hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi
tersebut dilepaskan di padang pengembalaan dan digembalakan sepanjang hari mulai dari pagi hari sampai sore hari.
Mengingat kondisi Indonesia yang merupakan negara agraris maka sektor pertanian tidak terlepas dari berbagai sektor yang lainnya yaitu sub sektor
peternakan. Faktor pertanian dan penyebaran penduduk di Indonesia ini menentukan penyebaran usaha ternak sapi. Masyarakat peternak bermata
pencaharian bertani tidak bisa lepas dari usaha ternak sapi, baik untuk tenaga, pupuk dan sebagainya sehingga kalau pertanian maju berarti menunjang produksi
pakan ternak berupa hijauan, hasil ikutan pertanian berupa biji-bijian atau pakan penguat Sugeng 1998.
2.3. Hijauan Makanan Ternak Sapi Potong
Hijauan Makanan ternak HMT merupakan semua bahan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok hijauan makanan ternak
meliputi rumput graminae, leguminosa, dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, daun waru dan lain-lain. Hijauan sebagai bahan makanan
ternak dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar berasal dari tanaman yang masih segar seperti rumput segar,
leguminosa segar dan silase, sedangkan hijauan kering berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan hay ataupun jerami kering. Sebagai bahan makanan ternak,
hijauan memegang peranan penting karena hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan. Khususnya Indonesia, bahan hijauan memegang peranan
istimewa karena diberikan dalam jumlah besar. Ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba yang diberi hijauan sebagai bahan tunggal, masih
dapat mempertahankan hidupnya dan mampu tumbuh baik dan berkembang biak AAK 1983.
2.4. Daya Dukung Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya FAO
1976. Hardjowigeno
dan Widiatmaka
2001
mendefinisikan lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat bersifat siklik yang berbeda di atas dan di bawah
wilayah tersebut termasuk atmosfir serta segala akibat yang ditimbulkan oleh manusia di masa lalu dan sekarang yang semuanya berpengaruh terhadap
penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa yang akan datang. Kemampuan lahan land capability dan kesesuaian lahan land suitability,
merupakan dua istilah yang berbeda. Kesesuaian lahan merupakan kecocokan adaptability suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut
dapat dinilai untuk kondisi saat ini atau setelah diadakan perbaikan improvement. Kesesuaian lahan ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya,
terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase sesuai untuk status usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif Djaenudin et al. 2003.
Kemampuan lahan diartikan sebagai kapasitas suatu lahan untuk berproduksi. Jadi semakin banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu
wilayah maka kemampuan lahan tersebut semakin tinggi, sedangkan kesesuaian lahan adalah kecocokan dari sebidang lahan untuk tipe penggunaan tertentu land
utilization type sehingga dalam penggunaan lahan, aspek manajemen juga harus dipertimbangkan.
Wilayah Kabupaten Sijunjung yang beragam merupakan salah satu potensi yang harus dimanfaatkan dalam usaha pengembangan pertanian yang berwawasan
agribisnis dan pengembangan pembangunan wilayah dengan berbasis pada sektor pertanian yang berkelanjutan BAPPEDA 2006 menjadikan unsur efisiensi
sumberdaya pertanian merupakan komponen utama yang harus diperhatikan. Pendekatan komoditas commodity approach adalah salah satu langkah yang
dapat dilakukan
dalam efisiensi
sumberdaya. Pendekatan
komoditas menggunakan konsep pewilayahan komoditas unggulan sehingga akan didapatkan
produk pertanian yang memiliki potensial produktivitas dan mutu tinggi. Pengembangan komoditas unggulan harus didasarkan atas kesesuaian komoditas
terhadap lingkungan yang ada, sehingga dalam pengembangan komoditas unggulan komparatif faktor kesesuaian lahan harus menjadi pertimbangan
penting.
Menurut Soemarwoto 1983, daya dukung menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan hewan, yang dinyatakan
dalam jumlah ekor per satuan jumlah lahan. Jumlah hewan yang dapat di dukung kehidupannya itu tergantung pada biomas bahan organik tumbuhan yang
tersedia untuk hewan. Daya dukung ditentukan oleh banyaknya bahan organik tumbuhan yang terbentuk dalam proses fotosintesis per satuan luas dan waktu,
yang disebut produktivitas primer. Salah satu faktor yang diperlukan untuk menganalisis kapasitas tampung
ternak ruminansia di suatu wilayah adalah dengan menghitung potensi hijauan pakan. Hijauan pakan untuk ternak ruminansia terdiri dari rerumputan, dedaunan
dan limbah pertanian. Estimasi potensi hijauan pakan pada masing-masing wilayah dipengaruhi oleh keragaman agroklimat, jenis dan topografi tanah dan
tradisi budidaya pertanian Ma’sum 1999.
2.5. Konsep Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis SIG