Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong Dikandangkan dan Digembalakan Ketersedian Hijauan Makanan Ternak

pakan hijauan ternak ruminansia berupa rumput lapangan dan leguminosa baik yang berfungsi sebagai areal pengembalaan maupun sebagai rumput potong. Penggunaan lahan sawah lebih banyak terdapat di Kecamatan Koto VII, Tanjung Gadang, Lubuk Tarok dan Sumpur Kudus dengan luas masing-masing 2.962 ha, 2.414 ha, 1.848 ha dan 1.683 ha. Sawah merupakan sumber pakan hijauan ternak yang potensial untuk dijadikan padang pengembalaan pada masa bera dan rumput potong di sekitar pematang sawah ketika musim tanam serta limbah berupa jerami yang dapat disimpan untuk dijadikan cadangan makanan ternak sepanjang tahun. Penggunaan lahan semak belukar lebih banyak terdapat di Kecamatan Kamang Baru yaitu seluas 3.044 ha, Kecamatan Sumpur Kudus 1.117 ha dan Kecamatan Sijunjung seluas 898 ha. Sebagian semak belukar tersebut merupakan areal yang memang diperuntukkan sebagai padang pengembalaan bagi ternak ruminansia dan sebagian lagi merupakan hasil konversi dari hutan yang belum termanfaatkan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan karet. Semak dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak, namun akan lebih potensial lagi jika ditanami dengan tanaman rumput gajah dan leguminosa yang mempunyai produksi hijauan lebih tinggi. Penggunaan lahan terbuka lebih banyak terdapat di Kecamatan Kamang Baru, Kecamatan Tanjung Gadang dan Kecamatan Sumpur Kudus dengan luas masing-masing sebesar 1.150 ha, 535 ha dan 482 ha, areal ini hampir sama dengan semak belukar yaitu berupa kawasan yang dikhususkan untuk padang pengembalaan dan kawasan yang belum diolah menjadi perkebunan.

5.2. Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong Dikandangkan dan Digembalakan

Hasil penilaian kesesuaian lingkungan ekologis menunjukkan tidak ada perbedaan kesesuaian lahan antara sapi yang dikandangkan dengan sapi yang digembalakan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data temperatur di lokasi penelitian sehingga temperatur dianggap sama sesuai, dengan pertimbangan suhu udara di Kabupaten Sijunjung adalah 21 – 31 C dan ketinggian lokasi yang dinilai hanya berkisar antara 100 – 1000 meter dpl dan sesuai dengan kriteria persyaratan penilaian. Penilaian tersebut didasarkan pada persyaratan iklim, suhu udara, ketersediaan air, bulan kering, curah hujan, dan ketersediaan sumber air dan terrain lereng, elevasi dan singkapan batuan Suratman et al, 1998. Peta kesesuaian dan luasan lahan ditunjukkan pada Gambar 8 dan Tabel 17. Tabel 17 Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong No Sistem Kandang Kelas Kesesuaian ha 1 S 120.063 38,35 2 N 5.271 1,68 3 Tidak Dinilai 187.746 59,97 Jumlah 313.080 No Sistem Gembala Kelas Kesesuaian ha 1 S 120.063 38,35 2 N 5.271 1,68 3 Tidak Dinilai 187.746 59,97 Jumlah 313.080 Tabel 17 menunjukkan bahwa lahan yang sesuai S untuk lingkungan ekologis sapi potong yaitu seluas 120.063 ha atau 38,35 , yaitu pada kebun campuran seluas 100.359 ha, lahan terbuka 3.247 ha, sawah 11.027 ha dan semak belukar seluas 5.428 ha. Lahan yang tidak sesuai untuk pengembangan sapi potong seluas 5.271 ha atau 1,68 yang disebabkan faktor penghambat kemiringan lereng di atas 40 .

