, masih terdapat kekurangan jumlah benih yang ditebarkan sesuai hasil kajian daya dukung untuk luasan perairan optimum maupun luasan perairan maksimum.

4.2.3.7. Kajian daya dukung budidaya ikan KJA

Pengembangan kegiatan perikanan di waduk Malahayu khususnya kegiatan perikanan budidaya KJA, harus didasarkan pada kapasitas dan daya dukung lingkungan perairan. Kegiatan budidaya KJA sangat menguntungkan bagi perekonomian masyarakat sekitar, jika dikelola dengan baik dan benar sesuai prinsip-prinsip daya dukung guna menunjang kegiatan budidaya perikanan yang berkelanjutan. Disamping dampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, juga terdapat dampak negatif yang ditimbulakan jika pengelolaan dan pengembangan budidaya KJA tidak memperhitungkan aspek daya dukung, sehingga terjadi kerugian kematian masal ikan yang diakibatkan oleh blooming algae. Menurunnya kualitas perairan karena terjadi kelebihan masukan bahan organik dan anorganik yang masuk, dan menumpuk didasar perairan karena pemberaian pakan yang tidak efektif, dan tidak sesuai dengan daya dukung perairan. Salah satu unsur hara yang mempengaruhi kesuburan perairan adalah fosfat-total yang terdapat dalam pakan komersial sebagai sumber nutrisi dan protein ikan budidaya KJA yang harus dikendalikan. Tingginya kandungan fosfat-total dapat meningkatkan kesuburan perairan eutrofikasi dan hypereutrof yang dapat menimbulakan bahaya kematian ikan karena bloming algae, dampak negatif ini, telah terjadi pada beberapa Waduk dan danau besar di Indonesia yang dalam pengelolaan tidak memperhitungkan daya dukung sejak dini sebelum pengembangan usaha budidaya KJA dilakukan. Kondisi saat ini di Waduk Malahayu belum dimanfaatakan, kegiatan budidaya ikan KJA. Saat ini yang dimanfaatkan adalah perikanan ranching yang mengharapkan sumber nutrisi dari pakan alamiah diperairan. SK Bupati Kabupaten Brebes No.523177 tahun 2007 yang mengijinkan perairan Waduk Malahayu dapat dimanfaatkan untuk usaha perikanan budidaya KJA, namun perijinan tersebut tidak didasarkan atas kajian teknis daya dukung perairan, sehingga dikhawatirkan akan terjadi kerugian baik ekonomi, sosial maupun ekologi. Dengan ini maka sangat penting diperlukan untuk mengetahui daya dukung perairan agar jika dikembangakan budidaya ikan KJA, akan terhindar dari dampak negatif dan bahaya lain yang ditimbulkan. Keuntungan lain yang diperoleh jika pengembangan KJA, pada sebagian area perairan Waduk Malahayu adalah: pakan yang terbuang sangat tingi 20 keluar dari jarring KJA, dan dapat dimanfaatkan sebagai makanan tambahan yang kaya akan kandungan protein untuk pertumbuhan ikan di peraiaran umum ranching , sehingga sisa pakan tidak dapat mengendap didasar perairan sebagai limbah organik, yang terakumulasi menjadi racun. Penyebaran konsentrasi fosfat- total di perairan umum akan lebih rendah, karena pakan yang terbuang keluar KJA telah dimanfaatakan oleh ikan perairan umum ranching, bahkan ditargetkan habis termanfaatkan, sehingga tidak terjadi endapan yang mempengaruhi kualitas perairan. Berdasarkan hasil yang diuji, diketahui nilai fosfat- total monitoring sebelum adanya kegiatan eksploitasi KJA adalah 11 mgm 3 , diperoleh dari pengamatan setiap stasiun dan kedalaman perairan yang rata-rata 0,011 mgl. Nilai fosfat-total yang ditolelir adalah 130 mgm 3 , nilai fosfat-total yang diperoleh, memiliki hubungan dengan daya dukung perairan semakin besar fosfat- total yang dapat diterima, maka semakin besar pula daya dukung perairan begitu sebaliknya. Nilai yang diperoleh dari pendekatan log klorofil-a dengan tipe perairan eutrofikasi adalah 100 mgm 3 . Kandungan fosfor yang digunakan adalah kandungan yang terdapat pada pakan komersial untuk budidaya ikan tilapia ikan nila nilainya adalah 1,3 per berat pakan, jika pakan yang diguanakan adalah 1 ton maka kandungan fosfor adalah 13 kg. Nilai FCR dalam pembudidayaan ikan nila, digunakan nilai FCR 1,5; 1 artinya dengan pemberian pakan 1,5 kg dapat menghasilkan berat ikan hingga panen adalah 1 kg. Semakin besar nilai FCR dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hasil data kondisi fisik Waduk Malahayu yang diperoleh dari wawancara, dengan otoritas waduk, dapat diketahui kedalaman perairan maksimal rata-rata adalah 