2.10. Faktor Kimia Perairan 2.10.1. pH
PH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan yang menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Menurut Makereth et
al. 1989 pH terkait sangat erat dengan kandungan karbon dioksida dan
alkalinitas. Pada pH yang kurang dari 5 alkalinitasnya bisa tidak terdeteksi. Makin tinggi nilai pH semakin tinggi nilai alkalinitas dan makin rendah kandungan
karbon dioksida bebasnya. Toksisitas dari senyawa kimia juga dipengaruhi oleh pH. Nilai pH normal suatu perairan danau adalah 6-9 Goldman Horne, 1983.
Senyawa amonium yang dapat terionisasi benyak ditemukan pada perairan dengan pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik innocuous. Pada suasana alkalis pH
tinggi lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi unionized dan bersifat toksik. Amonia lebih mudah terserap kedalam tubuh organisme akuatik
dibandingkan amonium. Proporsi dari total amonia nitrogen yang tidak terionisasi NH
3
akan meningkat dengan meningkatnya suhu dan pH. Pengaruh dari pH bagi konsentrasi amonia tidak terionisasi sangat tinggi dibandingkan pengaruh dari
suhu Boyd, 1982. Proses biokimiawi perairan seperti nitrifikasi sangat dipengaruhi oleh nilai pH. Proses nitrifikasi akan berakhir jika pH bersifat asam.
Pada pH 4,5 -5,5 proses nitrifikasi akan terhambat Novonty Olem, 1994 dalam Effendi, 2003. Selanjutnya Effendi, 2003 menjelaskan bakteri pada umumnya
tumbuh dengan baik pada pH netral dan alkalis. Oleh karena itu proses dekomposisi bahan organik berlangsung lebih cepat pada kondisi pH netral dan
alkalis. Jika dalam suatu perairan terdapat bahan organik yang tinggi, maka hasil dekomposisi bahan organik tersebut diantaranya adalah karbon dioksida. Didalam
karbondioksida ini akan membentuk asam karbonat Moss, 1993, keadaan ini juga bisa terjadi jika 1 dari karbon dioksida bereaksi dengan air, sehingga
membentuk asam karbonat Cole, 1988.
2.10.2. Oksigen Terlarut Dissolved Oxygen
Komponen yang paling penting bagi ekosistem danau atau waduk adalah oksigen terlarut dalam air untuk metabolisme tumbuhan dan hewan akuatik.
Lytras, 2007. Dinamika distribusi oksigen terlarut diperairan merupakan dasar untuk mengetahui perilaku organisme yang tumbuh diperairan, kelarutan oksigen
umumnya dipengaruhi oleh peningkatan suhu. Distribusi oksigen dalam kolom air danau bervariasi saat fotosintetik berlangsung yang disebabkan oleh oksidasi
biochemichal dan kehadiran oksigen terlarut Lytras, 2007.
Oksigen terlarut adalah salah satu parameter paling mendasar diperairan karena mempengaruhi kehidupan organisme akuatik Alabstar dan Liyod, 1980
dalam Hamilton dan Schaldov, 1994. Atmosfier bumi mengandung oksigen
sekitar 210 mlliter. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut diperairan alami bervariasi, tergantung pada
suhu, salinitas dan turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian altitude serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut
semakin kecil Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2003. Proses fotosintesis mengahasilkan oksigen, yang merupakan input utama
di perairan yang subur Seller dan Markland, 1987; Thornton et al. 1990. dan perubahan kimia di sedimen interfase Mortimer, 1971, Bostrim et al. 1982 dalam
Hamilton dan Schaldow, 1994. Fotosintesis bertanggungjawab terhadap pulse oksigen diepiliminion waduk.
Oksigen terlarut dalam perairan merupakan konsentrasi gas oksigen yang terlarut di dalam air yang berasal dari proses fotosintesa oleh fitoplankton atau
tumbuhan air lainnya di zone eufotik, serta difusi dari udara APHA, 1989. Oksigen terlarut merupakan zat yang paling penting dalam sistem kehidupan di
perairan, dalam hal ini berperan dalam proses metabolisme oleh makro dan mikroorganisme yang memanfaatkan bahan organik yang berasal dari fotosintesis.
Selain itu juga mempunyai peranan yang penting dalam penguraian bahan-bahan organik oleh berbagai jenis mikroorganisme yang bersifat aerobik APHA, 1989,
sehingga jika ketersedian oksigen tidak mencukupi akan mengakibatkan lingkungan perairan dan kehidupan dalam perairan menjadi terganggu, sekaligus
akan menurunkan kualitas air. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian diurnal dan musiman, tergantung pada pencampuran mixing, dan
pergerakan turbulance massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah effluent
yang masuk ke badan air Effendi, 2003.
Kadar oksigen terlarut diperairan yang sama dengan kadar oksigen teoritis disebut kadar oksigen jenuh atau saturasi. Sedangkan kadar oksigen yang lebih
kecil dari kadar oksigen secara teoritis disebut tidak jenuh, yang melebihi nilai jenuh disebut super saturasi. Kejenuhan oksigen diperairan dinyatakan dengan
persen saturasi Jeffries Mills 1996 dalam Effendi, 2003. Kandungan oksigen terlarut di danau dapat menentukan daerah trofik. Perairan yang oligotrofik
menunjukan variasi yang kecil dari oksigen saturasi, sedangkan perairan yang eutrofik
kisaran oksigen saturasinya bisa mencapai 250. Selain itu bahan organik dari sumber alam atau dari domestik dan industri merupakan limbah yang
dapat menyebabkan terjadinya penurunan kelarutan oksigen di perairan Golman Horne, 1983.
Sumber oksigen terlarut di hipoliminium hampir tidak ada. Setelah stratifikasi suhu yang permanen pada musim panas, danau akan mengalami
periode stagnan di bawah termoklin, dengan suhu yang rendah, densitas yang lebih tinggi, lebih kental daripada lapisan atas, dimana gas-gas dan produk
dekomposisi terakumulasi Welch, 1980. Sumber oksigen terlarut di perairan yang utama adalah difusi udara. Laju transfer oksigen tergantung pada konsentrasi
oksigen terlarut di lapisan permukaan, konsentrasi saturasi oksigen, dan bervariasi sesuai kecepatan angin Seller dan Markland, 1987. Adsorpsi oksigen dari udara
ke air melalui dua cara yaitu: Difusi langsung ke permukaan air atau melalui berbagai bentuk agitasi air permukaan, seperti gelombang, air tejun, turbulensi
Wrlch, 1952. Sumber oksigen terlarut sebagian adalah aerasi permukaan Seller dan Markland, 1987. Susupan oksigen terlarut ke badan air dapat terjadi karena
inflow . Di waduk inflow yang utama masuk di bagian atas. Jika densitas inflow
berbeda dengan dengan densitas air permukaan, maka inflow masuk dan bergerak di waduk sebagai arus densitas.
2.10.3. Fosfat