danau atau waduk dari input N berlebihan. Hasil menunjukan perlu mengurangi nutrient
yang masuk ke perairan baik N maupun P untuk mengendalikan eutrofikasi
jangka panjang hypereutrofik Hans W. Paerl et al., 2010.
2.11. Faktor Biologi perairan 2.11.1. Produktivitas Primer
Terdapat hubungan yang positif antara kelimpahan fitoplankton dengan produktivitas primer, jika kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tinggi, maka
perairan tersebut cenderung mempunyai produktivitas yang tinggi pula Raymont, 1963. Odum 1971 mendefinisikan produktivitas primer sebagai derajat
penyimpanan energi dalam bentuk bahan organik, sebagai hasil fotosintesis dan kemosintesis dari produsen primer.
Produktivitas primer merupakan sumber utama energi bagi proses metabolik yang terjadi dalam perairan. Pada ekosistem perairan sebagian besar
produktivitas primer dihasilkan oleh fitoplankton Kennish 1990; Barnabe dan Barnabe, 2000. Aliran energi dalam ekosistem perairan dimulai dengan fiksasi
energi oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis. Melalui proses ini fitoplankton mengakumulasi energi, energi yang diakumulasi oleh fitoplankton
inilah yang disebut produktivitas primer. Pengukuran produktivitas primer fitoplankton merupakan suatu syarat dasar untuk mempelajari struktur dan fungsi
ekosistem perairan.
2.11.2. Klorofil -a
Klorofil adalah molekul komplek yang tersusun dari 4 cicin karbon nitrogen yang mengelilingi satu atom Mg, dan bila Mg tersebut terlepas dari
krorofil matiterdegradasi, maka krorofil tersebut disebut phaeophitin atau phaeofigmen
. Klorofil a adalah klorofil yang dapat dilalui elektron, dalam hal ini dengan adanya sinar matahari akan mengakibatkan elektron berpindah, dan
elektron ini selanjutnya diubah menjadi energi kimia yang berperan dalam fotosintesis. Klorofil amempunyai kemampuan maksimum dalam menyerap sinar
matahari, kemampuan ini paling optimum dalam wilayah sinar merah yang panjang gelombang 680 nm. Berdasarkan konsentrasi klorofil a Ryding Rast,
1989 mengklasifikasikan tingkat kesuburan perairan menjadi 3, yaitu jika suatu
perairan kandungan klorofil a-nya 8 mgm
3
berarti perairan tersebut termasuk perairan oligotrofik, jika konsentrasinya 8-25 mgm
3
dikategorikan pada perairan mesotropik
, dan jika mencapai 25 -27 mgm
3
masuk pada perairan eutrofik. Klorofil-a merupakan 1-2 dari berat kering seluruh organism fitoplankton
APHA, 1980.
2.11.3. Plankton Fitoplankton
Pertumbuhan fitoplankton berinteraksi dengan serapan unsur hara Thomann, et al. 1987. Plankton adalah organisme renik yang bergerak melayang
dalam air atau kalaupun mampu berenang, kemampuan berenangnya sangat lemah, pergerakannya selalu dipengaruhi oleh gerakan massa air. Pada dasamya
plankton dapat berupa tumbuhan fitoplankton dan juga berupa hewan zooplankton. Komposisi jenis fitoplankton yang umum dijumpai diperairan
tawar berasal dari kelas Bacillarophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, Crysophyceae,
Cryptophyceae, Dinophyceae,
Euglenophyceae ,
dan Xanthophyceae.
Kelas Cyanophyceae dan Crysophyceae merupakan jenis fitoplankton dominan diperairan tawar yang tergenang Ruttner, 1973.
Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi kualitas perairan. Fitoplankton merupakan dasar
produsen mata rantai makanan Dawes, 1981. Kehadirannya disuatu perairan juga dapat menggambarkan status suatu perairan apakah berada dalam keadaan
subur atau tidak. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa
parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respon terhadap
perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi Reynolds et al.,1984. Muatan unsur hara yang berlebihan dapat merangsang
pertumbuhan fitoplankton dengan cepat dan berlimpah sehingga dapat mempengaruhi fluktuasi dan kelimpahan fitoplankton di perairan. Fitoplankton
sebagai organisme autotrof menghasilkan oksigen yang akan dimanfaatkan oleh organisme lain, sehingga fitoplankton mempunyai peranan penting dalam
menunjang produktivitas perairan.
Keberadaan fitoplankton dapat dilihat berdasarkan kelimpahannya di perairan, yang dipengaruhi oleh parameter lingkungan perairan tersebut.
Komposis dan kelimpahan fitoplankton akan berbeda di setiap lapisan kedalaman sebagai akibat dari perbedaan kondisi perairan pada masing-masing lapisan
tersebut. Kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan sangat mpengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang meliputi faktor fisika, kimia, dan biologi, yakni
suhu, kekeruhan, kecerahan, Ph, gas terlarut, unsur hara serta dipengaruhi pula oleh adanya interaksi dengan organisme lain. Proses eutrofikasi pada sistem
perairan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi jenis fitoplankton. Kondisi ini mengakibatkan dominasi dari jenis tertentu dan tumbuh secara berlebihan
blooming. Blooming dapat menyebabkan komposisi fitoplankton berbeda di setiap kedalaman. Pada kondisi demikian fitoplankton yang terdapat pada masing-
masing lapisan tersebut juga berbeda. Menurut Davis, 1955 pada suatu perairan pada lokasi tertentu sering
didapat jumlah individu plankton yang berlimpah, sedangkan pada lokasi lainnya diperairan yang sama, jumlahnya sangat sedikit. Keadaan ini merupakan suatu
petunjuk bahwa distribusi plankton di suatu perairan belum tentu homogen. Selajutnya dikatakan bahwa kelimpahan fitoplankton terbesar ada pada beberapa
centi meter di bawah permukaan air.
2.12. Kesejahteraan Rakyat