5.3. Kesesuaian Lahan Tanaman Hijauan Makanan Ternak

Berdasarkan hasil peninjauan lapangan dan data sekunder terdapat beberapa jenis tanaman hijauan makanan ternak yang dominan dan berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Sijunjung, yaitu : rumput unggul rumput gajah, rumput alam, leguminosa dan padi sawah jerami padi sawah, jenis tanaman tersebut merupakan pewakil untuk penilaian kesesuaian tanaman hijauan makanan ternak. Penilaian kesesuaian lahan untuk hijauan makanan ternak pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut : 1. Rumput alam rumput lapangan adalah jenis tanaman sumber hijauan yang dominan tumbuh di kebun campuran, pematang sawah dan semak dan padang pengembalaan yang merupakan lokasi khusus atau penutupan lahan Gambar 8 Peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi kandang dan gembala di Kabupaten Sijunjung. berupa semak dan lahan terbuka yang digunakan sebagai areal pengembalaan ternak. 2. Rumput unggul, dengan pendekatan penilaian kesesuaian lahan untuk rumput gajah Pennisetum purpereum 3. Tanaman pangan yang dominan diusahakan di sawah dan limbahnya berupa jerami dapat dijadikan sebagai sumber pakan hijauan makanan ternak, sedangkan untuk tanaman palawija kurang dominan diusahakan di Kabupaten Sijunjung sehingga jarang digunakan sebagai sumber hijauan makanan ternak. 4. Leguminosa sebagai penilaian untuk leguminosa pada umumnya dan untuk tanaman sumber hijauan pada kebun campuran, perkebunan dan lahan semak.

5.3.1. Kesesuaian Lahan untuk Rumput Gajah

Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman rumput gajah disajikan pada Tabel 18, Gambar 9 dan Gambar 10. Hasil analisis menunjukan pada kesesuaian lahan aktual hanya terdapat kelas S3 sesuai marginal dengan luas 36,19 , dan lahan yang tidak sesuai N dengan luas 4,09 . Tabel 18 Kesesuaian lahan tanaman Rumput Gajah No Kesesuaian lahan Aktual Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S3 Lereng, kedalam efektif, s.batuan, curah hujan, drainase dan PH 113.315 36,19 2 N Lereng 12.792 4,09 3 Tidak Dinilai - 186.972 59,72 No Kesesuaian Lahan Potensial Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S2 Lereng, kedalaman efektif, singkapan batuan 76.218 24,34 2 S3 Lereng, kedalaman efektif, singkapan batuan 37.098 11,85 3 N Lereng 12.792 4,09 4 Tidak Dinilai 186.972 59,72 Faktor penghambat dari kesesuaian tanaman rumput gajah sebabkan oleh lereng yang terjal dan curam, sedangkan faktor pembatas dari kelas kesesuaian lahan adalah lereng, kedalaman efektif, singkapan batuan, drainase yang buruk, tanah masam, serta curah hujan yang tinggi. Upaya-upaya perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan tersebut adalah dengan penambahan kapur, pembuatan saluran drainase dan saluran irigasi. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman rumput gajah yang paling tinggi hanya sampai kelas S2 cukup sesuai dengan luas 76.218 ha 24,34 yang terdiri dari kebun campuran 62.455 ha, sawah 9.500 ha, semak 2.315 ha dan lahan terbuka 1.946 ha. Lahan yang sesuai marginal S3 dengan luas 37.098 ha atau 11,85 , yang terdiri dari kebun campuran 32.371 ha, sawah 1.411 ha, semak 2.265 ha dan lahan terbuka 1.050 ha. Lahan yang tidak sesuai N hanya 12.792 ha 4,09 ha yang terdiri dari kebun campuran 10.873 ha, sawah 177 ha, semak 1.364 ha dan lahan terbuka 378 ha.