12 meter, pada musim kemarau kedalaman tersisa 8 meter. Besarnya jumlah air yang keluar atau hilang setiap tahun dari waduk melalui outflow adalah 44.000.000. m 3 th. Secara lengkap data yang diperoleh melalui pengujian laboratorium, wawancara dengan otoritas waduk dapat disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Parameter daya dukung perairan Waduk Malahayu No Parameter Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Luas permukaan m 2 720 ha Rata-rata kedalaman m Fosfat- total monitoring mgm 3 Pi Fosfat- total yang ditolelir mgm 3 Kandungan fosfor dalam pakan Rata-rata air keluartahun m 3 tahun R fish FCR Flushing rate koefisient 7.200.000 8 11 130 1,3 44.000.000. 0.75 1,5 1 Berdasarkan data pada Tabel 8., dapat kita lanjutkan untuk menghitung daya dukung perairan Waduk Malahayu dalam pemanfaatan dan pengembangan kegiatan perikanan KJA. Perhitungan daya dukung perairan yang dimulai dengan menghitung kapasitas perairan ΔP, dengan mengacu pada metode Beveridge, 1996. Kapasitas perairan ΔP, berhubungan dengan beban masukan P dari eksploitasi KJA yang selanjutnya disebut sebagai L fish . Lfish berhubungan dengan nilai Rfish. Rfish merupakan parameter yang sulit diestimasi menurut Philips et al. 1985, dan untuk jaring apung tilapia sekitar 45-55 dari total p loading akan hilang sebagai dampak pengendapan partikel padat faeces, oleh karena itu hanya 45-55 total P dalam bentuk terlarut yang ada dalam perairan sebagai limbah budidaya. Berdasarkan persamaan yang dihitung, maka dapat diketahui kapasitas perairan ΔP adalah 119 mgm 3 th, hasil tersebut adalah selisih antara fosfat-total yang dapat ditolelir dikurangi fosfat-total yang diukur sebelum eksploitasi p intial . Hasil perhitungan untuk nilai L fish adalah 4.760 mgm 2 th yang diperoleh dari hasil perhitungan; perkalian kapasitas perairan ΔP, kedalaman perairan, nilai row hasilnya dibagikan dengan nilai Rfish. Karena luas area perairan Waduk Malahayu adalah 720 ha 7200.000 m 2 , maka nilai L fish dikalikan dengan luas area. Hasilnya total p loading total acceptable loading yang dapat diterima adalah 34,272.000 gtahun. Hasil p loading untuk ikan tilapia adalah 16,1 kgton ikan, maka diperoleh besar daya dukung carying capacity dalam bentuk bobot produksi adalah; total acceptable loading p loading tiap ton pakan 34,272.000 16,1 . Hasilnya dalam bentuk bobot ikan yang dapat diproduksi adalah 2,128 ton tahun artinya daya dukung perairan Waduk Malahayu dengan pendekatan fosfat-total sebagai limiting faktor dapat mendukung produksi ikan sebanyak 2,128 tontahun, jika produksi tiap unit adalah 1 ton maka jumlah KJA yang dibutuhkan adalah 2.128 unit. Luasan area perairan 1 unit KJA dengan ukuran 14x14 dengan jumlah 4 petak yang berukuran 7x7 maka tiap unit KJA memanfaatakan area perairan seluas 196m 2 , sehingga luasan perairan yang dapat dimanfaatkan untuk total KJA adalah 417,088 m 2 . Kandungan konsentrasi fosfat-total di perairan saat eksploitasi adalah 0,0009 mgl, konsentarsi tersebut dapat diklasifikasikan perairan berada pada tingkat oligotrofik. Berdasarkan kajian daya dukung yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat dijadikan pedoman pemanfaatan budidaya KJA yang berkelanjutan. SK Bupati No.523177 tahun 2007 tentang pemanfaatan area 10 untuk kegiatan budidaya KJA di perairan Waduk Malahayu, setelah dianalisis masih memenuhi syarat daya dukung perairan. Kajian daya dukung yang telah dihasilkan tersebut, dapat memberikan peluang pemanfaatan yang optimum dalam pengembangan perairan Waduk Malahayu yang pola pemanfaatan dengan pola kombinasi, yakni perairan waduk dapat dimanfaatakan secara bersama- sama untuk kegiatan perikanan ranching dan budidaya ikan KJA, KJA, and Ranching. Pola ini diyakini sangat tepat, untuk diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya perairan yang diperuntukan pada kegiatan usaha perikanan, karena hasilnya sangat menguntungkan. Kehadiran KJA dapat memberikan kontribusi sumbangan pakan berprotein tinggi ke perikanan ranching di perairan umum, sehingga pertumbuhan ikan dapat mencapai pertumbuhan yang optimum sesuai target, sehingga masyarakat nelayan Nila Jaya di Waduk Malahayu akan sejahtera.

4.2.4. Analisis Kesejahteraan nelayan di Waduk Malahayu