5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Penggunaan Lahan
Hasil klasifikasi dan interpretasi citra Landsat-7 disajikan pada Gambar 6 dan Tabel 16, cakupan awan pada citra dihilangkan dengan memasukkan citra
Landsat tahun sebelumnya pada lokasi yang sama, sehingga diperoleh delapan jenis penggunaan lahan yaitu hutan, kebun campuran, sawah, pemukiman, semak,
lahan terbuka serta pertambangan. Karena hasil luas lahan pada citra tidak sama dengan luas data BPS maka perlu dikonversi dengan luas data BPS.
Tabel 16 Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Sijunjung tahun 2006 berdasarkan interpretasi citra Landsat
No Penggunaan lahan
Luasan pada peta Luasan setelah di
konversi Persentase
ha ha
1 Lahan Terbuka
3.298,06 3.391,86
1,08 2
Kebun Campuran 101.956,04
104.855,40 33,49
3 Permukiman
4.946,06 5.086,71
1,62 4
Semak 5.814,21
5.979,55 1,91
5 Sawah
10.800,79 11.107,94
3,55 6
Pertambangan 671,07
690,15 0,22
7 Hutan
175.098,92 180.078,27
57,52 8
Sungai 1.837,87
1.890,13 0,60
Jumlah 304.516,80
313.080,00 100,00
Tabel 16 memperlihatkan bahwa hutan merupakan penggunaan lahan terbesar mencapai 57,52 atau 180.078 ha yang umumnya berupa hutan lindung
dan hutan Hutan Suaka Alam Wisata. Kebun campuran umumnya ditanami dengan tanaman perkebunan seperti karet maupun kelapa sawit namun di
dalamnya terdapat juga tanaman semusim lainnya seperti durian, manggis, rambutan dan lain-lain, merupakan penggunaan lahan terbesar kedua yaitu 33,49
atau 104.855 ha. Sawah menempati penggunaan areal terbesar ketiga yaitu 3,55 atau 11.107 ha yang berada di sepanjang daerah aliran sungai serta di beberapa
wilayah dataran di antara pegunungan. Persentase pemukiman dari luasan penggunaan lahan hanya sebesar 1,62 atau 5.807 ha yang menempati sepanjang
jalan dengan jumlah penduduk 204.601 jiwa. Semak belukar dan lahan
Gambar 6 Peta penggunaan lahan Kabupaten Sijunjung Tahun 2006.
terbuka kebanyakan adalah lahan-lahan dari penebangan hutan yang belum terolah dengan luasan masing-masing 5.979 ha dan 3.392 ha, disamping itu terdapat juga
sungai DAS sebesar 1.890 ha, besarnya luas areal sungai ini karena Kabupaten Sijunjung merupakan daerah pertemuan beberapa aliran sungai DAS Batang
Kuantan yang nantinya bermuara di Rengat Propinsi Riau. Dari berbagai penggunaan lahan tersebut, lahan-lahan yang berpotensi dan
menjadi prioritas untuk pengembangan sapi potong adalah lahan-lahan yang menghasilkan sumber hijauan makanan ternak dan banyak digunakan untuk lahan
pertanian yaitu kebun campuran, sawah, semak dan lahan terbuka. Oleh karena itu evaluasi lahan hanya dilakukan pada penggunaan lahan yang potensial saja.
Sedangkan penggunaan lainnya yaitu hutan, permukiman dan pertambangan tidak diprioritaskan sebagai sumber hijauan makanan ternak karena produksi
hijauannya sangat terbatas. Selanjutnya evaluasi lahan hanya dilakukan pada daerah yang dinilai, seperti disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Luasan lahan yang berpotensi untuk pengembangan ternak per
kecamatan di Kabupaten Sijunjung tahun 2006
Dari potensi sumber daya lahan yang ada, penggunaan lahan kebun campuran di Kecamatan Kamang Baru, Kecamatan Tanjung Gadang dan
Kecamatan Sumpur Kudus merupakan potensi penggunaan lahan terbesar sebagai sumber hijauan makanan ternak dengan luasan masing-masing 32.528 ha 30 ,
16,524 ha 16 dan 13.678 13 ha dari total kebun campuran sedangkan pada kecamatan lain hampir merata. Lahan tersebut merupakan areal sumber
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000
IV N
ag ar
i Ka
m an
g B
ar u
K ot
o V
II K
up ita
n Lb
. t ar
ok Si
ju nj
un g
S um
pu r K
ud us
Ta nj
un g
G ad
an g
Kebun campuran Lahanterbuka
Sawah Semak
pakan hijauan ternak ruminansia berupa rumput lapangan dan leguminosa baik yang berfungsi sebagai areal pengembalaan maupun sebagai rumput potong.
Penggunaan lahan sawah lebih banyak terdapat di Kecamatan Koto VII, Tanjung Gadang, Lubuk Tarok dan Sumpur Kudus dengan luas masing-masing 2.962 ha,
2.414 ha, 1.848 ha dan 1.683 ha. Sawah merupakan sumber pakan hijauan ternak yang potensial untuk dijadikan padang pengembalaan pada masa bera dan rumput
potong di sekitar pematang sawah ketika musim tanam serta limbah berupa jerami yang dapat disimpan untuk dijadikan cadangan makanan ternak sepanjang tahun.
Penggunaan lahan semak belukar lebih banyak terdapat di Kecamatan Kamang Baru yaitu seluas 3.044 ha, Kecamatan Sumpur Kudus 1.117 ha dan Kecamatan
Sijunjung seluas 898 ha. Sebagian semak belukar tersebut merupakan areal yang memang diperuntukkan sebagai padang pengembalaan bagi ternak ruminansia dan
sebagian lagi merupakan hasil konversi dari hutan yang belum termanfaatkan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan karet. Semak dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pakan ternak, namun akan lebih potensial lagi jika ditanami dengan tanaman rumput gajah dan leguminosa yang mempunyai produksi hijauan
lebih tinggi. Penggunaan lahan terbuka lebih banyak terdapat di Kecamatan Kamang Baru, Kecamatan Tanjung Gadang dan Kecamatan Sumpur Kudus
dengan luas masing-masing sebesar 1.150 ha, 535 ha dan 482 ha, areal ini hampir sama dengan semak belukar yaitu berupa kawasan yang dikhususkan untuk
padang pengembalaan dan kawasan yang belum diolah menjadi perkebunan.
5.2. Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong Dikandangkan dan Digembalakan