5.3.2. Kesesuaian Lahan Rumput Lapangan

Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk rumput lapangan disajikan pada Tabel 19, Gambar 11 dan Gambar 12. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kesesuaian lahan aktual hanya terdapat sampai kelas kesesuaian S2 cukup sesuai dengan luan luas 23.380 ha 7,47 , dan kesesuaian lahan S3 sesuai marginal dengan luas 28,38 ha 28,38 , sedangkan lahan yang tidak sesuai N dengan luas 13.884 ha 4,43 . Faktor penghambat dari kesesuaian lahan N disebabkan oleh lereng yang terjal sampai curam, sedangkan faktor pembatas kelas kesesuaian lahan S3 dan S2 lebih banyak disebabkan oleh kemiringan lereng, singkapan batuan, drainase yang buruk, tanah masam dan KTK rendah. Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan adalah dengan pengapuran dan penambahan bahan organik, serta pembuatan saluran drainase dan irigasi. Gambar 9 Peta kesesuaian lahan aktual Rumput Gajah. Gambar 10 Peta kesesuaian lahan potensial Rumput Gajah. Tabel 19 Kesesuaian lahan aktual dan potensial Rumput Lapangan No Kesesuaian lahan Aktual Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S2 Lereng, singkapan batuan drainase, PH dan KTK 23.380 7,47 2 S3 Lereng, s.batuan, curah hujan drainase dan PH 88.842 28,38 3 N Lereng 13.884 4,43 4 Tidak Dinilai 186.974 59,72 No Kesesuaian Lahan Potensial Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S1 - 18.103 5,78 2 S2 Lereng, singkapan batuan 55.895 17,85 3 S3 Lereng, singkapan batuan 38.224 12,21 4 N Lereng 13.884 4,43 5 Tidak Dinilai 186.974 59,72 Hasil perhitungan kelas kesesuaian potensial terbesar terdapat pada S2 cukup sesuai dengan luas 55.895 ha 17,85 yang terdiri dari kebun campuran 46.998 ha, sawah 6.406 ha, semak 1.410 ha dan lahan terbuka 1.080 ha. Kelas kesesuaian S3 sesuai marginal terdapat 38.224 ha 12,21 yang terdiri dari kebun campuran 33.701 ha, semak 1.429 ha, sawah 1.233 ha dan lahan terbuka 1.065 ha. Sedangkan kesesuaian lahan S1 sangat sesuai hanya terdapat 18.103 ha 5,78 yang terdiri dari kebun campuran 13.185 ha, sawah 3.205 ha, lahan terbuka 833 ha dan semak 881 ha. Lahan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan rumput lapangan adalah 13.884 ha 4,43 berupa kebun campuran 11.816 ha, semak 1.429 ha, lahan terbuka 396 ha dan sawah 244 ha.

5.3.3. Kesesuaian Lahan Padang Pengembalaan

Penilaian kesesuaian lahan diperoleh luas setiap kelas lahan padang penggembalaan seperti pada Tabel 20, Gambar 13 dan Gambar 14. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kesesuaian lahan aktual hanya terdapat pada kelas S2 cukup sesuai dengan luas 13.245 ha 4,23 , lahan yang sesuai marginal S3 adalah 98.978 ha 31,61 dan lahan yang tidak sesuai N dengan luas 13.885 ha 4,43 . Gambar 11 Peta kesesuaian lahan aktual Rumput Lapangan. Gambar 12. Peta kesesuaian lahan potensial Rumput Lapangan. Tabel 20 Luas kesesuaian lahan Padang Pengembalaan No Kesesuaian lahan Aktual Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S2 Lereng, drainase, PH, KTK, s.batuan, dan BK 13.245 4,23 2 S3 Lereng, s.batuan, tekstur, drainase, PH, KTK, dan BK 98.978 31,61 3 N Lereng 13.885 4,43 4 Tidak Dinilai - 186.972 59,72 No Kesesuaian Lahan Potensial Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S1 - 8.829 2,82 2 S2 Lereng,dan s.batuan 38.606 12,33 3 S3 Lereng, tekstur dan s.batuan 64.788 20,69 4 N Lereng 13.885 4,43 5 Tidak Dinilai - 186.972 59,72 Faktor penghambat dari kesesuaian lahan N adalah kemiringan lereng, sedangkan faktor pembatas kelas kesesuaian lahan adalah kemiringan lereng, singkapan batuan, drainase yang buruk, tanah masam, KTK rendah, bulan kering. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan adalah dengan pembuatan saluran drainase, penambahan kapur dan bahan organik, serta pembuatan saluran irigasi. Hasil perhitungan menunjukkan bawa kesesuaian lahan potensial yang terbesar terdapat pada kelas kesesuaian S3 sesuai marginal dengan luas 64.788 ha 20,69 , yang terdiri dari kebun campuran 56.953 ha, sawah 3.090 ha, semak 3.086 ha dan lahan terbuka 1.659 ha. Urutan kedua ditempati oleh kelas S2 cukup sesuai dengan luas 38.606 ha 12,33 yang terdiri dari kebun campuran 30.340 ha, sawah 6.567 ha, semak 975 ha dan lahan terbuka 724 ha. Lahan yang sangat sesuai S1 hanya terdapat 8.829 ha 2,82 yang terdiri dari kebun campuran 6.591 ha, sawah 1.188 ha, lahan terbuka 596 ha dan semak 455 ha. Lahan yang tidak sesuai N adalah 13.855 ha 4,43 berupa kebun campuran 11.816 ha, semak 1.429 ha, lahan terbuka 396 ha dan sawah 244 ha. Gambar 13 Peta kesesuaian lahan aktual Padang Pengembalaan. Gambar 14 Peta kesesuaian lahan potensial Padang Pengembalaan.

