Tanaman pohon tepi jalan yang kurang terawat, bahkan banyak jalan belum ditanami pohon pelindung Lokasi Hutan Kota dan Persentase Luasannya

melakukan kegiatan olahraga sepakbola di lokasi lapangan yang sering tergenang air. Pembangunan stadion juga terbengkalai serta kondisi lapangan yang tergenang dan bangunannya roboh. Sarana olahraga yang baik perlu dibangun baik dalam bentuk lapangan olahraga atau hutan kota rekreasi dan olahraga. Pembangunan hutan kota yang dapat mengatasi penggenangan di berbagai sarana olahraga dapat membantu masyarakat yang ingin mengembangkan bakat serta membentuk atlit daerah yang potensial.

f. Beberapa fasilitas umum dan area perkantoran masih dikelilingi semak belukar

Estetika kota perlu dibangun untuk membangun kenyamanan dan keasrian kota. Kota yang indah dan tertata rapi juga memperkuat identitas kota. Kota Selatpanjang belum memiliki estetika kota yang baik. Beberapa bangunan publik masih dipenuhi semak belukar atau dibiarkan gersang dengan sedikit tanaman. Kondisi tersebut tidak hanya memperlemah aktivitas pemerintahan tetapi juga mengurangi produktivitas masyarakat karena kejenuhan dan ketidakteraturan bentuk kota.

g. Tanaman pohon tepi jalan yang kurang terawat, bahkan banyak jalan belum ditanami pohon pelindung

Tanaman pohon tepi jalan sangat penting untuk mengatasi polusi transportasi, mengurangi kebisingan transportasi dan melindungi pengendara dari terpaan angin, panas dan bahaya kecelakaan. Tanaman perdu dan kombinasi di sekitar jalan dapat memperkecil bahaya kecelakaan serta mengurangi jatuhnya korban. Tanaman tepi jalan di Kota Selatpanjang belum dikelola dengan baik terlihat dari banyaknya pepohonan tepi jalan yang tidak dirawat sehingga banyak tumbuh cabang dan pertumbuhannya yang bengkok. Pemilihan jenis tanaman juga tidak diperhatikan terlihat dari tidak teraturnya jenis tanaman yang ditanam seperti jati, trembesi, cemara, bahkan ketapang. Jenis pohon yang tidak tepat hanya akan merusak kontur jalan dan mengurangi estetika jalan.

h. Masih banyaknya lahan kosong milik negara yang belum dimanfaatkan

Lahan kosong milik Negara menjadi kesempatan yang baik untuk membangun Ruang Terbuka Hijau dan Hutan kota. Pada masa mendatang kebutuhan lahan untuk pembangunan akan sangat tinggi sehingga lahan harus dimanfaatkan sedini mungkin untuk kepentingan lingkungan sebelum terdesak kepentingan pembangunan. Saat ini banyak lahan kosong milik pemerintah daerah yang tidak dimanfaatkan. Lahan-lahan tersebut hanya digunakan oleh masyarakat sebagai lapangan bola atau masih berupa semak belukar. Penyerobotan lahan juga dikhawatirkan terjadi jika pemanfaatan lahan tidak segera dilakukan oleh pemerintah.

