Fauna Ekosistem pesisir dan rawa gambut

memiliki luas panen yang paling besar adalah pisang sedangkan produksi yang paling banyak adalah manga BPS Kab. Bengkalis 2010a. Sektor perkebunan di Kecamatan Tebing Tinggi cukup bervariasi. Perkebunan yang telah dikembangkan yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, sagu, kopi, dan pinang dengan luas panen terbesar adalah tanaman sagu, 16.330 Hektar, yang memproduksi 74.268 ton BPS Kab. Bengkalis 2010a.

4.3.2 Fauna

Jenis fauna yang masih terdapat di kawasan hutan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti diantaranya seperti lutung, kera, ayam hutan dan berbagai jenis ular, burung dan buaya Bappeda Kab. Kepulauan Meranti 2010a. Burung pemakan ikan seperti kuntul, koak malam dan Elang Bondol Heliastur indis banyak terlihat terbang melayang di atas sungai untuk menangkap ikan. Biawak Varanus salvator juga dijumpai secara liar di hutan mangrove dan daerah basah lainnya. Di ekosistem dataran rendah dan perkebunan dapat dijumpai jenis makaka Macaca fascicularis, babi hutan, tupai dan sebagainya. Kota Selatpanjang merupakan kota yang unik bising dengan suara alat pemanggil walet. Sarang Walet merupakan komoditas yang menjanjikan karena harganya sangat mahal. Pemerintah daerah memungut pajak sebesar 7,5 dari hasil sarang walet yang dihasilkan. Tahun 2010 terkumpul pajak sarang walet sebesar Rp. 112 juta dan pada tahun 2011 ditargetkan penerimaan dari pajak sarang walet sebesar Rp. 400 juta. Jenis ternak yang telah dikembangkan yaitu sapi, kerbau, kambingdomba, babi, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, ayam kampong, dan itik. Populasi ternak yang paling banyak di Kecamatan Tebing Tinggi adalah kambing dan populasi unggas yang terbesar adalah ayam ras pedaging BPS Kab. Bengkalis 2010a. Sektor perikanan di kecamatan ini pada umumnya adalah perairan tangkap di laut luas, hampir di semua desakelurahan ada rumah tangga yang mengusahakannya. Ikan mujair, nila, dan udang merupakan hasil produksi tambak. Masyarakat membuat tambak di tepi sungaimuara. Di sekeliling tambak ditanami dengan Rhizophora apiculata dan Ceriops tagal.

4.3.3 Ekosistem pesisir dan rawa gambut

Ekosistem pesisir di Kota Selatpanjang adalah berupa hutan mangrove. Pada umumnya di hutan mangrove banyak dijumpai bakau, nipah, dan api-api. Hutan mangrove di Kota Selatpanjang telah mengalami kerusakan. Pemanfaatan hutan mangrove yang tidak terkendali dapat merusak habitat perikanan yang berdampak negatif terhadap produksi perikanan. Produksi perikanan dan biota lainnya akan mengalami penurunan, sedimentasi akan meningkat, abrasi pantai dan terjadinya intrusi air laut yang akan mempengaruhi proses produksi kegiatan budidaya di wilayah daratan. Pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk kepentingan pembudidayaan seperti jenis-jenis ikan, udang, kerang, dan sebagainya memerlukan pengetahuan terhadap jenis ekosistem di sekitarnya seperti ekosistem mangrove. Dalam rantai makanan luruhan daun mangrove biasa dimakan oleh kepiting sebagai scavenger. Daun kemudian akan berubah menjadi detritus yang akan dimakan oleh ikan pemakan detritus yang selanjutnya dimakan oleh trophi yang lebih tinggi sampai ke manusia. Berbagai ekosistem tersebut menyediakan fungsi yang sangat besar untuk kehidupan di wilayah pesisir dan laut. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kegiatan pembangunan di daerah tersebut perlu memperhatikan kondisi ekosistem, agar menjadi pembangunan yang ramah lingkungan. Ekosistem rawa gambut adalah berupa hutan rawa gambut, di hutan ini menghasilkan sagu berkualitas sangat baik dengan jumlah produksi yang besar, sehingga ditetapkan sebagai produk komoditi unggulan dan menjadi basis kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Upaya pemanfatan lahan rawa gambut sebagai lahan pengembangan tanaman sagu yang cenderung semakin meningkat perlu mendapat perhatian secara serius, agar tidak merusak ekosistemnya yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerusakan terhadap lahan dan penurunan produktivitas tanaman sagu. 4.4 Penggunaan Lahan 4.4.1 Kawasan lindung