5.3.4. Kesesuaian Lahan Tanaman Leguminosa

Hasil penilaian diperoleh luas setiap kelas kesesuaian lahan pada tanaman leguminosa seperti pada Tabel 21, Gambar 15 dan 16. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kesesuaian lahan aktual hanya terdapat kesesuaian lahan sesuai marginal S3 dengan luas 31,71 99.276 ha dan lahan yang tidak sesuai N dengan luas 8,57 26.830 ha. Tabel 21 Kelas kesesuaian aktual dan potensial tanaman Leguminosa No Kesesuaian lahan Aktual Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S3 Lereng, kedalaman efektif, s.batuan, drainase, PH dan Curah Hujan 99.276 31,71 2 N Lereng dan Curah hujan 26.830 8,57 3 Tidak Dinilai - 186.974 59,72 No Kesesuaian Lahan Potensial Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S2 Lereng, kedalaman efektif, s.batuan 63.759 20,37 2 S3 Lereng, kedalaman efektif, s.batuan 49.802 15,91 3 N Lereng 12.544 4,01 4 Tidak Dinilai - 186.974 59,72 Faktor penghambat dari kesesuaian lahan N dari tanaman leguminosa ini adalah kemiringan lereng, sedangkan faktor pembatas kelas kesesuaian lahan adalah lereng yang terjal, kedalaman efektif, singkapan batuan, curah hujan yang tinggi, drainase yang buruk, tanah masam dan KTK rendah serta curah hujan tinggi. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman leguminosa adalah pembuatan saluran drainase irigasi dan penambahan kapur. Hasil perhitungan pada kesesuaian lahan potensial menunjukkan bahwa kelas terbesar terdapat pada kelas S2 cukup sesuai dengan luas 63.759 ha 20,37 yang terdiri dari kebun campuran 51.460 ha, sawah 9.212 ha, semak 1.724 dan lahan terbuka 1.363 ha. Lahan yang sesuai marginal S3 mempunyai luas 49.802 ha 15,91 yang terdiri dari kebun campuran 43.542 ha, semak 2.916 ha, sawah 1.697 ha dan lahan terbuka 1.647 ha. Sedangkan lahan yang tidak sesuai N adalah 12.544 ha 4,01 . Gambar 15 Peta kesesuaian lahan aktual tanaman Leguminosa. Gambar 16 Peta kesesuaian lahan potensial tanaman Leguminosa.