5.4.2 Kebutuhan Kota Selatpanjang

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, dapat diketahui kebutuhan Kota Selatpanjang akan hutan kota. Lokasi hutan kota nantinya diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan kota tersebut. Kebutuhan kota selatpanjang yaitu: a. Sarana dan lokasi untuk rekreasi hutan kota rekreasi Kota Selatpanjang belum memiliki sarana rekreasi yang dikembangkan khusus untuk rekreasi masyarakat. Sarana olahraga juga belum ditetapkan oleh pemerintah dan belum dibangun secara lengkap. Pembangunan salah satu stadion terbengkalai dan tidak dilanjutkan. Hal tersebut menyebabkan masyarakat kota selatpanjang sangat membutuhkan sarana rekreasi dan olahraga terlihat dari pemuda dan anak-anak yang melakukan lari pagi serta sepakbola setiap harinya. Lokasi yang cocok untuk dikembangkan sebagai sarana rekreasi yaitu Hutan mangrove Jalan Pemuda Setia. Lokasi yang dapat dibangun sebagai hutan kota sekaligus sarana olahraga yaitu Stadion Dorak, dan gedung gerakan pramuka. b. Kawasan pelestarian keanekaragaman hayati hutan kota tipe pelestarian keanekaragaman hayati Kota Selatpanjang memiliki beberapa satwa yang dapat dijumpai dengan mudah seperti elang bondol, biawak air, dan makaka. Kota Selatpanjang belum memiliki kawasan pelestarian plasma nutfah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kawasan pelestarian plasma nutfah perlu dibangun di kota ini sebagai habitat bagi satwa-satwa dan tumbuhan agar keberadaannya tidak terganggu oleh aktivitas kota Selatpanjang. Hutan kota tipe pelestarian plasma nutfah juga dapat dijadikan sarana pendidikan dan penelitian. Kawasan yang cocok dijadikan kawasan hutan kota tipe pelestarian plasma nutfah yaitu Hutan mangrove sempadan sungai Suir dan lahan terbuka kosong Jalan Rintis. Hutan mangrove sempadan Sungai Suir sebagai tempat pelestarian satwa dan tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove sedangkan lahan terbuka kosong Jalan Rintis digunakan sebagai pelestarian satwa dan tumbuhan yang hidup di ekosistem gambut, hutan dataran rendah maupun hutan pantai. c. Kawasan perlindungan di tepi pantai dan sungai hutan kota tipe perlindungan Kerusakan hutan bakau akan berlanjut pada berkurangnya hasil pencaharian penduduk di sektor perikanan. Bakau sebagai habitat berbagai jenis ikan, udang, kepiting dan hewan laut lainnya menjadikan jenis habitat ini harus dijaga dengan baik agar kehidupan hewan laut tersebut terjaga. Masyarakat terkadang kurang menyadari pentingnya hutan bakau. Hutan bakau memberikan banyak keuntungan termasuk menjaga daratan dari gempuran abrasi air laut, mencegah intruisi air laut dan sebagai pelindung dari berbagai bencana seperti tsunami, angin kencang, badai, dan gelombang pasang. Selain itu, hutan bakau juga menambah estetika daerah pesisir dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. d. Penataan bangunan dan jalan sehingga estetika kota terbentuk dan menarik pengunjung hutan kota tipe pemukiman dan pengamanan Kota Selatpanjang memiliki beberapa ruas jalan utama. Jalan yang paling strategis untuk dibangun hutan kota bentuk jalur yaitu di tepi Jalan Dorak dan Banglas. Jalan tersebut merupakan jalan perkantoran dan menghubungkan lokasi pasar dengan pelabuhan baru yang akan dibangun. Jalan tersebut cocok untuk ditanami pepohonan yang memiliki nilai estetika dan menjadi ciri khas kota Selatpanjang. Jalan ini berpotensi dilewati pengunjung yang berkunjung ke kota Selatpanjang, karena terdapat perkantoran bupati dan kantor lembaga adat serta terhubung langsung ke pelabuhan sehingga hutan kota ini dapat menambah ketertarikan pengunjung untuk kembali berkunjung ke kota ini. Beberapa bangunan pemerintahan seperti kantor bupati dan rumah adat melayu masih terlihat dipenuhi semak belukar dan sebagian lainnya gersang. Kondisi tersebut kurang baik dari segi estetika bangunan. Perkantoran tersebut perlu ditanami berbagai jenis pepohonan selain untuk menambah estetika bangunan, dapat pula dijadikan sarana pelestarian plasma nutfah kota Selatpanjang melihat cukup luasnya lahan kosong di sekitar kantor bupati dan rumah adat melayu. Kota Selatpanjang memiliki lokasi pasar, perkantoran, dan pemukiman yang relatif kurang padat dibandingkan kota-kota di sekitarnya seperti Pekanbaru, Dumai, atau Kota Siak. Kota Selatpanjang masih memiliki kondisi lingkungan yang belum terlalu tercemar meskipun ditemui beberapa kerusakan lingkungan. Permasalahan lingkungan yang dapat ditemui yaitu berupa pembuangan sampah sembarangan di beberapa tempat ekosistem mangrove. e. Penangkal polusi hutan kota tipe industri Asap pabrik dihasilkan oleh PLTD yang terdapat di Jalan Gelora untuk memenuhi kebutuhan listrik Kota Selatpanjang dan sekitarnya sehingga perlu dibangun hutan kota tipe kawasan industri di Lapangan Gelora.

