Analisis Kesejahteraan Masyarakat Nelayan. Analisis Pendapatan

3.4.10. Analisis Kesejahteraan Masyarakat Nelayan.

Tingkat kesejahteraan pada penelitian ini dibedakan atas tiga kelompok yaitu; tinggi, sedang, rendah. Indikator ini diadopsi dari indikator kesejahteraan BPS yang diacu dalam Agusniatih 2002. Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan tangkap dilihat berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan yang meliputi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi pengeluaran, Pendidikan, Kondisi perumahan. Indikator-indikator tersebut dianalisis secara deskriptif dengan sistem skor yang kemudian di kelompokan berdasarkan kategori-kategori tertentu. Indikator kesejahteraan untuk tingkat pendapatan diukur dari besarnya pendapatan RT per kapita dalam sebulan dibagi kedalam tiga kategori interval yang sama dalam satuan rupiah, sebagai berikut: Pendapatan tinggi dengan nilai Rp.433.333, pendapatan sedang Rp.216.666- Rp.433.333skor 2 sedangkan pendapatan rendah Rp.216.666 skor 1. Pengeluaran tinggi Rp.140.000. skor 3, pengeluaran sedang Rp.93.333- Rp.140.000 skor 2, sedangkan pengeluaran rendah Rp.93.333 skor 1. Tingkat pendidikan keluarga 60 jumlah keluarga tamat SD kategori tinggi, skor 3, 30-60 jumlah anggota keluarga tamat Sd kategori sedang, skor 1, kesehatan keluarga 25 jumlah anggota keluarga sering sakit kategori baik skor 3, 25- 50 jumlah keluarga sering sakit kategori sedang skor 2, sedangkan 50 jumlah keluarga sering sakit kategori buruk skor 1. Tingkat kondisi perumahan permanen skor 15-21, semi permanen skor10-14 dan tidak permanen skor 5- 9. Tingkat kesejahteraan tinggi jika skor 14-18, tingkat kesejahteraan sedang jika skor 10-13, dan tingkat kesejahteraan rendah jika skor 6-9. Penentuan ketiga klasifikasi tingkat kesejahteraan tersebut adalah dengan melihat jumlah skor tertinggi dikurangi skor terendah yang kemudian dibagi menjadi tiga kategori dengan interval yang sama secara statistik.

3.4.11. Analisis Pendapatan

Untuk mengetahui variabel yang memberikan peluang terhadap pendapatan dengan menggunakan analisis regresi logistik ordinal untuk mengetahui ods ratio dari variabel kerja kerja sampingan, dan variabel jumlah hasil tangkapan jumlah ikan yang ditangkap. Persamaan sebagai berikut: Keterangan: Phix= Penduga logistik, sebagai fs linier dari peubah penjelas B0 = Intersep konstanta Bp= Menyatakan parameter xp. p p p p x x x x x ... exp 1 ... exp 1 1 1 1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Fisik Waduk Malahayu Waduk Malahayu merupakan salah satu dari 24 waduk besar di Jawa Tengah, dan sebagai waduk utama yang berfungsi sebagai penyokong kegiatan pertanian di Kabupaten Brebes. Waduk tersebut menampung air dari sungai Cikabuyutan yang terletak pada daerah aliran sungai kabuyutan. Waduk Malahayu terdiri dari tiga DPS irigasi yaitu, DPS Jengklok, DPS Malahayu dan DPS Babakan. Waduk Malahayu menyuplai air untuk 14.247 hektar sawah yang berada pada lima kecamatan yakni Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Kersana dan Kecamatan Ketanggungan. Debit air Waduk Malahayu yang terletak di Kecamatan Banjarejjo, Kabupaten Brebes mulai menyusut. Saat dibangun tahun 1935 dasar bendungan pada elevasi rata- rata + 32,00 m. Tahun 2002 diketahui terjadi pengendapan yang besar sehingga elevasi dasar bendungan rata-rata menjadi -44,00 m. Dalam kondisi banjir, elevasi dan muka air waduk mencapai 70,20 hektar. Volume air pertama dibangun adalah 69.074,000 m 3 . Kondisi volume air saat ini tinggal 37.047,664 m 3 , dengan endapan lumpur 3.999,336 m 3 . Kondisi ini mengakibatkan usia efektif waduk yang awalnya 150 tahun, kini diperkirakan hanya 50 tahun lagi. Widyayanti, 2007. Kondisi perubahan fisik juga dipengaruhi oleh laju sedimen dan tingginya pengendapan lumpur yang secara terus menerus, dan berlangsung lama seperti terlihat saat ini. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas perairan Waduk Malahayu, sehingga kedepan perairan waduk tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Upaya yang harus dilakukan, untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas perairan, agar kembali sebagaimana mestinya untuk pemanfaatan yang berkelanjutan adalah mengembalikan debit volume air yang hilang sekitar 50. Proses dilakukan dengan pola kerjasama semua pihak, masyarakat, nelayan tangkap dan stake holder lainnya bersama Pemerintah Kabupaten Brebes dan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dalam proses penggerukan lumpur di dasar perairan dan perbaikan kondisi fisik waduk.