5.3.5. Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Oryza sativa

Berdasarkan hasil penilaian diperoleh luasan tiap kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah seperti pada Gambar 17 dan Gambar 18. Hasil analisis menunjukan bahwa sebagian besar kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi adalah sesuai marginal S3 dengan persentase 19,64 , seperti tersaji pada Tabel 22. Tabel 22 Kesesuaian lahan tanaman Padi Sawah No Kesesuaian lahan Aktual Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S1 - 2.157 0,69 2 S2 Lereng, bulan kering, PH, KTK 15.148 4,84 3 S3 Lereng, kedalaman efektif, singkapan batuan, drainase, PH dan KTK 61.482 19,64 4 N Lereng 47.321 15,11 5 Tidak Dinilai - 186.972 59,72 No Kesesuaian Lahan Potensial Kelas Kesesuaian Faktor pembatas Luas ha 1 S1 - 14.230 4,55 2 S2 Lereng, bulan kering 9.145 2,92 3 S3 Lereng, kedalaman efektif dan singkapan batuan 55.412 17,70 4 N Lereng 47.321 15,11 5 Tidak Dinilai - 186.972 59,72 Hasil perhitungan pada keadaan aktual menunjukkan bahwa kesesuaian lahan aktual S1 sangat sesuai untuk tanaman padi hanya seluas 2.156 ha atau 0,69 dari luas wilayah penelitian yang berada pada kebun campuran 1.207 ha dan sawah 950 ha, kelas kesesuaian S2 cukup sesuai dengan luas 15.148 ha atau 4,84 terdapat pada kebun campuran 11.388 ha, sawah 2.103 ha, semak 857 ha dan lahan terbuka 800 ha, kelas kesesuaian S3 sesuai marginal terdapat sebanyak 61.481 ha atau 19,64 yang terdapat pada kebun campuran 51.972 ha, sawah 6.709 ha, semak 1.621 ha dan lahan terbuka 1.178 ha, sedangkan lahan yang tidak sesuai untuk tanaman padi 15,11 47.321 ha yang berada pada kebun campuran 41.133 ha, semak 3.465 ha, sawah 1.327 ha dan lahan terbuka 1.395 ha. Faktor penghambat lahan yang tidak sesuai N sangat dipengaruhi faktor kemiringan lereng, sedangkan faktor pembatas kelas kesesuaian lahan juga disebabkan oleh kemiringan lereng, drainase cepat, bahaya erosi, retensi hara, ketersedian air dan potensi mekanisasi. Banyaknya lahan-lahan yang tidak sesuai untuk pengembangan tanaman padi disebabkan oleh kemiringan lereng mulai dari agak terjal, terjal sampai curam dengan topografi lahan yang berbukit, sehingga sulit untuk dilakukan perbaikan lahan dengan pengolahan tingkat sedang yang biasa dilakukan oleh petani. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesesuaian lahan tersebut adalah, pengapuran dan penambahan bahan organik, pembuatan irigasipengairan, perbaikan sistem drainase. Dari kesesuaian lahan potensial tanaman padi, masih didominasi oleh kesesuaian lahan S3 sesuai marginal yaitu seluas 55.412 ha atau 17,70 yang terdiri dari kebun campuran 46.277 ha, sawah 6.521 ha, semak 1.506 ha dan lahan terbuka 1.106 ha. Kelas kesesuaian lahan S1 Sangat Sesuai adalah 14.230 ha atau 4,55 dari luas wilayah penelitian, berupa kebun campuran 10.555 ha, sawah 2.511 ha, semak 464 ha dan lahan terbuka 699 ha. Kelas kesesuaian lahan potensial S2 yaitu seluas 9.145 ha atau 2,92 , terdiri dari kebun campuran 7.734 ha, sawah 730 ha, semak 509 ha dan lahan terbuka 173 ha. Lahan yang tidak sesuai untuk pengembangan tanaman padi adalah 15, 11 47.321 ha berupa kebun campuran 41.134 ha, sawah 1.327, semak 3.465 ha dan lahan terbuka 1.395 ha. Berdasarkan kesesuaian lahan di atas, maka pengembangan sapi potong berpeluang untuk dikembangkan dengan sistem integrasi sapi potong dengan tanaman padi. Kendala yang dihadapi adalah kontinuitas ketersedian jerami padi dan kualitas yang masih rendah, sehingga diperlukan sebuah tempat penyimpanan dan teknologi pengolahan jerami padi. Gambar 17 Peta kesesuaian lahan aktual tanaman Padi Sawah. Gambar 18 Peta kesesuaian potensial tanaman Padi Sawah.