5.5 Lokasi Hutan Kota dan Persentase Luasannya

Berdasarkan kriteria-kriteria untuk menentukan lokasi hutan kota yang telah dipaparkan pada subbab-subbab sebelumnya, diperoleh 8 lokasi hutan kota yang telah memenuhi semua kriteria tersebut, yaitu memiliki luasan lebih dari 0,25 ha pada lahan yang kompak, diutamakan berada pada tanah Negara, lahan tidak memiliki fungsi ganda, memiliki fungsi dan manfaat yang maksimal, serta menjawab permasalahan dan kebutuhan kota Selatpanjang. Letak kedelapan lokasi tersebut disajikan dalam Gambar 4. Kedelapan lokasi tersebut yaitu: 1. Hutan mangrove sempadan Sungai Suir Lokasi hutan mangrove sepanjang Sungai Suir memiliki kondisi hutan mangrove yang terancam kelestariannya. Tumbuhan mangrove di lokasi ini didominasi oleh jenis Rhizopora sp. Penebangan kayu sering dilakukan oleh masyarakat tertentu yang memiliki kepentingan menebang kayu mangrove sebagai bahan bangunan, kayu bakar, bahan pembuatan arang dan untuk keperluan tambak. Pembukaan lahan mangrove sering ditemukan di lokasi tambak dan lahan milik masyarakat. Kerusakan hutan bakau tersebut perlu mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Penetapannya sebagai hutan kota akan memperkuat status hukum kawasan tersebut dan akan lebih terjaga kelestariannnya. 2. Hutan mangrove Jalan Pemuda Setia Lokasi hutan mangrove di Jalan Pemuda Setia juga memiliki ekosistem mangrove yang juga didominasi Rhizopora sp. Sering ditemukan penebangan kayu bakau oleh masyarakat sekitar untuk kayu bakar maupun dijual sebagai bahan baku arang. Di lokasi ini juga ditemukan pembibitan dan penanaman pohon di petak lahan milik masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk keperluan memanen kayu bakau ketika sudah dapat dipanen. Untuk keperluan ekologis, masyarakat sekitar memang kurang memperhatikannya karena kondisi ekonomi dan pendidikan yang masih rendah yang menyebabkan ketergantungan kehidupan mereka dari hasil hutan bakau dan perikanan. Lokasi ini juga dapat dijadikan sarana rekreasi bagi masyarakat Kota Selatpanjang tentunya dengan pembangunan dan penataan lokasi rekreasi tersebut agar menarik untuk dikunjungi. 3. Rumah adat melayu Lokasi rumah adat melayu sebagai lokasi penting yang menandai ciri khas budaya Kota Selatpanjang seharusnya didukung dengan taman-taman dan hutan kota yang memiliki nilai estetika. Saat ini kondisi rumah adat melayu tersebut dikelilingi oleh semak belukar dan terlihat panas. Pembangunan hutan kota di lokasi ini dengan vegetasi yang memiliki nilai estetika tertentu akan memberikan keindahan tersendiri bagi rumah adat melayu sehingga akan menarik wisatawan. 