yang bermanfaat bila seseorang memahami asal-usulnya, mengerti bagaimana menginterpretasinya dan memahami bagaimana cara menggunakannya secara
tepat Lillesand and Kiefer 1990. Karakteristik utama dari metode penginderaan jauh yang digunakan untuk pemetaan penggunaan lahan adalah tingkat
otomatisasi dan objektivitas yang tinggi, serta dimungkinkan untuk dilakukan perbaikan-perbaikan. Informasi dari citra Landsat dan data vektor dipadukan dan
dianalisis dengan Sistem Informasi Geografi SIG Tapiador dan Casanova 2003.
Pemanfaatan SIG bertujuan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dibutuhkan dalam pengelolaan data yang berbasis geografi. SIG mampu
mengintegrasikan rangkaian data yang bervariasi mulai dari data atribut seperti data lapangan, data spasial maupun data penginderaan jauh, sebagai salah satu
sumber data yang sangat bermanfaat dalam SIG. Hubungan antara SIG dengan penginderaan jauh inderaja dapat dikatakan sangat erat. Meskipun demikian,
baik inderaja maupun SIG keduanya dapat bekerja secara terpisah, dimana masing-masing menghasilkan informasi yang penting dan relevan untuk
kepentingan sumberdaya alam. Apabila kedua teknologi ini dipadukan, informasi yang diperoleh akan lebih baik daripada dioperasikan secara terpisah.
Menurut Ma’sum 1999, melalui pemanfaatan interpretasi data satelit dengan menggunakan perangkat keras dan lunak serta didukung dengan peta
topografi, peta tematis serta data statistik pertanian, dapat dianalisis potensi hijauan pakan ternak di suatu wilayah lebih cepat dan cukup akurat. Berdasarkan
data ketersedian hijauan pakan ternak di suatu wilayah, dibagi dengan kebutuhan per ekor ternak akan didapatkan kapasitas tampung.
2.6. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu.
Daya dukung suatu wilayah dengan penekanan pada kemampuan menyokong dan menampung, didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menghasilkan keluaran yang diinginkan dari sumberdaya dasar untuk mencapai kualitas hidup yang lebih tinggi dan lebih wajar Khana et al 1999
Populasi ternak yang melebihi kapasitas daya dukung sumberdaya lahan serta berlangsung secara terus menerus tanpa pencegahan, akan berakibat
degradasi lahan dan berkurangnya ketersediaan hijauan makanan ternak Hasil
penelitian Wirdahayati dan Bamualim 2007 menunjukan bahwa penampilan sapi lokal di Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat yang dipelihara bebas
di tempat pengembalaan umum relatif kecil-kecil sebagai akibat rendahnya pertumbuhan ternak, sehubungan dengan rendahnya kapasitas dan dukungan
pakan yang disediakan dari padang pengembalaan umum. Efisiensi penggunaan lahan, penanaman tanaman kacang-kacangan sejenis legum, pengembangan
agroforestri dan penghijauan adalah beberapa tindakan yang dapat meningkatkan daya dukung lahan, terutama terhadap lahan-lahan milik perorangan yang telah
dibajak kemudian ditelantarkan, dan penggunaan yang tidak efektif lainnya Thapa dan Paudel 2000.
Melalui pendekatan perpaduan kondisi agroklimat dan penggunaan lahan serta produktivitas tanaman pangan dan hijauan yang ada, maka kesesuaian lahan
dan arah pengembangan lahan bagi ternak ruminansia dapat ditentukan. Informasi daya dukung pakan hijauan yang disajikan dengan nilai Indeks Daya Dukung
IDD adalah memperlihatkan status masing-masing daerah terhadap kemampuan penambahan populasi untuk ruminansia saat ini. Arahan kesesuaian ekologis
lahan dapat direkomendasikan pada dua pola. Pertama adalah pola diversifikasi spasial, yaitu pengembangan pada lahan-lahan yang telah mempunyai peruntukan,
antara lain untuk tanaman pangan dan perkebunan dalam bentuk pola keterpaduan. Kedua, pola ekstensifikasi spasial, adalah pengembangan pada lahan
kehutanan dan alang-alang. Dari hasil penelitian, rekomendasi arahan pengembangan lahan untuk ternak ruminansia di Propinsi Nusa Tenggara Timur
adalah ; a Pola diversifikasi untuk kelompok ternak sapi potong banyak terdapat di lahan tegalan, sawah dan perkebunan, b Pola ekstensifikasi banyak terdapat di
lahan hutan dan alang-alang. Dilihat dari potensi daya dukung hijauan pakan di wilayah NTT pada umumnya masih melimpah dan masih mampu menambah
ternak ruminansia sebanyak 2.395.384 ST dari populasi saat ini sebanyak 471.971 ST Sumanto dan Juarini 2004
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlinda 2007 di Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat didapatkan lahan-lahan yang sesuai untuk
pengembangan ternak sapi potong adalah kebun campuran dengan luas 47.045 ha, tegalanladang 22.322 ha, perkebunan 16.425 ha, sawah 7.415 ha dengan
sistem diversifikasi, sedangkan semakrerumputan 16.740 ha dan hutan produksi 1.786 ha dengan sistem ekstensifikasi dengan total luas 111.728 ha dengan total
ketersediaan pakan 124.057 ton dengan daya dukung 130.749 ST . Untuk daya dukung hijauan makanan ternak didapatkan status aman dengan luas 94.981 ha
34,65 , status rawan adalah 10.957 ha 4.00 status kritis 1.296 ha 0,47 dan status sangat kritis adalah 4.494 ha 1,64.
3. METODE PENELITIAN