5.4. Ketersedian Hijauan Makanan Ternak

Ketersedian hijauan makanan ternak per penggunaan lahan dapat diketahui berdasarkan tingkat produktifitas dari setiap kelas kesesuaian lahan tanaman yang diusahakan. Ketersedian hijauan makanan ternak di Kabupaten Sijunjung saat ini belum optimal. Hal ini karena peternak hanya mengandalkan pakan hijaun ternak yang berasal dari rumput lapangan dan jerami segar, pemakaian hijauan dari rumput unggul rumput gajah dan leguminosa masih sangat langka. Pada kesesuaian lahan potensial, peternak bisa melakukan perbaikan- perbaikan faktor pembatas kesesuaian tanaman tersebut dan penanaman rumput gajah, leguminosa pada lahan-lahan yang belum termanfaatkan seperti lahan semak dan lahan terbuka sehingga dapat meningkatkan produktifitas dari hijauan tersebut. Perhitungan ketersedian hijauan makanan ternak ditentukan dengan menghitung luas masing-masing kelas kesesuaian lahan dikalikan dengan standar produktiftas masing-masing komoditi pada setiap penggunaan lahan sehingga dapat diketahui berapa produktifitas masing-masing penggunaan lahan, seperti pada Tabel 23. Tabel 23 Produksi hijauan makan ternak per penggunaan lahan yang dinilai Penggunaan Lahan Produksi Hijauan pada Lahan Aktual Rumput lapang Jerami Padi R Gajah Leguminosa Total BKC Ton BKC Ton BKC Ton BKC Ton BKC Ton Kebun campuran 50.330 - - - 50.330 Lahan terbuka 626 - - - 626 Sawah 3.893 7.213 - - 11.106 Semak 1.228 - - - 1.228 Jumlah 56.078 7.213 - - 63.290 Penggunaan Lahan Produksi Hijauan pada Lahan Potensial Rumput lapang Padi R Gajah Leguminosa Total BKC Ton BKC Ton BKC Ton BKC Ton BKC Ton Kebun campuran 61.454 - - - 61.454 Lahan terbuka 274 - 30.036 2.153 32.463 Sawah 5.032 7.655 - - 12.686 Semak 385 - 43.401 3.195 46.980 Jumlah 67.144 7.655 73.437 5.348 153.584 Keterangan : Dihitung dengan mengalikan luas kelas kesesuaian lahan masing-masing dengan standar produksi setiap komoditas. Pada keadaan aktual : pada lokasi hanya terdapat hiajaun berupa rumput lapang dan jerami padi saja. BKC: Bahan Kering Cerna. Total ketersedian hijauan pada keadaan aktual adalah 63.290 BKC tontahun yang didominasi oleh produksi rumput lapangan pada kebun campuran, hal ini karena kebun campuran merupakan sumber potensi penggunaan lahan terbesar dengan luas lahan yang sesuai 93.884 ha, disusul oleh sawah yang mempunyai produksi rumput lapangan dan jerami dengan total produksi 11.106 BKC tontahun dengan luas lahan yang sesuai 10.844 ha. Sedangakan pada kesesuaian potensial total produksi hijauan bisa mencapai 153.584 BKC tontahun dengan asumsi lahan semak dan lahan terbuka ditanami dengan rumput unggul seperti rumput gajah dan leguminosa yang mempunyai produksi hijauan tinggi 40 ton BKChatahun dan 12,16 ton BKChatahun. Penanaman rumput unggul pada lahan terbuka dan kebun campuran dapat meningkatkan daya dukung hijauan, sehingga bisa mencapai produksi sebasar 32.463 ton BKCtahun dan 46.980 ton BKCtahun. Perhitungan daya dukung lahan aktual untuk masing-masing kecamatan menggunakan basis data awal antara lain kelas kesesuaian lahan jenis tanaman rumput lapangan dan kesesuaian lahan padi sawah untuk penggunaan lahan sawah dibagi dengan jumlah kebutuhan hijauan makanan ternak per kecamatan. Indeks