4. Stadion Dorak Stadion Dorak merupakan stadion olahraga yang terhenti proses pembangunannya. Lokasi ini diisi oleh puing-puing bangunan dan beton sisa pembangunan stadion. Lapangan stadion ditumbuhi rerumputan tinggi dan tergenang air gambut. Sekitar stadion hanya ditumbuhi semak belukar. Pemanfaatan lokasi ini untuk keperluan hutan kota akan memberikan banyak keuntungan terutama di bidang olahraga. Pembangunan hutan kota untuk sarana olahraga dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan masyarakat sebagai sarana menjaga kesehatan dan membangun kreatifitas. Lapangan yang telah ada ditimbun dengan pasir dan tanah. Di lokasi sekeliling lapangan ditanami pepohonan yang dapat menguapkan air dengan cepat sehingga mengurangi bahaya penggenangan lokasi olahraga. 5. Gedung Gerakan Pramuka Gedung Gerakan Pramuka saat ini hanya digunakan untuk mengadakan kegiatan kepramukaan siswa-siswa sekolah di kota Selatpanjang. Lokasi ini terlihat kurang terurus dan hanya digunakan ketika dilakukan acara-acara besar. Lokasi ini dapat dikembangkan lebih jauh dengan pembangunan hutan kota agar lebih hijau dan menciptakan iklim mikro bagi lokasi sekitarnya. Selain itu adanya hutan kota akan mendorong pemuda untuk melakukan berbagai kegiatan di lokasi ini dan menarik bagi dikunjungi. 6. Lahan terbuka kosong Jalan Rintis Lokasi untuk pelestarian plasma nutfah perlu dibangun untuk keperluan pelestarian alam. Lahan kosong Jalan Rintis merupakan tanah milik Negara yang belum digunakan secara efektif. Lokasi ini ditumbuhi semak belukar dan memiliki struktur tanah yang kering. Lokasi ini cocok digunakan untuk pelestarian plasma nutfah tipe ekosistem hutan dataran rendah. Hutan kota tersebut berbentuk arboretum yang nantinya dapat digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian. 7. Lapangan Gelora Lokasi lapangan Gelora merupakan lokasi yang terletak bersebelahan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD. Polusi yang disebabkan pembangkit listrik ini perlu mendapat perhatian dan perlu diatasi. Lapangan Gelora juga berdekatan dengan sarana sekolah dan sering digunakan untuk kegiatan olahraga. Hal tersebut menjadikan lokasi ini kurang sehat untuk dijadikan sebagai sarana olahraga. Letaknya yang berdekatan dengan sarana pendidikan menyebabkan perlu dibangunnya hutan kota di Lapangan Gelora untuk mengurangi polusi udara yang dihasilkan pembangkit listrik agar kegiatan pendidikan dan kehidupan masyarakat sekitar tidak terganggu. Pihak PLN perlu diikutsertakan dalam pembangunan hutan kota di Lapangan Gelora agar pengelolaanya memudahkan pemerintah dan lebih maksimal. 8. Tepi Jalan Dorak dan Banglas Jalan Dorak dan Banglas merupakan jalan yang penting bagi Kota Selatpanjang. Jalan Banglas menghubungkan pusat ekonomi ke pusat pemerintahan. Penanaman pepohonan telah dilakukan di sepanjang Jalan Dorak yaitu berupa penanaman mahoni, trembesi, cemara laut, jati, dan tanjung. Namun demikian, tanaman tersebut tidak tertata dengan rapi dan tidak terlihat adanya pemeliharaan tanaman. Pembangunan hutan kota bentuk jalur di sepanjang Jalan Banglas, Jalan Dorak dan Jalan lain di sekitarnya dapat menambah keindahan kota serta mengurangi polusi yang disebabkan oleh transportasi. Luasan hutan kota yang dapat dibangun