Kriteria yang digunakan adalah apabila: a Nilai IRR 1; maka pengembangan usaha sapi potong layak untuk
dikembangkan. b Nilai IRR 1; maka pengembangan usaha sapi potong tidak layak untuk
dikembangkan. c Nilai IRR = 0; maka pengembangan usaha sapi potong mencapai titik break
even point.
3.3.5. Arahan Pengembangan Sapi Potong
Kapasitas peningkatan sapi potong menunjukkan jumlah populasi sapi potong maksimal yang masih mampu di tampung oleh satuan wilayah dalam suatu
wilayah. Nilai kapasitas peningkatan sapi potong dihitung sebagai selisih antara total daya dukung hijauan makanan ternak dengan jumlah populasi ternak
ruminansia utama yang ada di wilayah tersebut sapi, kerbau, kambing dan domba, yang di hitung dengan satuan ternak ST Lembaga penelitian IPB
2001. Pada perhitungan penelitian ini di asumsikan penambahan kapasitas hanya untuk ternak sapi potong dewasa.
Prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong adalah lahan-lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong S dan indeks daya dukung hijauan
makanan ternak berada pada status aman. Prioritas daya dukung arahan lahan pengembangan sapi potong ditentukan berdasarkan potensi daya dukung hijauan
makanan ternak. Urutan prioritas didasarkan pada urutan besarnya potensi daya dukung hijauan makanan ternak dari masing-masing sistem arahan diversifikasi
perkebunan, sawah dan kebun campuran dan ekstensifikasi semak belukar dan bekas tambang. Potensi daya dukung hijauan makanan ternak terdiri dari daya
dukung dan luas lahan. Lahan bukan prioritas merupakan lahan-lahan yang tidak sesuai N untuk lingkungan ekologis sapi potong dan nilai indeks daya dukung
berada pada status rawan, kritis dan sangat kritis serta lahan yang tidak dinilai TD.
Arahan lahan pengembangan ternak sapi potong menurut kesesuaian lahan ekologis didasarkan pada peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong, peta
kesesuaian lahan dan peta penggunaan lahan saat ini, sehingga arahan lahan pengembangan sapi potong meliputi Sumanto dan Juarini 2006 :
1. Diversifikasi, yaitu wilayah yang secara ekologis sesuai untuk ternak dan
telah digunakan atau diperuntukkan bagi kegiatan sektor dan sub sektor serta komoditas lain, seperti lahan perkebunan, lahan hutan produksi dan lahan
tanaman pangan. Simbol yang digunakan untuk wilayah diversivikasi, misalnya meliputi :
- Dp – Diversifikasi perkebunan kelapa sawit, karet dan perkebunan rakyat
- Ds – Diversifikasi sawah
- Dk – Diversifikasi kebun campuran
2. Ekstensifikasi, yaitu wilayah yang secara ekologis sesuai untuk ternak dan
belum diperuntukan bagi kegiatan komoditas tertentu. Wilayah ini umumnya merupakan wilayah yang tidak produktif berupa kawasan alang-alang, semak
belukar, lahan-lahan terlantar, dan hutan konversi. Simbol yang digunakan untuk wilayah ekstensifikasi, misalnya meliputi :
- Es – Ekstensifikasi semak belukar
- Eb – Ekstensifikasi lahan terbuka
Kombinasi antara kesesuaian lingkungan ekologis, status daya dukung hijauan makanan ternak, sistem arahan lahan dan potensi daya dukung
menghasilkan matriks prioritas arahan pengembangan sapi potong. Analisis spasial untuk mengetahui sebaran tingkat ketersediaan hijauan makanan ternak
dan arahan lahan pengembangan dengan menggunakan pendekatan SIG. Proses- proses yang dilakukan yaitu operasi tumpang tindih peta satuan lahan dengan peta
wilayah kecamatan, gabungan basis data dengan data atribut satuan lahan, query pemanggilan data untuk pembuatan peta tematik, perhitungan luas lahan dan
daya dukung.
3.3.6. Analitic Hierarchy Process AHP