daya dukung hijauan makanan ternak dapat menggambarkan status daya dukung makanan ternak pada masing-masing kecamatan apakah tergolong aman, rawan, kritis atau sangat kritis, seperti terlihat pada Tabel 24 dan Tabel 25. Tabel 24. Status daya dukung hijauan makanan ternak berdasarkan kesesuaian lahan aktual tahun 2008 No Kecamatan Total Prod. BKC Total keb. BKC Daya Tampung Lahan Populasi Ruminansia IDD Status Daya Dukung Kapasitan Peningkatan Ton Ton ST ST ST 1. Kupitan 5.105 1.823 4.478 1.600 2,80 Aman 2.878 2. Koto VII 8.487 1.734 7.444 1.521 4,90 Aman 5.924 3. Sumpur Kudus 8.089 4.077 7.095 3.576 1,98 Rawan 3.519 4. IV Nagari 5.247 5.189 4.602 4.552 1,01 Kritis 50 5. Sijunjung 4.223 7.121 3.704 6.246 0,59 Sangat Kritis -2.542 6. Lb. Tarok 5.526 2.262 4.848 1.984 2,44 Aman 2.864 7. Tanjung Gadang 7.751 2.894 6.799 2.538 2,68 Aman 4.260 8. Kamang Baru 18.864 5.485 16.547 4.811 3,44 Aman 11.736 Total 63.290 30.584 55.518 26.828 2,48 28.690 Ket : BKC; Bahan Kering Cerna; IDD; Indeks Daya Dukung. ST; Satuan Ternak Status daya dukung hijauan makanan ternak untuk kesesuaian lahan aktual pada.Kecamatan Kupitan, Koto VII, Lubuk Tarok, Tanjung Gadang dan Kamang Baru berstatus aman dengan indeks masing-masing 2,80, 4,90, 3,44, 2,68 dan 3,44, sehingga masih dapat menampung penambahan ternak sebesar 2.878 ST, 5.924 ST, 2.864 ST, 4.260 ST dan 11.736 ST. Kecamatan Sumpur Kudus, IV Nagari dan Sijunjung yang mempunyai status rawan, kritis dan sangat kritis dengan kapasitas penambahan 3.519 ST, 50 ST dan minus 2.542 ST. Tabel 25 Status daya dukung hijauan makanan ternak berdasarkan kesesuaian lahan potensial di Kabupaten Sijunjung tahun 2008 No Kecamatan Total Prod. BKC Total keb. BKC Daya Tampung Lahan Populasi Ruminansia IDD Status Daya Dukung Kapasitan Peningkatan Ton Ton ST ST ST 1. Kupitan 9.122 1.823 8.002 1.600 5,00 Aman 6.402 2. Koto VII 12.296 1.734 10.786 1.521 7.09 Aman 9.265 3. Sumpur Kudus 20.286 4.077 17.795 3.576 4,98 Aman 14.219 4. IV Nagari 10.039 5.189 8.806 4.552 1,93 Rawan 4.254 5. Sijunjung 12.298 7.121 10.788 6.246 1,73 Rawan 4.542 6. Lb. Tarok 9.187 2.262 8.059 1.984 4,06 Aman 6.075 7. Tanjung Gadang 14.821 2.894 13.001 2.538 5,12 Aman 10.462 8. Kamang Baru 65.534 5.485 57.486 4.811 11,95 Aman 52.675 Total 153.584 30.584 134.722 26.828 5,23 107.894 Ket : BKC; Bahan Kering Cerna; IDD; Indeks Daya Dukung. ST: Satuan Ternak. Indeks daya dukung lahan pada kesesuaian lahan potensial menunjukkan bahwa mayoritas status daya dukung per kecamatan dalam status aman, namun Kecamatan Sijunjung dan IV Nagari masih berstatus rawan dengan indeks 1,73 dan 1,93. Dari status daya dukung lahan tersebut diatas maka arahan pengembangan sapi potong diarahkan pada kecamatan yang masih mempunyai daya dukung lahan aman sehingga masih mampu menampung peningkatan populasi ternak, baik secara digembalakan maupun dikandangkan. Untuk Kecamatan Sijunjung dan Kecamatan IV Nagari dengan status daya dukung lahan rawan sistem pengembangannya dapat diarahkan melalui sistem dikandangkan karena pemeliharaan dikandangkan akan meningkatkan status daya dukung lahan dengan penanaman rumput unggul dan pemanfatan limbah pertanian lebih maksimal.

5.5. Analisis Finansial Usaha Sapi Potong