di sepanjang Jalan Banglas, Jalan Dorak dan Jalan lainnya dihitung dari lebar kanan kiri jalan yang dapat ditanami pohon yaitu 2x5 meter dan panjang jalan yaitu 30 Km. Menurut PP No. 63 tahun 2002, Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang ditumbuhi pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Menurut ketentuan ini luasan hutan kota minimal 10 dari luas total kota. Sampai saat ini Kota Selatpanjang belum memiliki hutan kota yang telah dikukuhkan ditetapkan oleh Bupati atau Walikota. Untuk itu, perlu dilaksanakannya pengukuhan dan penetapan kawasan yang berfungsi sebagai kawasan hutan kota. Delapan lokasi hutan kota yang telah memenuhi fungsi dan manfaatnya secara maksimal seperti yang telah disebutkan sebelumnya memiliki luasan yang diharapkan dapat mencapai 10 dari luas wilayah Kota Selatpanjang. Pencapaian luasan 10 tersebut bukan hanya untuk memenuhi kriteria dari Peraturan Perundang-undangan, tetapi juga agar luasan hutan kota tersebut sesuai dengan kebutuhan Kota Selatpanjang terhadap hutan kota dan lokasi hijau. Kota Selatpanjang belum memiliki industri yang berkembang pesat, juga belum dipenuhi oleh penduduk yang padat. Oleh karena itu, luasan 10 ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hutan kota dan untuk menunjang berbagai kegiatan masyarakat Kota Selatpanjang. Tabel 8 menyajikan luasan hutan kota dan persentase luasannya dari luas Wilayah Kota Selatpanjang. Tabel 8 Luasan hutan kota dan persentasenya dari luas wilayah Kota Selatpanjang No Lokasi Luas Persentase Luasan 1 Hutan Mangrove Sempadan Sungai Suir 399,88 ha 8.80 2 Hutan Mangrove Jalan Pemuda Setia 13,59 ha 0.30 3 Rumah Adat Melayu 6,60 ha 0.15 4 Stadion Dorak 3,97 ha 0.09 5 Gedung Gerakan Pramuka 0,65 ha 0.01 6 Lahan Terbuka Kosong Jalan Rintis 0,66 ha 0.01 7 Lapangan bola Jalan Gelora 1,89 ha 0.04 8 Tepi Jalan Dorak dan Banglas 30,0 ha 0,66 Jumlah 457,24 ha 10,06 Luasan ini merupakan hasil perhitungan GPS Navigasi dan perkiraan batas bidang tanah oleh masyarakat. Untuk luas sepanjang Jalan Dorak dan Banglas dihitung dari lebar kanan kiri jalan dikalikan panjang jalan tersebut. Gambar 3 Letak lokasi-lokasi Hutan Kota Selatpanjang. 2 1 3 6 7 8 4 5 Keterangan Lokasi: 1 Hutan Mangrove Sempadan Sungai Suir 2 Hutan Mangrove Jalan Pemuda Setia 3 Rumah Adat Melayu 4 Stadion Dorak 5 Gedung Gerakan Pramuka 6 Lahan Terbuka Kosong Jalan Rintis 7 Lapangan Gelora 8 Tepi Jalan Dorak dan Banglas Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa jumlah luasan hutan kota mencapai 457,24 ha atau setara dengan 10,06 dari luas wilayah Kota Selatpanjang. Luasan tersebut telah mencapai kriteria PP Nomor 63 Tahun 2002 yaitu luas hutan kota seluas minimal 10 dari luas wilayah kota. Luasan hutan kota 10 tersebut bukan merupakan luasan ideal bagi suatu kota, namun untuk Kota Selatpanjang luasan tersebut telah cukup untuk memenuhi kota akan kebutuhan hutannya.

5.6 Tipe dan Bentuk Hutan Kota Selatpanjang